Lutut Adhitya melemah, hingga jatuh ke lantai sambil menahan rasa sakitnya. Berlutut sambil menghapus keringat di dahinya, dia bergumam, ‘Bintang benar. Kalau aku tau di mana makam Luna, aku pasti kembali teringat semua kejadian lalu. Apa aku harus egois? Selama ini papa dan onee-chan udah berusaha nyembuhin aku. Gimana kalau aku terpuruk lagi?’ Bintang hanya membutuhkan waktu untuk memilih. Ikut seperti iblis seperti Ardhy yang ingin memiliki Luna dengan paksa, atau menjadi sosok malaikat dan rela melepaskan harapan setelah bertahun-tahun dialah yang menjaga Luna. “Gue kasih waktu lo berpikir, Dhit. Lo yang tentukan sendiri masa depan lo.” Saat Bintang hendak pergi, Adhitya menahan pergelangan tangan Bintang, masih di posisi berlututnya. “Sebentar!” Adhitya merogoh saku celananya, m