Pilihan Akhir

2280 Words
Setelah mendengar pengakuan Zafira, Gunawan akhirnya mau tidak mau menyanggupi permintaan Nadia juga Arya, meskipun Gunawan masih belum bisa terima jika tidak lama lagi kedua putrinya akan menikah dengan satu laki-laki yang mama dalam artian akan di madu, tapi mau bagaimana lagi Zafira juga dengan tegas mengatakan jika dia tidak keberatan untuk hal yang sangat mustahil dan tidak bisa Gunawan dan Dian bayangkan. Tidak hanya Gunawan dan Dian yang tidak bisa membayangkan semua ini, tapi Gunawan yakin jika siapapun akan menganggap hal ini sangat tidak masuk akal untuk di jalani. Sore itu juga Arya mengatakan pada kedua orang tuanya jika Om-nya, Gunawan sudah bersedia untuk menikahkannya dengan Nadia dan sore itu juga Arya mengajak ayah juga ibunya untuk membicarakan perihal pernikahannya dengan, Nadia. Dari pembicaraan itu mereka sepakat untuk melangsungkan pernikahan tiga Minggu lagi, hanya pernikahan sederhana sebatas ijab kabul dan tidak ada pesta megah, dan Nadia juga tidak keberatan untuk satu hal itu. Sore itu setelah mendapatkan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahan, Arya juga Nadia kembali ke Bali, karena Arya memang tidak bisa meninggalkan kantornya lebih lama lagi. Maka saat kesepakatan sudah mereka dapatkan, mereka, Arya dan Nadia hanya tinggal menunggu hari H untuk pernikahan mereka. Arya dan Nadia sampai di Bali saat hari sudah malam. Dan malam itu Zafira juga kembali mengatakan akan menginap di rumah sakit pada bibik dan saat Arya dan Nadia sampai di rumah mereka, Zafira sudah tidak ada di rumah itu. "Jadi apa rencana mu setelah mereka menikah, Zafira?" Tanya Vega saat Zafira membantunya menarik selimut untuk menutup tubuhnya dari dingin AC juga malam karena sore tadi hujan gerimis melanda kota Denpasar Bali. "Aku tetap di rencana awal. Aku akan pergi dari, mas Arya. Lagi pula bukankah semua sudah hampir selesai. Aku hanya tinggal menunggu surat panggilan dari pengadilan agama, dan saat surat pengajuan ku di terima oleh hakim, aku juga akan langsung meninggalkan semua ini, dan aku harap kau tidak keberatan untuk membantuku nanti." Jawab Zafira tenang lalu duduk di kursi sebelah ranjang Vega. "Sebenarnya aku jauh lebih berharap kau yang maju dan mempertahankan pernikahan mu, bukan malah mengalah pasrah seperti ini, Zafira. Lagian kenapa pula perempuan itu sangat tidak berperasaan. Bisa-bisanya dia malah menginginkan kau menyingkir dari status mu saat ini. Gila ya itu, Dajjal." Balas Vega, kesal tapi Zafira malah menggelengkan untuk satu ucapan yang sahabatnya ucapkan tadi. "Hus. Jangan berkata seperti itu. Ingat dia adik ku juga, Ga!" Tolak Zafira seakan tidak terima saat Vega mengatakan atau memanggil Dajjal pada adik perempuannya. "Ya. Adik tidak tau diri." Balas Vega kesal. Bisa-bisanya Zafira tetap ingin membela adiknya di saat seperti ini. Saat dia justru tengah dilema dengan cinta nya yang sedang menunggu hari untuk KANDAS. "Sudahlah. Lebih baik kau tidur saja, aku juga ngantuk. Besok pagi aku ada meeting di kantor dan aku harus bangun pagi-pagi sekali untuk pulang dan berganti pakaian. Aku harap kau tidak akan keberatan jika saat kau bangun nanti aku mungkin sudah tidak ada di ruangan ini!" Imbuh Zafira saat meminta Vega untuk berhenti membicarakan adik perempuannya karena saat ini dia juga benar-benar sangat mengantuk. Vega juga tidak lagi membahas masalah adik perempuan Zafira, juga tidak membahas Arya karena sungguh sebenarnya Vega bisa melihat jika Zafira terluka setiap kali dia membahas Arya. Jangankan membahas masalah pernikahan Arya, Vega menyebut nama Arya saja air muka Zafira langsung terlihat berubah suram. Akhirnya Vega benar-benar terlelap di atas brankar nya sementara Zafira memilih tidur di sofa sebelah Vega. Fathir tidak ikut menginap di rumah sakit karena dia juga harus menemani kedua putrinya yang masih kecil dan tidak bisa dia bawa ikut menginap di rumah sakit. Meskipun dari tadi Zafira mengatakan sangat mengantuk, nyatanya Zafira juga tidak bisa mendapatkan tidur nya, bayangan saat tadi ketika dia berbicara dengan ayahnya seakan memenuhi pikiran Zafira saat ini. Bagaimana ayahnya, Gunawan yang menolak keinginan Arya dan Nadia, dengan tetap mempertimbangkan dampak untuk dirinya, seolah ikut menjadi dilema bagi Gunawan saat ini, dan sungguh Zafira tidak tau bagaimana dia harus menyampaikan jika sejatinya dia juga terluka dengan keputusan ini. Tapi lagi-lagi Zafira hanya menghela napas karena sepertinya dia juga tidak punya pilihan lain selain setuju. Jalan takdir memang tidak ada yang tau kepada siapa hati kita akan berlabuh, juga sekejam apa takdir kadang mempermainkan seseorang, tapi kadang takdir itu juga yang membuat kita semakin dewasa untuk menyikapi segala lika liku kehidupan. Sungguh, Zafira tidak tau bagaimana dia yang tiba-tiba menyukai Arya dulu, dan kenapa pula perasaanya begitu hebat untuk seorang Arya Katon Fujiparingga. "Sungguh, aku ingin mencintaimu dengan sederhana, sesederhana pesan yang tak sempat disampaikan matahari kepada bulan, yang menjadikan bercahaya, sesederhana isyarat angin yang meniup debu yang menjadikan hilang. Sesederhana itulah aku ingin mencintaimu tapi kenapa justru aku terperangkap dalam rasa yang tak mampu aku lebur menjadi asa. Berkali-kali aku mengatakan ikhlas, tapi tiap kali itu air mataku juga kembali luruh. Ya. Aku memang munafik. Sangat munafik." Batin Zafira sambil terus berusaha memejamkan mata agar mimpi lekas menjemputnya, namun sampai menjelang pagi, Zafira benar-benar tidak bisa mendapatkan tidurnya, dan akhirnya Zafira memutuskan untuk membuka laptopnya dan kembali mengecek materi meeting pagi besok. Zafira memutuskan untuk mandi di rumah sakit sembari menunggu Fathir, suami Vega datang, karena semalam, Fathir mengatakan akan datang pagi-pagi sekali setelah mengantar putrinya ke sekolah mereka, taman kanak-kanak. Benar saja, Fathir datang tepat saat Zafira sudah selesai mandi dan berpakaian rapi. Semalam Zafira lupa membawa pakaian yang akan dia gunakan untuk ke kantor jadi mau tidak mau pagi ini, Zafira harus pulang dulu ke rumahnya untuk berganti pakaian, baru dia akan berangkat ke kantor. "Fira. Aku membawakan mu sarapan. Makanlah dulu sebelum kau pulang, karena sudah pasti kau akan sangat terburu-buru nanti saat sudah sampai di rumah." Ucap Fathir menyodorkan satu bok makanan pada Zafira untuk sarapan Zafira. "Ingat, Fira. Meskipun kita sedang ada masalah, kita harus tetap makan. Setidaknya itu bisa memberi kita kekuatan untuk menghadapi dunia ini yang kadang kala terlalu kejam pada kita." Sambung Vega saat ikut menerima satu botol air mineral yang harus saja suaminya buka dan berikan padanya. "Iya, iya. Bawel. Tidak bisakah kau memintaku dengan kata-kata singkat, tidak perlu mendrama?" Tolak Zafira yang kembali duduk di sofa sembari kembali meletakan tas laptopnya di sebelahnya lalu membuka tutup kotak makan itu. "Kau memang harus di ceramahi panjang lebar dulu baru akan menurut." Tolak Vega tapi Zafira malah mencibirkan bibirnya untuk mengejek kecerewetan wanita itu, wanita yang sudah menjadi sahabat juga saudaranya selama dia berada di Bali dari sebelas tahun yang lalu. "Sudah ah. Kalian itu ya selalu saja begini. Udah. Fira makan dulu sarapan mu baru kau boleh pulang, aku gak mau jika sampai mas Arya malah menyalahkan ku jika kau jatuh sakit hanya karena menunggu istriku di rumah sakit." Sarkas Fathir dan Zafira hanya bisa diam sembari menyendok beberapa sendok makan untuk dia makan, tapi baru saja tiga sendok makanan itu lolos di perutnya, ada rasa tidak enak yang Zafira rasakan saat ingin kembali menyendok makanan itu dan Zafira pilih tidak lagi menerus makannya karena takut jika di paksa justru dia akan muntah nantinya. "Aku sudah memakannya, ya. Tapi gak sampai habis. Aku harus pulang dulu jika tidak aku akan terlambat sampai di kantor!" Imbuh Zafira dan Fathir juga Vega serempak mengangguk saat Zafira mengatakan akan pulang. "Hati-hati di jalan , Fira. Hubungi kami juka ada kendala di jalan!" Ucap Fathir saat Zafira hendak membuka pintu dan Zafira menoleh sebentar lalu mengangguk untuk isyarat balasan ucapan yang Fathir ucapkan tadi padanya. Zafira melirik jam di lengan kirinya dan jam sudah menunjukkan angka delapan sementara meeting akan di adakan jam sembilan. Zafira mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang karena dia masih punya waktu satu jam sebelum meeting di mulai, dan rumah sakit dengan rumahnya hanya butuh waktu lima belas menit dan dari rumah ke kantor nya hanya butuh waktu dua puluh menit, maka Zafira masih punya sisa waktu untuk berganti pakaian dan menyiapkan meeting nanti. Zafira sampai di rumahnya tepat di jam delapan lewat lima belas menit. Zafira memarkir mobilnya di halaman depan rumah nya karena dia hanya akan berganti pakaian lalu kembali berangkat ke kantor, tanpa tau jika Arya dan Nadia ternyata sudah pulang. Zafira buru-buru menaiki tangga rumahnya dan baru saja Zafira sampai di tangga teratas rumah itu, Zafira melihat pintu kamarnya terbuka dari arah dalam dan Arya keluar dengan pakaian yang sudah rapi, lengkap dengan dasi juga jas-nya. Detik berikutnya Nadia juga ikut keluar dari kamar itu sambil menenteng tas jinjing yang biasa Arya bawa. "Mas Arya!" Zafira terkejut. "Zafira. Kau baru pulang. Bagaimana keadaan , Vega? Apa sudah lebih baik?" Sapa Arya di ikuti pertanyaan terkait kesehatan Vega sahabat Zafira. Nadia juga langsung terlihat sibuk dengan merapikan dasi juga jas Arya. Hal yang seharusnya Zafira lakukan kini Nadia juga mengambil alih semua itu. Dan apa lagi ini. Nadia lagi-lagi mengunakan pakaian miliknya. Pakaian itu, pakaian yang Arya belikan untuknya saat mereka pergi berbulan madu ke Cappadocia Turkey dua tahun lalu, dan oh Nadia benar-benar semakin keterlaluan sekarang. Meski begitu Zafira yang memang dasarnya lemah dan tidak bisa marah malah menarik kedua sudut bibirnya untuk membetuk sebuah senyuman dan menyambut sapaan suaminya. "Dia sudah lebih baik. Semoga hari ini dia bisa pulang , karena kasihan kedua putrinya tidak bisa ikut ke rumah sakit karena rumah sakit benar-benar ketat menerapkan protokol kesehatan." Jawab Zafira saat meraih tangan suaminya untuk dia jabat dan cium punggung tangannya. "Aku ganti baju dulu ya, pagi ini aku ada meeting dan aku sudah hampir terlambat." Sambung Zafira dan menyela tubuh besar Arya yang masih berdiri di ambang pintu dengan mengabaikan Nadia yang masih sok sibuk dengan dasi dan jas Arya yang sejatinya sudah sangat rapi. Arya dan Nadia pilih turun dan menuju meja makan untuk menyelesaikan sarapannya, dan beberapa menit berikutnya Zafira kembali turun dari lantai atas dan buru-buru pamit pada Arya karena dia memang harus segera berangkat, dan sampai di kantor pagi ini. "Mas lihat, semakin hari kak Zafira semakin sibuk dengan pekerjaannya, bahkan untuk menemani suaminya bersantai dan sarapan saja dia seolah tidak punya waktu. Apa ini yang selama ini kak Zafira lakukan selama menikah dengan, mas Arya?" Tanya Nadia mencoba mempropokasi pikiran Arya tapi Arya justru menggeleng dengan sangat cepat, karena selama ini Zafira sudah sangat baik menjadi seorang istri. "Tidak Nadia. Zafira tidak pernah seperti ini sebelumnya. Selama ini dia sudah sangat baik menjadi istri mas, meskipun terkadang dia memang sering begadang untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya di kantor, tapi itu hanya sesekali saja, dan mas tidak masalah dengan semua itu. Mas tau bagaimana pekerjaan nya, karena kami memang memiliki banyak persamaan. Jadi kadang mas juga memintanya untuk mengecek pekerjaan mas jika mas merasa kurang." Jawab Arya saat mengingat waktu-waktu yang sudah berlalu saat ketika dia sering meminta bantuan pada Zafira untuk mengecek file miliknya, dan rasa kagumnya pada potensi juga kecerdasan Zafira memang tidak akan pernah habis di pikiran Arya. Saat Arya mengatakan demikian, Nadia justru terlihat memutar bola matanya asal sembari mengucek telinga nya yang jadi terasa gatal karena ucapan Arya yang terlalu meninggikan Zafira. Usai sarapan, Arya juga langsung berangkat ke tempat kerjanya, langsung di sibukkan dengan beberapa file yang harus dia cek juga tanda tangani, hingga beranjak siang, Arya masih belum ingat jika dari kemarin dia sama sekali tidak bisa menghubungi nomer ponsel Zafira dan masih belum terpikir apa yang sebenarnya terjadi dengan ponsel Zafira, istrinya. Siang itu, setelah meeting pagi yang panjang, Zafira akhirnya selesai dan bisa istirahat. Dan dia minta izin pulang lebih dulu karena tiba-tiba kepalanya jadi sangat pusing. Ini pasti karena efek dia tidak tidur semalam, bahkan tadi saat di meeting, sesekali Zafira terlihat menguap dan Alfian menyadari jika Zafira memang sedikit pucat, maka saat Zafira mengatakan ijin pulang lebih awal, Alfian juga langsung menyetujuinya. Baru saja Zafira sampai di teras depan rumahnya, seorang kurir mengantarkan paket surat untuknya. Zafira menerimanya, lalu masuk begitu saja ke rumahnya kemudian bergegas ke kamarnya di lantai atas. Rumah itu tampak sepi, hanya ada bibik di halaman belakang rumah dan sedang mengangkat jemuran pakaian, dan Nadia juga tidak terlihat di rumah itu, mungkin keluar bersama temannya untuk sekedar berjalan-jalan. Zafira masuk ke kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya dan selang beberapa detik dia terlelap, masih dengan mengunakan sepatunya. Zafira benar-benar mengantuk dan lelah hingga dia bisa tertidur dengan pakaian lengkap kantornya, dan terbangun saat hari sudah sore. Di lain tempat, Arya juga Nadia ternyata sedang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di salah satu pusat perbelanjaan. Lebih tepatnya Nadia yang sedang bersenang-senang dan Arya hanya mengikuti keinginan Nadia yang menurutnya benar-benar tidak ada habisnya. Terbangun saat hari sudah sore, Zafira juga langsung menyadari jika dia tidur dengan pakaian kantor dan Zafira langsung membersihkan diri juga berganti pakaian untuk menyambut suaminya pulang dari tempat kerjanya. Zafira sudah rapi juga segar saat mendengar suara mobil Arya pulang. Senyum Zafira senantiasa mekar saat menuruni anak tangga rumahnya berniat untuk menyambut suaminya tapi senyum itu tidak bertahan lama, karena menit berikutnya Zafira justru melihat Arya sedang mencium Nadia sembari menggandeng pinggang Nadia dengan sangat mesra. Zafira bisa melihat bagaimana Arya yang terlihat bahagia bersama Nadia. Wajahnya terlihat berseri-seri dan ada tawa juga canda yang mereka bagi. Entah apa yang mereka obrolan kan hingga Arya tidak henti-hentinya tersenyum menanggapi ucapan Nadia. Zafira buru-buru berbalik agar tidak melihat ke arah Arya juga Nadia , lalu buru-buru kembali naik ke lantai atas rumah itu dan masuk ke kamarnya. Zafira pilih duduk di kursi balkon kamarnya sembari membuka satu buku n****+ untuk mengalihkan pikirannya. Hampir satu jam Zafira di balkon kamar nya tapi Arya tidak kunjung masuk ke kamar itu hingga hari beranjak gelap. Zafira keluar dari kamar itu dan bersamaan dengan itu Arya juga keluar dari kamar Nadia, pandangan Zafira dan Arya bertemu di udara. Zafira hanya diam, enggan bicara atau bertanya karena sungguh untuk saat ini dia sedang tidak ingin mendengar apapun yang kiranya akan melukai hatinya. Tidak ingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD