Kejutan
Zafira berlari di bawah hujan yang sedang turun dengan derasnya. Ada luka dan air mata yang ikut tersapu oleh butiran hujan siang itu. Bagaimana tidak, saat dia sudah mempersiapkan kejutan spesial untuk Arya, suaminya, Arya malah sedang menghabiskan waktu berdua dengan Nadia di ruang kerjanya. Tampak Arya memeluk erat punggung Nadia dan ada tawa serta canda yang mereka urai dari kebersamaan mereka, dan sungguh Zafira tidak ingin menghancurkan kebahagiaan keduanya. Tidak.
Namanya Arya Katon Fujiparingga. Dia adalah laki-laki yang sudah Zafira cintai dari sejak dia masih berseragam abu-abu. Dia, Arya adalah cinta pertama Zafira. Dan dia adalah laki-laki yang juga sudah memperistri Zafira dua tahun yang lalu. Selama dua tahun ini, Arta dan Zafira adalah pasangan suami istri yang harmonis, selalu bersama dan kompak dalam segala hal. Maklum mereka selain suami istri mereka juga sepupu, jadi keselarasan juga ikut terjalin baik di keluarga Zafira ataupun Arya sendiri.
Hari ini adalah hari ulang tahun Arya, dan Zafira sudah mengatur pesta kejutan untuk suaminya dari beberapa hari yang lalu. Kue ulang tahun sudah Zafira pesan khusus untuk suaminya yang tidak terlalu suka makanan manis, dan hadiah kecil juga sudah dia persiapan untuk suami yang sangat dia cintai.
Senyum Zafira senantiasa terbit saat membayangkan bagaimana ekspresi suaminya nanti. Ini adalah kali kedua dia merayakan hari ulang tahun suaminya setelah mereka menikah. Ya mereka tidak pernah pacaran sebelumnya tapi langsung memutuskan menikah saat merasa ada kecocokan di antara mereka.
Siang itu, hujan turun begitu lebat, Zafira terjebak di toko kue karena selain hujan yang lebat ternyata angin juga bertiup cukup kencang. Zafira memang membawa mobil, tapi tentu dia juga tidak bisa ambil resiko untuk ke tempat suaminya siang itu.
Satu jam menunggu, hujan tidak kunjung reda, sementara jam sudah menunjukan angka dua siang. Dia tidak bisa meninggalkan kantor terlalu lama, dan harus kembali sebelum jam tiga, akhirnya Zafira nekat menerobos hujan untuk sampai di kantor suaminya. Setelah kurang lebih empat puluh menit berpacu dengan hujan juga angin, akhirnya Zafira sampai di kantor suaminya, Arya.
Senyum semakin terpancar indah saat beberapa stap di kantor itu ikut menyapa Zafira, karena hampir semua karyawan kantor itu memang tau jika dia adalah istri dari pimpinan perusahaan itu, Arya Katon Fujiparingga.
Satu bok kue ulang tahun Zafira tenteng di tangan kanannya sementara di tangan kirinya dia membawa satu bingkisan kecil sebagai hadiah untuk suaminya. Zafira masuk ke dalam lift lalu memencet dua digit nomer untuk sampai di lantai di mana ruang kerja suaminya.
Dengan perasan bahagia Zafira menatap juga mengoreksi penampilannya di dalam lift karena dia tetep tidak ingin jika Arya, suaminya melihatnya dalam kondisi berantakan. Zafira mengeluarkan lipstik dalam tasnya lalu memoles ujung lipstik itu untuk menyempurnakan penampilannya agar tetap terlihat fresh di depan suaminya.
Senyum Zafira kembali terbit saat keluar dari pintu lift dan berjalan santai ke arah ruang kerja suaminya.
"Selamat siang, nyonya." Sapa sekertaris suaminya yang kebetulan baru keluar dari ruang kerjanya, dan Zafira langsung mengangguk di ikuti senyum terbaiknya
"Apa mas Arya ada?" Tanya Zafira ramah dan sekertaris itu langsung mengangguk karena seingat dia dari tadi bosnya belum keluar dari ruangannya.
"Ada, Nyonya." Jawab sekertaris itu menjeda kalimatnya, " tapi ada nona,,, Nad,," belum selesai dengan kata yang ingin sekertaris itu ucapkan tapi Zafira sudah langsung berjalan dan tanpa berpikir panjang Zafira langsung membuka pintu kaca gelap itu untuk segera menemui suaminya dan mengucapkan selamat ulang tahun, saat tiba-tiba tatapan Zafira langsung terpusat pada satu objek di dalam ruangan itu di mana, di sana suaminya tengah berdiri menghadap jendela kantor sambil menatap butir hujan yang semakin terlihat deras sambil memeluk juga mencium seorang wanita cantik dengan rambut hitam yang indah. Ada keceriaan juga kebahagiaan yang tercipta di antara mereka. Tawa juga canda terdengar jelas di sana. Zafira juga melihat ada banyak sisa makanan di sofa ruang kerja suaminya dan sepertinya dia juga baru mendapatkan hadiah kejutan dari wanita itu. Wanita dari masa lalu Arya dan kini wanita itu kembali datang untuk mengisi hari-hari Arya.
Zafira masih berdiri tanpa kata di ambang pintu sementara Arya dan wanita itu, masih belum menyadari kedatangannya di kantor itu, bahkan mereka tidak mendengar suara Zafira membuka pintu ruangan itu karena suara hujan lebih mendominasi seluruh ruangan.
Kotak di tangan kanan Zafira langsung terjatuh di lantai dan air mata Zafira langsung ikut merebes dari kedua sudut mata Zafira. Hancur, ya meskipun sekuat hati Zafira menahan diri untuk tidak terluka tapi nyatanya dia tetap merasa rasa sakit itu, rasa sakit saat kembali di sadarkan dengan kenyataan jika dia hanya pemilik raga suaminya tapi bukan hati dan pikirannya.
Zafira langsung berbalik dengan menahan dadanya sendiri juga menghapus air matanya dengan terburu-buru, kemudian Zafira mendongak untuk menahan air mata yang akan kembali tumpah. Zafira tidak ingin terlihat rapuh dia harus kuat, dia harus tegar karena ini memang resiko yang sudah dia pikirkan dari jauh hari sebelum memutuskan menikah dengan Arya.
Bola matanya terlihat memerah juga hangat tapi sebisa mungkin dia sembunyikan dari beberapa karyawan suaminya yang mungkin saja akan melihatnya menangis nanti dan tanpa berpikir panjang Zafira langsung berbalik dan pergi dari ruangan itu, sebelum hatinya bertambah hancur dan rasa kecewanya semakin bertambah besar.
Dengan langkah cepat Zafira kembali memasuki lift dan memencet tombol untuk membawanya turun ke lantai dasar dan pergi secepatnya dari kantor itu, dia tidak ingin Arya sampai menyadari jika dia juga berada di kantor itu. Biarkan waktu menjadi milik mereka, dan Zafira tidak ingin mengganggu kebersamaan mereka saat ini.
Zafira masuk dengan terburu-buru ke dalam mobilnya lalu menghidupkan mobil nya dan secepatnya berlalu dari tempat itu, namun saat di tengah jalan mobilnya malah mogok dan tidak bisa di hidupkan lagi .
Hatinya sedang sangat hancur, perasaanya sedang sangat kecewa, dan sekarang mobilnya juga mogok sementara dia juga harus segera sampai di tempat kerjanya, karena akan ada persentase dengan dua klien bisnis perusahaan tempat dia bekerja, sementara jam sudah hampir menunjukan angka tiga dan dari tadi pak Antonio sudah berkali-kali menghubunginya.
Zafira memukul dengan keras roda kemudinya berharap rasa sakit itu berpindah ke kemudi itu dan hatinya akan segera membaik, tapi itu tidak terjadi, karena rasa sakit di hatinya tetap terasa, bahkan semakin terasa sakit, saat menyadari jika baik dulu hingga sekarang cintanya hanya akan bertepuk sebelah tangan pada laki-laki yang sudah memperistri dirinya.
Ya. Seminggu yang lalu Arya mengatakan ingin menikah lagi, dan wanita yang ingin Arya nikahi itu adalah Nadia, wanita dari masa lalu Arya, Dan Zafira sudah setuju untuk itu.
Hati wanita mana yang tidak akan terluka dan kecewa saat laki-laki yang bergelar suamimu dengan sangat mantap mengatakan ingin menikah lagi, terlebih wanita yang ingin suamimu nikahi itu adalah wanita dari masa lalunya. Sepertinya tidak ada. Tidak ada yang akan bisa menerima takdir seperti cara Zafira menerima takdirnya juga keinginan suaminya.
Sudah hampir tiga bulan ini , Nadia memang tinggal di rumah mereka. Lebih tepatnya lagi sejak Nadia kembali dari hilangnya empat tahun yang lalu, dan sudah hampir dua bulan ini Zafira melihat jika Nadia semakin dekat bahkan sangat dekat dengan laki-laki yang kini masih bergelar suami orang, suami Zafira
Tidak jarang Zafira melihat mereka bercanda juga tertawa di sofa ruang tengah rumah mereka, bahkan beberapa kali Zafira melihat mereka juga berciuman dengan sangat lembut, juga menuntut. Zafira tau jika Arya suaminya memang dari dulu mencintai Nadia, tapi entah apa yang menjadi alasan Nadia waktu itu menolak untuk di jodohkan dengan Arya.
Tentu Zafira tidak bisa melarang itu, karena sejatinya dia juga tau jika Arya memang masih menginginkan Nadia untuk menjadi istrinya. Dan saat kemarin Arya mengatakan ingin menikah dengan Nadia, Zafira tidak langsung menolak, tapi juga tidak langsung setuju. Zafira mempertimbangkan semua ini dengan sangat matang, juga memikirkan dampak positif juga negatifnya dan setelah dua hari memikirkan keinginan Arya, suaminya, akhir satu Minggu yang lalu Zafira setuju jika Arya suaminya menikah lagi dengan Nadia.
Bagaimanapun Arya juga berhak mendapatkan cintanya, dan Zafira tau jika Nadia adalah wanita yang dari dulu hingga saat ini Arya cintai. Tapi sungguh Zafira tidak pernah tau jika rasanya memang akan tetap sakit, sangat sakit saat melihat dengan nyata jika suaminya jauh lebih bahagia bersama wanita lain dan bukan dirinya, bukan dirinya yang sejatinya sudah sungguh-sungguh mencurahkan segala rasa cintanya untuk Arya Katon Fujiparingga.
Zafira mengemasi semua isi tasnya, lalu mengambil ponsel nya di saku tasnya yang dari tadi terus bergetar, ada panggilan dari kantornya tapi Zafira tidak bisa mengangkatnya karena dia sedang dalam situasi kehujanan, juga sedang mencari kendaraan lain untuk sampai di tempat kerjanya.
Zafira berjalan di atas trotoar jalan dengan hujan yang masih tidak berhenti turun meskipun sudah tidak sederas tadi, tapi masih cukup untuk membuat pakaian Zafira basah, tapi Zafira sedang tidak peduli. Dia terus saja berjalan menjauh dari mobil yang dia kendarai tadi.
Air matanya semakin tidak bisa dia tahan untuk tidak keluar dan rasa sesaknya semakin terasa saat mengingat jika untuk yang kesekian kalinya dia harus mengalah dan menyerah.
Sementara di tempat lain, di kantor Arya. Hujan sudah sedikit reda dan Arya juga Nadia berencana akan kembali ke rumah karena tadi pagi Zafira memintanya pulang lebih cepat, karena mereka akan merayakan ulang tahunnya bertiga di rumah dan Arya sudah setuju untuk perkara itu.
Baru saja Arya membuka pintu ruang kerjanya, saat tiba-tiba dia tersandung dengan satu kotak sedang di depan pintu ruang kerjanya. Arya langsung mengangkatnya juga membuka bagian atas kotak itu dan melihat isinya yang hanya kue ulang tahun, dan di atasnya tertulis jelas namanya.
"Apa, mas?" Tanya Nadia saat Arya terdiam dengan isi kotak dalam peper bag itu, pikirnya siapa yang menaruh kue ulang tahun di depan pintu ruang kerjanya, dan di saat bersamaan sekertarisnya juga keluar dari ruang kerjanya.
"Kenny, siapa yang menaruh peper bag di depan pintu ruang kerja ku?" Tanya Arya pada Kenny sekertarisnya dan Kenny melihat peper bag itu dan ingat jika tadi nyonya Zafira juga datang dan membawa dua peper bag.
"Saya kurang tau, tuan. Tapi tadi nyonya Zafira datang dengan membawa peper bag! Apa mungkin nyonya Zafira yang menaruh itu di sana?" Tanya balik Kenny lagi dan seketika air muka Arya langsung berubah.
"Kenapa kau tidak mengatakan jika, istriku datang?" Tanya Arya lagi.
"Maaf tuan. Saya sudah mengatakan pada ibu jika nona Nadia sedang bertamu , tapi dia hanya tersenyum seperti biasa, kemudian berlalu begitu saja, dan menuju ruangan tuan. Apa ada yang salah tuan?" Tanya Kenny lagi tapi Arya tidak menjawab. Dengan langkah cepat Arya dan Nadia berjalan ke lift lalu masuk untuk segera turun ke lantai dasar di mana mobilnya berada.
Ada sekelumit firasat buruk yang ikut hinggap di otak Arya saat ini, jadi dia harus secepatnya sampai di rumah sebelum sore atau jam empat karena Zafira memang mengatakan akan pulang jam empat. Nadia sendiri tidak banyak berkata-kata dia tetap bisa terlihat tenang bahkan terkesan senang saat ini.
Hujan masih turun tapi Arya tidak kesulitan mengemudikan mobilnya untuk segera sampai di rumah, dan saat mereka , Arya dan Nadia sampai di rumah, ternyata mobil Zafira belum terparkir di sana, yang artinya Zafira belum sampai di rumah mereka. Pikirnya, mungkin Zafira masih terjebak macet atau hujan karena ternyata hujan turun semakin besar, dan mungkin Zafira memilih menunggu hujan sedikit reda.
Hingga menjelang petang, hujan ternyata tidak surut, dan sampai detik ini, Zafira juga belum sampai rumah.
Arya meraih ponselnya lalu menghubungi nomer ponsel istrinya, tersambung tapi panggilan itu tidak di angkat. Kembali Arya mencoba menghubungi istrinya, tapi lagi-lagi panggilan itu tidak di angkat.
Zafira tidak jadi kembali ke kantor karena kata rekan kerjanya, meeting di tunda, karena dua kliennya tidak jadi datang karena terkendala hujan, dan itu artinya Zafira tidak musti balik ke kantor. Dan saat ini Zafira masih di pinggir jalan, dengan pakaian basah sempurna saat tiba-tiba ponsel di tasnya kembali bergetar. Zafira tidak ingin menerima panggilan itu, tidak ingin untuk saat ini, karena dia tau siapa yang kali ini menelponnya.
Kembali ponsel itu berdering, kali ini Zafira mengeluarkan ponselnya tapi hanya melihat layar ponsel itu tanpa berniat untuk mengangkatnya, nama mas Arya kembali tertera di layar ponsel itu, dan Zafira benar-benar tidak ingin menerima panggilan itu hingga akhirnya Zafira juga kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas dan tanpa sadar telah menggeser panel hijau di layar ponselnya hingga panggilan Arya bisa tersambung dengannya.
"Ku pikir ini tidak akan terasa sakit." Gumam Zafira sambil memeluk tasnya dan menekuk lututnya di pinggir trotoar tepat di halte bus, dan Arya bisa mendengar apa yang Zafira katakan tapi tidak untuk Zafira, Zafira tidak tau jika panggilan tadi tersambung.
"Ku pikir ini tidak akan terasa sakit. Tapi ternyata sakit. Sangat sakit." Gumam Zafira lagi tapi kali ini dengan tangis yang ikut pecah dari bibirnya. "Dan ternyata aku tidak bisa. Tidak sanggup untuk menjalani ini. Aku tidak sanggup." Isak Zafira di seberang telpon dan itu terdengar jelas oleh Arya.
"Hallo, Zafira kau kenapa? Apa kau baik-baik saja? Apa perlu mas menjemputmu, Zafira? Kau di mana?" Tanya Arya tapi tentu saja Zafira tidak mendengar apa yang Arya katakan. Suara tangis Zafira semakin terdengar pilu, suara klakson juga sesekali ikut bersautan di pendengaran Arya, dan seketika pikiran Arya langsung mengira jika Zafira kecelakaan dan menderita luka cukup parah hingga dari tadi dia terus mendengar jika Zafira mengatakan sakit, sakit dan sangat sakit.
"Zafira, jawab mas, kau di mana? Mas akan menjemputmu!" Ucap Arya lagi tapi Zafira benar-benar tidak mendengar apa yang dari tadi Arya teriakkan.
"Ada apa, mas?" Tanya Nadia saat keluar dari kamarnya dan melihat Arya yang terus berbicara dengan ponsel di telinganya juga memanggil-manggil Zafira.
"Dengar ini. Sepertinya Zafira mengalami insiden. Dia terus saja menangis dan mengatakan sakit." Jawab Arya saat meminta Nadia mendengar tangisan Zafira di ponsel miliknya tapi Nadia sama sekali tidak mendengar apa-apa di sana.
"Tidak ada suara apapun, mas!" Ucap Nadia saat menyerahkan kembali ponsel Arya, dan Arya kembali menempelkan layar ponsel itu di telinganya dan benar saja, tidak ada suara apapun di sana karena panggilan itu ternyata sudah terputus. Kembali Arya menghubungi nomer ponsel istrinya tapi kali ini nomer itu malah tidak aktif.