Masa Lalu

2089 Words
Bryan menikmati hari liburnya, ia bahkan mewajibkan seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan untuk jalan-jalan setiap akhir pekan agar kesehatan mental tetap terjaga. Hari ini ia menikmati liburan dengan pergi ke Gym bersama sahabatnya, Luis. "Perutku sedikit buncit akhir-akhir ini, apa karena pola makan ku yang berantakan?" ucap Bryan yang saat ini tengah mengangkat barbel di tangan kanannya. "Mungkin itu karena kau terlalu sering memperlakukan buruk seorang wanita," ucap Luis tersenyum yang saat ini duduk di samping Bryan meneguk sebotol air mineral. Seseorang nampak masuk ke dalam Gym dan itu adalah sekelompok perempuan seksi yang hendak berlatih mengencangkan otot-ototnya. Bryan melirik ke arah lima orang perempuan itu begitupun dengan Luis. Luis seakan khawatir apa yang akan dilakukan Bryan di sana. "Ayolah kawan, lupakan mereka jangan kau ganggu kesenangan mereka, ini adalah negara bebas, untuk apa kau menatap mereka seperti itu?" tanya Luis yang sudah tahu jalan pikiran Bryan. "Hahaha apa yang kau bicarakan Luis? Kenapa kau berbicara seperti itu? Aku bukan orang gila yang sangat benci wanita, aku hanya akan meluruskan cara berpikir mereka dan bukan aktivitasnya," ucap Bryan terus mengangkat barbel berbobot sepuluh kilogram itu. "Terakhir kali kau juga mengatakan hal yang sama, tiba-tiba kau berada di hadapan mereka dan mencoba berdebat dengan mereka," ucap Luis yang fokus pada gadis-gadis itu. Ketika Luis berbicara, ia tak menyadari jika Bryan sudah tak ada di tempatnya dan ketika ia mengedarkan pandangannya ternyata Bryan menuju ke sekelompok perempuan seksi itu. "Bryan? Ya ampun, seperti yang aku duga, ayolah kawan walaupun kau orang kaya tapi tidak harus melakukan seperti keinginan mu," ucap Luis mengejar Bryan yang sudah sampai di sekitar gadis-gadis cantik itu. "Selamat pagi nona-nona, apa yang kalian lakukan di tempat ini?" tanya Bryan yang membuat mereka merasa aneh dengan pertanyaan itu. "Siapa kau? Menurut mu kenapa para gadis ada di Gym? Apakah mereka pergi ke Gym untuk bergosip atau berbelanja? Bagaimana kau bisa bertanya pertanyaan bodoh seperti itu?" ucap salah seorang perempuan yang mengikat rambutnya seperti ekor kuda. "Tinggal kau jawab saja apa susahnya?" ucap Bryan menatap wanita itu serta mengelap keringat dengan handuk yang melingkar di pundaknya. "Apa? Jika kau ingin mengganggu kami, kenapa kau tidak menggangu orang lain saja? Kenapa laki-laki menyebalkan seperti mu ada di tempat ini?" ucap perempuan itu lagi dengan wajah keheranan. Empat temannya hanya bisa melihat kejadian itu tanpa melakukan apapun. "Aku tidak menggangu kalian tapi mataku terganggu ketika ada kalian di hadapan ku," ucap Bryan tersenyum. "Dasar pria yang aneh, lalu apa hubungannya dengan mu? Apa kau yang memiliki Gym ini?" tanyanya lagi. "Bukan," jawab Bryan singkat. "Lalu?" "Lalu, kau harus pergi dari sini karena tugas seorang perempuan adalah memasak dan mencuci pakaian," ucap Bryan yang hanya ditertawakan wanita-wanita itu. Kemudian Luis datang menghentikan Bryan agar dia tak mengganggu wanita-wanita itu lagi, tanpa di sangka para wanita itu mengenal Luis dan mereka mulai memanggil namanya bahkan mencoba memeluk Luis. "Ayolah kawan, jangan ganggu mereka, mereka punya hak berada di sini," ucap Luis yang baru saja sampai di sana. "Tuan Luis? Apa kau benar-benar tuan Luis? Apakah aku bermimpi?" tanya wanita ekor kuda itu, kemudian empat teman lainnya mulai histeris dan berteriak memanggil-manggil nama Luis. "Tuan Luis, apa kau tuan Luis? Jadikan aku pacarmu, tuan," ucap para wanita itu memegangi tangan besar Luis sementara Bryan hanya menampakkan wajah kesal. "Sial, setiap ada Luis maka para gadis itu langsung berpaling kepadanya, wanita-wanita ini benar-benar tidak ada harga dirinya sama sekali," ucap Bryan kesal. "Nona-nona, hentikan, aku bisa mati jika kalian melakukan ini padaku," ucap Luis yang dipeluk-peluk oleh mereka. "Lihatlah tuan, ada pria aneh yang mencoba menghalangi kami berolahraga, berikan dia hukuman agar dia tahu siapa sebenarnya dirimu," ucap wanita itu meminta perlindungan. "Bodoh, bagaimana bisa aku melakukan hal itu pada sahabat ku sendiri," gumam Luis. Luis adalah pria yang cukup terkenal karena ketampanannya, saking tampannya, banyak wanita yang mendekatinya dan minta berkencan dengannya bahkan sampai detik ini Luis akan berkencan dengan tiga orang sekaligus setiap hari dengan wanita yang berbeda setiap harinya, banyak orang yang mengidolakan dirinya. Sebenarnya hal itu juga dialami oleh Bryan tetapi, Bryan tak pernah melayani mereka dan malah memarahi wanita-wanita itu. "Aku benci sekali pada wanita bahkan mereka mengatakan ingin menikah denganku berkali kali seperti seorang pengemis," ucap Bryan yang membuat wanita itu sedikit tersinggung. "Apa yang kau katakan? Memangnya kau siapa?" tanya wanita itu dengan tatapan kekesalan. "Hei jangan tidak sopan padanya," ucap Luis mengingatkan mereka. "Memangnya kenapa tuan?" tanya wanita itu. "Apa kalian tidak tahu jika laki-laki yang ada di hadapan kalian itu adalah Bryan?" ucap Luis yang membuat mereka kembali terkejut. "Apa! Bryan? Maksudnya tuan Bryan yang terkenal karena kekayaannya itu? Apa dia benar-benar tuan Bryan?" ucap gadis-gadis itu nampak tidak percaya. "Ya siapa lagi? Dia memang Bryan," ucap Luis yang membuat gadis-gadis itu terlihat gemetaran. "Kenapa wanita-wanita aneh ini? Apa mereka sekarang sudah sadar bahwa harga dirinya telah hilang?" tanya Bryan pada Luis. "Sepertinya sekarang mereka sudah kehilangan akal sehatnya Bryan, ayo pergi tinggalkan mereka, kau jangan mengganggu lagi gadis-gadis ini," pinta Luis memegang bahu Bryan sedikit menariknya agar ia mau pergi dari sana. "Apa? Tidak mungkin? Apa aku bermimpi?" ucap salah seorang dari mereka. "Kau benar, apa kita sedang bermimpi?" "Dua orang malaikat ada di hadapan kita dan kita tidak menyadarinya? Apa yang harus kita lakukan? Tubuhku terasa lemas karena tidak percaya akan bertemu mereka di sini," ucap mereka. Tiba-tiba mereka memanggil-manggil nama Bryan dan mengatakan hal sama seperti pertama kali melihat Luis. "Tuan Bryan nikahi aku, aku rela menyerahkan apapun padamu," ucapnya. "Nikahi aku juga tuan Bryan, aku rela dijadikan simpanan mu, asalkan kau yang menjadi suamiku," ucap mereka membuat Bryan nampak marah. "Ya ampun, seharusnya kalian tidak mengatakan hal itu," gumam Luis nampak khawatir. Bryan menyeringai dan ia nampak senang ketika wanita-wanita itu mengatakan hal semacam itu. "Hahaha dasar manusia tak punya harga diri, bahkan rela mengemis untuk mendapatkan cinta dariku, hahaha," ucap Bryan yang tak dipedulikan oleh mereka. "Iya kami memang sudah hilang harga diri jika berada di hadapan mu, kamu rela melakukan apapun untukmu," ucap mereka membuat Bryan semakin puas dan pergi meninggalkan mereka sementara perempuan itu terus memanggil nama mereka dan meleleh kepanasan. "Ya ampun rahimku serasa hangat, apakah ini yang dinamakan cinta?" ucap mereka nampak terduduk lemas mendapatkan dua pria idaman berada di hadapan mereka. Bryan dan Luis akhirnya meninggalkan gym itu dan terlihat ekspresi wajah Bryan yang sangat bahagia karena lagi-lagi bisa mempermalukan wanita-wanita itu di depan umum. Di dalam mobil sport yang mereka kendarai nampak Luis menegurnya, ini bukan sekali dua kali Bryan melakukan hal itu, ketidaksukaannya pada wanita telah membutakan sikap sosialnya terhadap makhluk cantik rupawan itu sehingga di dalam otak Bryan selalu terukir jika selogan wanita selalu benar adalah salah. "Mau sampai kapan kau seperti ini? Apa kau tidak takut namamu akan hancur?" tanya Luis yang semakin mengkhawatirkan sikap sahabatnya itu. "Aku menghisap mereka jika mereka berprilaku dengan baik dan benar," jawab Bryan di dalam mobil itu. "Apa menurutmu pergi ke Gym adalah sesuatu yang salah?" tanya Luis fokus menyetir. "Sebenarnya tidak salah, hanya saja aku benci niat mereka, mereka pikir dengan berolahraga bisa membuat badan mereka kuat? Lebih kuat dari laki-laki? Tentu tidak, seharusnya mereka belajar memasak atau belajar menyiapkan makanan," jawab Bryan yang hanya direspon dengan gelengan kepala oleh Luis. "Ada apa dengan isi otak pria ini, semua orang berhak melakukan yang mereka inginkan selama itu tak menyakiti orang lain, kau tidak punya hak apapun atas mereka, Bryan," ucap Luis menghela napasnya. "Luis apa kau tidak tahu siapa aku? Bahkan aku bisa mengatur sebagian orang sesuai keinginan ku," ucap Bryan tersenyum. "Baiklah tuan, Bryan," jawab Luis menyetir mobilnya. Mereka menuju sebuah rumah besar bak istana kerajaan yang tak lain adalah rumah kediaman Bryan. Ada sekitar empat penjaga di depan gerbang dan sepanjang jalan menuju teras rumah sekitar lima ratus meter, rumah itu sangat besar sampai halaman rumah begitu luas, satu lagi, semua pekerja di rumah itu adalah laki-laki. "Lihatlah Luis, betapa indahnya istana ini dan semua yang aku dapatkan ini berkat dirimu dan juga kedua orang tua mu," ucap Bryan keluar dari mobilnya. "Bisa saja kau, Bryan, kau tidak usah merendah begitu, kau yang membangun bisnis ini dari awal sampai bisa mengembalikan masa kejayaan keluarga ku dengan perusahaan baru yang kau rintis," ucap Luis. Mereka berjalan masuk dan menemukan kedua orang tua Luis serta ayahnya hendak pergi keluar. Wanita cantik dan memiliki kulit yang lembut itu adalah ibu dari Luis, sejak dahulu ibunya memang rutin melakukan perawatan sehingga ketika usianya sudah tua, dia masih tetap terlihat cantik seperti seorang perempuan berusia dua puluh tahunan. "Bryan, Luis, untung saja kalian sudah pulang, ibu ada keperluan mendadak bersama ayahmu, kerabatku yang ada di California menelepon dan dia membutuhkan bantuan kami di sana, kami akan pergi ke sana untuk beberapa hari," ucap ibunya Luis. "Bryan, tolong jaga si nakal ini, jangan sampai dia melakukan hal-hal gila seperti saat itu, aku tidak ingin rumah ini di isi minuman beralkohol," ucap ayahnya Luis kemudian mereka pergi berpamitan. "Baiklah ayah, aku akan menasihati berandalan kecilmu ini, aku akan memukul kepalanya jika dia tak mau mendengarkan," ucap Bryan tersenyum. "Hahaha kau memang anak yang baik Bryan, selamat berakhir pekan anak-anak, saatnya kami berlibur," ucap ayahnya Luis lalu kemudian istrinya menatap sinis. "Ah maksud ku, saatnya kita menolong saudara yang kesulitan hehehe," ucap sang ayah mendapatkan tatapan mengerikan istrinya. "Lihatlah mereka sangat bahagia, walaupun aku tidak tahu apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan di luar sana, orang tua memang banyak menyimpan rahasia dari anak-anaknya, ya?" ucap Bryan melihat kedua orang tua Luis berjalan meninggalkan mereka. "Aku akan mengadakan pesta, ini kesempatan ku untuk memuaskan hasratku Bryan, hahaha!" ucap Luis tertawa terbahak-bahak. Seketika Bryan memukul kepala Luis sampai Luis menundukkan kepalanya. "Aw, apa yang kau lakukan, bodoh?" ucap Luis kesakitan. "Apa kau tidak mendengar ayahmu barusan? Aku akan memukul kepala mu jika kau nakal," ucap Bryan pergi ke kamarnya. "Sialan, kau Bryan," ucap Luis mengelus kepalanya. Bryan adalah anak yang ditemukan oleh orang tua Luis di jalanan ketika usianya masih sepuluh tahun. Orang tua Luis sudah menganggap Bryan seperti anaknya sendiri, dia juga anak yang rajin dan penurut sehingga kedua orang tua Luis sangat menyayangi Bryan. Saat itu Bryan yang berpenampilan seperti gelandangan tak sengaja melihat ayah Luis yang ditodong kemudian dengan keberaniannya, Bryan melemparkan batu pada si penodong itu sehingga penodong itu dapat dilumpuhkan. Setelah kejadian itu Bryan dibawa kerumahnya dan Luis nampak senang karena selama ini tak ada satupun orang yang mau berteman dengan Luis. "Foto masa lalu yang sangat menyedihkan," ucap Bryan melihat sebuah foto yang terpajang di dinding kamarnya. Bryan melepaskan bajunya dan merebahkan diri di atas kasur itu, tiba-tiba pikirannya terlintas sebuah kejadian saat berada di perusahaan. "Kau pikir aku barang yang bisa kau beli begitu saja!" Ucapan Ellena terlintas di pikiran Bryan dan membuat ia memikirkan Ellena untuk sesaat. "Sial, lagi-lagi kata-kata wanita itu melintas dipikiran ku, siapa wanita itu? Aku harus memberi pelajaran jika bertemu dengannya lagi nanti, aku takkan pernah melupakan mu wanita sialan," ucap Bryan memijat keningnya. Sementara itu di kediaman Ellena, rupanya ia terlihat risau karena sampai sekarang masih belum ada panggilan kerja untuk dirinya. "Apa yang harus aku lakukan? Keuangan sudah menipis, kakek sudah mulai sakit-sakitan, apa aku harus melamar pekerjaan lain saja, ya?" ucap Ellena uring-uringan di ruang tamu, sementara kakeknya terbaring di dalam kamarnya. "Internet selalu memberikan jawaban," ucap Ellena membuka lowongan yang ada di internet. Banyak pekerjaan yang terpampang di sana dan ada satu pekerjaan dengan status urgent. "Apa aku ambil pekerjaan ini? Aku benar-benar bingung tetapi, ijazah ku tidak terlalu diperlukan untuk pekerjaan ini sepertinya," ucap Ellena dengan ekspresi wajah yang kebingungan seakan ia ragu mengambil pekerjaan yang ia lihat di laman browser androidnya. Keesokan harinya Ellena mendatangi tempat kerja yang membuka lowongan itu dan ternyata tempat itu terletak tak jauh dari kantor Bryan. Ellena masuk ke tempat itu yang ternyata adalah restoran Prancis, dan Ellena cukup familiar dengan restoran itu karena sebelumnya ia berkuliah di Prancis. "Nona Ellena, lulusan universitas Prancis gelar terakhir S2, apa kau yakin ingin melamar di posisi ini? Karena posisi yang seharusnya kau tempati belum ada lowongan, sekalipun ada, kau harus memiliki pengalaman minimal dua tahun, apa kau yakin ingin melamar di posisi sekarang?" tanya manajer yang menerima berkas Ellena pagi itu. "Kenapa tidak? Aku pikir dengan pendidikan setinggi itu akan lebih baik jika aku bekerja di posisi yang sekarang, lagipula aku dua tahun di Prancis dan mengerti kultur mereka, kemampuan ku akan sangat berguna di restoran ini," ucap Ellena membuat manajer berpikir ulang. "Dia benar, kapan lagi memiliki pegawai dengan gelar tinggi dengan harga murah, ini akan membuat standar restoran ini lebih tinggi," gumam manajer tersenyum dan akhirnya Ellena pun diterima.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD