Setelah tidak mendapatkan tempat di perusahaan yang sedang naik daun itu, Ellena yang merupakan mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Eropa itu harus pulang dengan tangan kosong. Ellena tidak pernah mengira ada perusahaan seperti itu di Amerika, padahal dia sudah berekspektasi lebih pada perusahaan yang sebenarnya bisa menerima ia dengan mudah.
"Bisa-bisanya ada perusahaan seperti itu, aku akan terus mengingat pria itu, aku tidak akan pernah memaafkan dia, jika bertemu di jalan dengan keadaan yang sulit, aku akan mengabaikannya, ih dasar pria m***m!" ucap Ellena sembari pulang menuju rumahnya.
Sebuah telepon masuk ke teleponnya, itu adalah telepon dari rumah sakit.
"Iya, ada apa? Apa? Kakek? Baik aku segera ke sana," ucap Ellena dalam sambungan telepon itu.
Ellena langsung pergi ke rumah sakit setelah menerima panggilan tersebut. Sesampainya di sana ia seperti mencari kamar seseorang yang ternyata adalah kakeknya.
"Kakek? Apa kau baik-baik saja? Apa penyakit mu kambuh lagi?" tanya Ellena yang saat ini melihat kakeknya terbaring di kamar rumah sakit.
"Ellena, kakek baik-baik saja, apa kau sudah mendapatkan pekerjaan mu di sini? Bagaimana hari pertama mu ada di Amerika setelah dua tahun lalu kau pergi menyelesaikan pendidikan mu?" tanya sang kakek dengan suara paraunya.
"Kakek jangan memikirkan aku terus, ini saatnya aku yang memikirkan mu, lagipula kau tidak usah khawatir, cucu kakek sekarang sudah besar, aku tidak akan tersesat lagi seperti dulu," ucap Ellena mengelus kening kakeknya.
Ellena adalah seorang perempuan sebatang kara, sejak usianya lima tahun tahun, ayah dan ibunya sudah meninggal dan ia akhirnya tinggal bersama sang kakek, kakek sangat menyayangi Ellena karena dia adalah wanita yang baik dan juga penurut, bahkan ketika kakek sedang melakukan apapun, Ellena selalu membantunya. Kakek juga orang yang sangat kaya saat itu, dia memiliki lima orang anak salah satunya adalah ayahnya Ellena. Ayah Ellena adalah anak terakhir dari kakeknya sehingga Ellena mau tak mau harus ikut bersama sang kakek. Neneknya meninggal setahun yang lalu sehingga Ellena ingin cepat-cepat menyelesaikan pendidikannya dan pergi kembali ke Amerika untuk menjaga kakeknya yang sudah sakit-sakitan.
"Ellena, aku berpesan padamu, teruslah jadi wanita yang baik dan jangan pernah menyimpan dendam pada orang lain sekalipun itu adalah orang yang sangat kau benci. Kita tidak bisa membenci orang lain lebih lama karena kita bukanlah iblis, ketika kau tidak suka orang itu melakukan sesuatu, maka jangan benci orangnya, kau hanya boleh tidak suka sikapnya bukan orangnya," ucap kakek dengan suara parau diselingi batuk membuat Ellena tersadar akan kata-kata umpatannya tadi terhadap kejadian yang baru saja menimpanya.
"Baik kakek, aku akan menuruti semua nasihat mu, karena kakek adalah orang terbaik yang ada di hidupku saat ini, aku sangat menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri, aku harap kakek segera sembuh," ucap Ellena yang begitu menyayangi kakeknya.
"Maafkan aku karena kondisi ku membuat kau tidak tenang, aku merasa berdosa padamu karena kondisi ku sekarang tidak bisa membuat mu bahagia, dan semua uang yang seharusnya menjadi milikmu telah diambil oleh paman-paman mu," ucap kakek sedikit bersedih.
Ellena tak mau membahas hal itu karena bagi dirinya, semua yang ia miliki saat ini adalah yang terbaik termasuk kakeknya.
"Kakek jangan berbicara seperti itu, aku masih punya uang, Eropa memberikan aku gaji yang besar saat aku kuliah di sana, aku masih memiliki tabungan untuk kita kedepannya, kakek tidak usah membicarakan apa yang membuat kakek bersedih," ucap Ellena memeluk kakeknya.
Akhirnya setelah beberapa waktu ada di rumah sakit, mereka pulang ke rumah. Rumah yang hanya dua perak itu hanya cukup ditinggali oleh dua orang dan tidak ada perabotan yang terlalu mewah, hanya ada peralatan masak dan satu lemari es, bisa dibilang mereka adalah keluarga yang miskin. Di dinding rumah itu terdapat sebuah foto keluarga di mana foto itu menampilkan sang kakek yang dulu masih muda berfoto di depan rumah besar bak istana. Kakek melihat foto itu dan teringat kembali peristiwa kelam yang menimpanya.
"Seandainya aku bisa kembali ke masa lalu, aku takkan pernah mengambil langkah untuk mendirikan bisnis itu, semua kekayaan yang aku miliki hanya membuat keluarga ku hancur," ucap kakek yang saat ini merebahkan dirinya di lantai dan hanya beralaskan kasur yang tipis.
"Kakek, jangan berpikir macam-macam, kakek sekarang adalah tanggung jawabku, jangan memikirkan sesuatu yang telah berlalu," ucap Ellena menenangkan kakeknya.
Kemudian ia pergi ke kamar untuk merapikannya, di sana ia akan membaringkan kakek di kasur karena ia khawatir jika kakek tidur di luar akan lebih berbahaya.
Ketika ia sedang membereskan kamarnya tiba-tiba ia melihat sebuah bingkai foto yang terletak di lemarinya. Di sana terlihat sebuah foto saudara saudara Ellena yang nampaknya lebih tua dari dirinya.
"Mereka adalah orang-orang yang membenciku, sejak kecil aku mendapat perlakuan yang buruk karena mereka iri melihat kedekatan ku dengan kakek, aku bahkan hampir tidak kuat lagi hidup saat itu karena mereka bahkan melukai tubuhku," ucap Ellena mengenang kejadian di masa lalu.
Kakek adalah seorang pengusaha kaya, usahanya sukses di masa muda saat ia masih memiliki dua orang anak sampai akhirnya istrinya melahirkan lima orang anak. Kakek sangat mengistimewakan ayah Ellena karena ia adalah anak terakhir tetapi, kakak-kakaknya begitu iri sampai ayahnya Ellena menikah pun sebenarnya mereka tidak pernah datang ke pesta pernikahannya, entah apa yang membuat kakak-kakaknya seperti itu dan kejadian itu pun berlanjut ketika kakek sudah tua, mereka mengambil alih harta kekayaan kakek bahkan menggugatnya, saat itu kakek yang digugat anak-anaknya sendiri memilih untuk menyerah karena ia tak ingin anak-anaknya semakin brutal dan akhirnya ia menyerahkan semua harta kekayaan pada anaknya dan memilih pergi dari rumah karena rumah itu dikuasai oleh anak kedua. Nenek yang saat itu masih hidup sampai syok dibuatnya dan sampai Stoke. Dari sana kakek dan nenek juga Ellena tinggal di rumah yang sempit itu sudah hampir sepuluh tahun mereka di sana dan sepertinya tidak dipedulikan oleh anak-anaknya karena mereka sudah tergila-gila oleh harta.
Ellena menangi di kamarnya, ia berpikir jika semua yang terjadi adalah salahnya.
"Maafkan aku kakek, karena telah mengurus ku, kau bahkan harus kehilangan anak-anak mu dan kehilangan semua harta yang kau cari selama ini, aku sangat membenci diriku sendiri, aku berjanji akan membuat kakek bahagia dan tak akan pernah membiarkan mereka menyakitimu lagi," ucap Ellena menangis di kamarnya.
Kini ia telah pulang dari Eropa dan akan membuktikan pada semua orang yang selama ini merendahkannya bahwa dia bukanlah anak yang tidak berguna.