Tumbuh Kembali

1102 Words
Belum terlihat banyak orang pagi ini dan hanya terlihat nenek tua yang sedang menyapu halaman kuil, Bryan dengan berani langsung mendekati nenek tua itu dan mengatakan sesuatu yang cukup keras. "Nenek tua, aku tahu kau hanya berpura-pura, kan? Pasti kau tahu apa yang terjadi padaku? Sekarang katakan, apa yang sebenarnya terjadi padaku?" tanya Bryan yang ternyata sudah berlinang air mata. Rupanya menjadi seorang wanita membuat hati Bryan sedikit lunak, mungkin karena sifat wanita yang rapuh dan mudah tersentuh sehingga Bryan sedikit terbawa suasana. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti yang kau katakan, aku sedang menyapu halaman, apa kau ingin membantu ku?" tanya nenek itu dan terus melanjutkan aktivitasnya. Kemudian Bryan merebut sapu yang nenek pegang dan membuangnya karena ia kesal akibat pertanyaannya tak mendapatkan jawaban. "Sudahlah hentikan, kau yang kemarin menyumpahi diriku sampai aku berakhir seperti ini, kau yang mengatakan jika dewa akan menghukum ku dan sekarang semua itu benar-benar menjadi kenyataan, aku tidak pernah berpikir akan bangun dengan d**a yang menonjol dan b****g yang melebar, kau pasti tahu, kan? Beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Bryan tak sadar saat ini telah berlutut di depan nenek itu. Bryan benar-benar kehilangan gengsinya, saat ini dia benar-benar telah putus asa karena kondisinya dan menyebabkan ia harus berlutut di depan nenek tua dan memohon solusi. "Apa kau pria yang saat itu memaki seorang wanita di depan patung dewa Amaterasu?" tanya nenek itu yang sebenarnya sadar tentang kondisi yang di alami Bryan. Bryan kebingungan, dalam hatinya ia masih ragu dan tak dapat berkata apapun tetapi, tak ada cara lain yang bisa ia lakukan. "Benar, aku tidak tahu tiba-tiba aku berubah seperti ini dan kondisi ini membuat aku muak," ucap Bryan kemudian melihat nenek tua mendekati patung dewa Amaterasu di hadapannya. "Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua yang kita alami telah terdapat di dalam garis takdir yang tak bisa kita lawan, apapun yang kau alami dalam kehidupan mu adalah sebuah keharusan dan tak dapat kau ubah karena hidup adalah sebuah kesatuan yang utuh, jalani saja apa yang seharusnya datang kepadamu dan jangan kau melakukan hal-hal aneh," ucap nenek tua berdoa di depan patung dewa itu. Bryan nampak kesal, ia bangun kemudian mendekati nenek dan patung dewa itu mencoba untuk merusak patung itu karena ia sudah terlalu kesal. "Apa-apaan itu? Kau pikir hidupku bisa ditentukan seenaknya? Aku tidak terima! Hei, jika kau dewa yang merubahku seperti ini, tolong kembalikan aku seperti semula! Kau tidak bisa merenggut kehidupan ku seenaknya!" ucap Bryan di depan patung dewa Amaterasu. Umpatan Bryan menimbulkan sebuah guntur yang menyambar pohon tepat di belakang ia berdiri. Bryan terkejut dan tak mampu berbicara apapun. "Jangan menentang dewa, apa yang dia takdirkan adalah mutlak, kau tidak bisa menguatnya, yang bisa kau lakukan hanya mengikuti perintahnya dan memohon ampunan," ucap nenek tua membuat Bryan sedikit tersentak akibat kilat yang menyambar begitu keras. Dia melihat ke arah patung dewa Amaterasu kemudian ia berlari menjauh dari sana karena apa yang ia katakan tidak akan ada gunanya. "Apa yang aku lakukan? Kenapa aku ketakutan? Aku tidak pernah merasa takut seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Bryan menjambak rambutnya sendiri sembari berlari menjauh. Bryan akhirnya kembali ke rumah nenek itu dan tak lama akhirnya ia terkena demam yang membuat Bryan harus di rawat di sana sekarang. Untung saja nenek tua begitu baik dan mau merawatnya sehingga Bryan dirawat oleh nenek tua dan ia masih belum bisa mengatakan apapun tentang apa yang terjadi. "Dahulu ada cerita seorang wanita yang tiba-tiba berubah menjadi pria, di masa itu dia berani menentang dewa dan akhirnya dia mati dengan cara membusuk," ucap nenek membuat Bryan sedikit ketakutan. "Apa yang harus aku lakukan? Apakah yang aku lakukan sebelumnya begitu jahat? Apa aku bisa kembali?" tanya Bryan nampak menangis. Entah kenapa Bryan jadi lebih mudah menangis sekarang, atau memang pengaruh dari kondisinya saat ini, entahlah, yang jelas saat ini Bryan ingin kembali seperti semula. "Tidak ada yang bisa kau lakukan, aku sudah mengatakannya, kau hanya perlu memohon ampunan dan jalani kehidupan mu," ucap nenek tua itu. "Tidak! Semua pasti ada obatnya, keadaan ku sekarang pasti bisa kembali seperti semula, aku tidak ingin hidup dengan tubuh lemah seperti ini," ucap Bryan. "Terserah kau saja, aku sudah mengatakan yang aku tahu, sekarang tergantung dirimu," ucap nenek tua itu. Keesokan harinya seorang tetangga datang ke rumah nenek itu untuk mengantarkan makanan, pria itu memang sudah biasa melakukannya karena dia menganggap nenek seperti orang tuanya sendiri. Sementara itu Bryan yang kini dalam tubuh wanitanya sedang kesulitan untuk makan karena makanan yang diberikan tak sesuai keinginannya. "Yang benar saja? Bagaimana bisa aku makan makanan seperti ini? Aku biasa memakan seafood dan makanan Itali, aku tidak bisa memakan telur ini," ucap Bryan yang saat ini disuguhi sebuah telur setengah matang beserta roti Tawan dan beberapa irisan daging. "Jika kau tidak makan, kondisi mu akan semakin parah, setidaknya kau makan saja, aku tidak bisa membelikan makanan yang biasa kau makan," ucap nenek itu. "Kau tinggal membelikan untukku, aku akan mengganti uangmu jika tubuhku sudah kembali seperti semula," ucap Bryan yang tak terlalu dipedulikan nenek. "Terserah kau saja, yang jelas aku hanya bisa memberikan makanan ini," ucap nenek kemudian suara ketukan pintu terdengar dan nenek langsung membuka pintu itu. "Nenek Ema, apa kabar mu hari ini? Seperti biasa, aku membawakan mu kacang merah dan beras gandum, aku harap kau masih menyukainya," ucap pria yang memakai topi hitam itu. Suara piring jatuh terdengar mengalihkan pandangan mereka ke arah benda itu. Dengan refleks nenek langsung pergi ke kamar menemui Bryan begitupun dengan pria tadi yang penasaran. "Ada apa nek?" ucap pria itu melihat ke arah kamar. Betapa terkejutnya pria itu melihat Bryan yang hanya menggunakan celana dalam dan bra di atas kasur. "Wah, siapa dia?" gumam pria itu. Paras cantik Bryan serta bentuk tubuhnya yang ideal membuat pria itu terpesona saat pandangan pertama, apalagi saat ini Bryan nampak tak peduli dengan apa yang ia tunjukkan karena ia tak pernah merasa malu dengan kondisi itu. "Apa yang kau lakukan?" tanya nenek. "Aku hanya ingin menaruh di atas meja," ucap Bryan melihat ke arah nenek dan ia melihat pria bertopi hitam itu nampak memandang dengan tatapan terselubung. "Kenapa kau tersenyum padaku? Senyummu begitu menjijikan," ucap Bryan yang di tegur langsung oleh nenek. "Tidak boleh seperti itu, dia adalah Wilson, pria baik yang selalu mengantarkan makanan padaku, bersikap baiklah padanya," ucap nenek tua itu. "Hah? Dilihat dari wajahnya, dia malah terlihat seperti kriminal, dan apa yang kau bawa? Jika hanya makanan sampah, kau hanya akan jadi pria tak berguna," ucap Bryan. "Hahaha maafkan aku, besok aku akan membawakan makanan yang kau inginkan," ucap pria itu yang benar-benar terpesona dengan kecantikan Bryan. "Baguslah, jadilah lelaki yang bisa diandalkan," ucap Bryan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD