Bryan cukup kesulitan mencari jalan keluar walaupun pada akhirnya ia berhasil keluar dari hotel itu menggunakan beberapa penyamaran. Hal pertama yang harus ia lakukan sekarang adalah menemui Luis untuk menjelaskan semua yang terjadi pada dirinya. Jarak antara hotel dan rumah Bryan cukup jauh dan membuat ia harus menaiki kendaraan tetapi, saat ini ia tak memiliki uang dan baru sadar ketika sudah sampai di luar hotel.
"Aku harus memberi tahu Luis, itu artinya aku harus kembali ke Los Angeles, eh? Sial, aku baru sadar jika sekarang aku ada di California, bagaimana caranya aku ke sana? Sedangkan semua uangku tidak ada dan dompet yang aku bawa juga lenyap, sial! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba aku berubah menjadi seorang wanita?" ucap Bryan nampak panik dan ketakutan.
Di luar sana Bryan mencari cara untuk bisa pergi ke Los Angeles dan menemui Luis, walaupun saat ini dia benar-benar kehilangan idenya akibat terlalu berat memikirkan keadaan yang sekarang.
Sirine dari mobil polisi sudah terdengar di semakin mendekati hotel, Bryan melihat sendiri beberapa polisi keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam hotel. Bryan yang menyadari akan hal itu kemudian ia buru-buru pergi menjauh dari sana karena ia takut polisi itu akan menangkapnya.
"Ada yang mengatakan jika seorang wanita cantik nampak keluar masuk dari kamar tuan Bryan Adam beberapa hari belakangan? Apa wanita itu ada di sini?" tanya polisi pada resepsionis yang langsung ditanggapi oleh supervisor hotel.
"Gadis itu masih ada di kamarnya, tadi salah satu pelayan membawakan makanan dan dia menemukan wanita itu di kamarnya," ucap supervisor menunjukkan kamar yang sebelumnya di tempati oleh Bryan.
Mereka akhirnya menuju kamar Bryan bersama pelayan yang sebelumnya mengantarkan makanan.
"Wanita itu cukup aneh, pagi tadi bahkan dia terlihat begitu panik saat aku menatapnya, mungkin memang ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan dan kehadiran wanita itu sungguh misterius," ucap pelayan itu kemudian polisi memintanya untuk membuka kamar hotel itu.
"Dia benar-benar mencurigakan, kita harus segera menangkap orang ini, dia sangat berbahaya," ucap salah seorang polisi kemudian mengetuk dan meminta Bryan keluar.
"Kami tahu kau ada di dalam, buka pintunya atau tidak akan kami buka secara paksa, mohon kerjasamanya, nona," ucap polisi bersiap dengan senjatanya dan bersiap untuk mendoberak.
Setelah tidak mendapatkan jawaban dari dalam kamar karena memang sudah tidak ada siapa-siapa di dalam sana akhirnya petugas hotel membuka kamar itu dengan kunci cadangan. Mereka terkejut ketika di dalam kamar itu sudah kosong dan hanya beberapa baju yang tergeletak di atas kasur.
"Sial, dia sudah kabur, hubungi unit sembilan untuk berpatroli, dia pasti belum jauh dari tempat ini," ucap komandan polisi memerintahkan untuk berpatroli mencari wanita yang saat ini diduga terlibat atas kematian Bryan.
Bryan terus berlari entah kemana ia melangkah karena saat ini pikirannya benar-benar sedang kacau, yang jelas dia harus menjauh dari hotel itu sebelum polisi mengejar dan menangkapnya.
"Apa yang terjadi pada diriku? Ini tidak mungkin, semua yang aku alami benar-benar tidak masuk akal!" ucap Bryan terus berlari dengan hanya menggunakan kaus dan celana pendek tanpa alas kaki.
Sampailah Bryan di sebuah tepian kota, di depannya terdapat sebuah sungai yang sudah tercemar limbah perusahaan, Bryan berhenti di sana untuk beristirahat karena kelelahan.
"Sial, kemana aku harus pergi? Aku benar-benar bingung apa yang harus aku lakukan selanjutnya," ucap Bryan mengatur ritme napasnya serta sesekali melihat ke arah dadanya yang kini membulat.
Bryan nampak jijik dengan penampilannya saat ini, ditambah lagi dia memang tidak menyukai wanita tetapi, apa jadinya Bryan hari ini karena dirinya benar-benar telah menjadi seorang wanita.
Tiba-tiba Bryan terpikirkan sesuatu ketika ia melihat sebuah bayang-bayang bangunan yang tercermin di dalam air, itu mengingatkan Bryan pada kuil tua yang sempat ia datangi.
"Kuil tua? Tidak, tidak mungkin, aku tidak mungkin dikutuk, aku tidak melakukan kesalahan, semua yang aku lakukan adalah sebuah kebenaran, dan aku tidak mungkin berbuat salah sampai harus menjadi seperti ini," ucap Bryan menjauh dari sungai itu sampai akhirnya ia menemukan sebuah pemukiman yang bersebelahan dengan hutan.
Sore menjelang dan waktu hampir gelap, Bryan masih belum tahu dia akan pergi kemana, kemudian seseorang nampak memandangnya dari dalam rumah dan orang itu adalah nenek tua penjaga kuil yang sering menyapu di kuil kuno itu.
Bryan terkejut saat wanita tua itu memandangnya dan seakan berkata jika ia meminta Bryan untuk mendekatinya.
"Wanita tua? Bukankah dia wanita yang ada di bukit itu? Apa yang dia lakukan di sini? Apa ini adalah rumahnya," ucap Bryan memandang nenek tua kemudian nenek itu melambaikan tangannya.
Awalnya Bryan ragu untuk mendekat tetapi, dia akhirnya mendekati nenek itu karena hari semakin gelap dan dia bingung harus pergi ke mana.
"Sepertinya kau bukan orang lokal, darimana asalmu? Apa kau tersesat?" tanya sang nenek yang saat ini menyuguhkan sebuah teh hangat di atas meja pada Bryan.
Rumah nenek itu terlihat sederhana namun terasa nyaman, beberapa ukiran nampak mempercantik arsitektur dinding maupun langit-langit sampai Bryan kagum dengan arsitekturnya.
"Terimakasih sudah menolong ku tetapi, bukan berarti aku akan membalas kebaikan mu," ucap Bryan yang terasa seperti orang tak tahu berterimakasih.
Rupanya sifat sombongnya masih melekat walaupun saat ini penampilan fisiknya telah berubah.
"Aku sepertinya tidak asing dengan dirimu, sebenarnya kau dari mana? Dan kenapa kau bisa ada di tempat ini?" tanya nenek tua yang saat ini terduduk di hadapan Bryan.
"Apa yang harus aku katakan? Aku benar-benar membenci orang ini," gumam Bryan terdiam dan bingung.
"Baiklah jika tidak ingin berbicara, untuk malam ini kau boleh tidur di sini," ucap nenek tua kemudian Bryan tiba-tiba menahan nenek itu ketika dia akan pergi meninggalkannya.
"Tunggu, sebenarnya kau siapa?" tanya Bryan pada nenek itu yang membuat nenek kebingungan.
"Apa yang kau tanyakan? Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, aku adalah warga di sini dan kau adalah tamu," ucap nenek tua.
"Iya benar juga, ya? Bukan itu maksudku, apa kau pura-pura tidak tahu? Atau bagaimana? Apa kau tidak mengenalku?" tanya Bryan membuat nenek itu memperhatikannya.
Setelah beberapa detik memperhatikan raut wajah Bryan akhirnya nenek itu mengatakan sesuatu.
"Apa jangan-jangan kau adalah cucuku yang hilang?" ucap nenek.
"Ha? Bukan, aku bukan cucumu, ah sudah lupakan saja," ucap Bryan merasa jika pertanyaannya akan berakhir sia-sia.
Akhirnya malam itu ia menginap di sana sedangkan petugas polisi terus mencari keberadaan Bryan. Semalaman Bryan tak dapat tidur karena ia masih memikirkan nasibnya yang berubah drastis, ia terus menghayalkan hal-hal aneh yang akan terjadi, hal itu membuat Bryan terlihat seperti orang gila
"Apa yang bisa aku lakukan dengan tubuh selemah ini? Apa yang membuat aku seperti ini? Apakah aku akan kembali seperti semula? Bagaimana aku menjelaskan ini pada semua orang?" ucap Bryan menjambak rambutnya yang lembut panjang.
Bryan berguling kesana-kemari dan ia masih saja belum bisa menerima keadaannya yang sekarang bahkan Bryan benar-benar penasaran dan mendatangi nenek tua setelah sekilas ia teringat oleh kata-katanya waktu itu
"Tak ada yang bisa menghukum ku dewa sekalipun."
Kata-kata itu terus menghantuinya dan kini ia berpikir mungkin kata-kata itu penyebab berakhirnya keadaan Bryan seperti sekarang ini.
"Tidak mungkin dia tidak tahu, aku harus bertanya pada si nenek tua besok pagi, dia pasti tahu sesuatu dan cara mengembalikan aku seperti semula."
Si nenek itu tidak nampak di manapun pagi ini, setelah Bryan telusuri ternyata saat ini nenek tua itu berada di kuil, oleh karena rasa penasaran dan keinginannya untuk kembali seperti semula, akhirnya Bryan menyusul nenek tua dan bermaksud menanyakannya.
Sesampainya di tempat yang dituju yaitu kuil kuno tempat pertama dia mempermalukan Ellena.