Terpesona

1023 Words
Daerah yang keberadaannya nampak tenang itu berada di California, itu artinya kantor baru ini terletak cukup jauh dari kantor pusat yang berada di Las Vegas. Diketahui Ellena melakukan perjalanan cukup panjang untuk bisa mencapai ke sana karena sebelumnya ia dan kakeknya tinggal di Las Vegas. Oleh karena rumahnya saat ini telah dikuasai oleh pamannya sehingga Ellena harus kembali ke California dan tinggal di sana karena tempat itu adalah tempat yang aman untuknya saat ini. Beberapa hari lalu saudara laki-lakinya yang bernama Andrew tiba-tiba mendatangi dirinya sebelum rumah yang ia tinggali di acak-acak. Dua hari yang lalu sebelum kejadian. "Aku harus terbiasa hidup sendiri di sini, dan beberapa perusahaan sudah berhasil aku lamar, tinggal panggilan interview untuk bekerja," ucap Ellena nampak memandangi seisi kamarnya. Tiba-tiba pintu rumah itu ada yang mengetuk. Seseorang berpakaian rapi menunggu di depan pintu rumah lalu segera Ellena buka pintu itu tanpa ia ketahui siapa orang dibalik pintu itu. Ellena terkejut saat seorang pria yang sebelumnya mengetuk adalah orang yang ia kenal. Dia adalah Andrew, anak ketiga dari salah seorang pamannya. Andrew terlihat seperti orang yang baik tetapi, sebenarnya dialah orang yang bertanggungjawab atas kepergian Ellena dari rumah besar milik kakeknya. Dulu Andrew pernah terpental akibat mobil yang menyerempetnya, saat itu dia baru saja pulang dari sekolah, Andrew tiba-tiba menyalahkan Ellena dan semua orang mempercayainya kecuali kakek dan neneknya, akibat kejadian itu Ellena diusir bersamaan dengan sang kakek dan neneknya yang juga diusir oleh anak-anaknya. "Andrew? Mau apa kau kemari?" tanya Ellena nampak tidak suka. "Memangnya kenapa? Apa kau keberatan?" Jawabnya yang terlihat begitu lesu dan dingin. Andrew termasuk pria yang sulit di tebak, dalam satu kondisi dia akan terlihat sangat ceria dan di sisi lain dia akan bersikap dingin. "Aku tidak ingin melihatmu di sini! Kau orang yang selalu ingin mencelakai ku berkali-kali," ucap Ellena mengusir Andrew kemudian ia mencoba untuk menutup pintu rumahnya tetapi, Andrew menahannya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mengusir ku dari sini? Aku hanya ingin melihat foto kakekku," ucap Andrew dengan tatapan tajamnya. Ellena terkejut dan ketakutan, tatapan itu mengingatkan ia pada kejadian masa lalu saat Ellena masih duduk di bangku sekolah menengah atas. "Andrew, pergi dari rumahku! Aku akan memanggil polisi jika kau nekat menerobos masuk!" ucap Ellena mengancam. "Kenapa kau begitu ketakutan?" tanya Andrew menerobos masuk lalu mencengkeram tangan Ellena dan memojokkannya ke tembok. "Andrew, apa yang akan kau lakukan?" tanya Ellena ketakutan saat tubuh besar Andrew menghimpit dirinya di tembok. "Kau terlalu berisik, aku sudah menunggu saat saat ini, aku tak mau melewatkannya lagi," ucap Andrew semakin mendekati wajahnya pada wajah Ellena. "Apa kah kau sudah gila? Pergi kau dari sini dan lepaskan aku!" ucap Ellena berteriak membuat Andrew panik. "Sial, hentikan teriakan mu!" ucap Andrew mendorong Ellena ke lantai sampai ia tersungkur. Ellena nampak kesakitan dibuatnya tetapi, untunglah dia segera berteriak sehingga memancing orang-orang yang ada di luar. Andrew yang merasa panik akhirnya pergi dari rumah itu, padahal ia ingin melakukan sebuah niat jahat pada Ellena. "Dasar, pria itu benar-benar gila, dia selalu mengejar ku dan berusaha untuk meniduri ku sejak dulu, untung saja kakek selalu menolongku," ucap Ellena kembali berdiri. Kembali ke masa kini di mana Ellena telah berada di sebuah rumah susun yang terletak di California, ini adalah hari pertama ia bekerja di perusahaan yang kurang terkenal, itu adalah perusahaan baru yang masih merintis dengan jumlah karyawan masih sedikit. Dia bekerja sebagai staf junior yang membantu merekap laporan keuangan, hal itu sangat bertentangan dengan riwayat pendidikan yang ia tempuh. Hari kerja Ellena lewati dengan sangat lelah, sampai akhirnya hari libur pun tiba dan ia kembali mengunjungi sang kakek dan neneknya di sebelah kuil. Nenek tua yang menjaga kuil itu melihat Ellena yang nampak berdoa setelah mengunjungi nisan kakeknya. Sementara itu Bryan, baru saja sampai di kantor baru yang sedang dalam masa pembangunan. "Luis, kau benar-benar hebat menemukan tempat yang cocok untuk ku, kau tahu apa yang aku inginkan dan proyek di sini cukup tenang," ucap Bryan melihat proyek yang sedang dikerjakan. Kemudian Bryan nampak melihat-lihat sampai akhirnya ia melihat sebuah bangunan tua yang cukup menarik perhatiannya. Bangunan itu terletak di atas bukit tak jauh dari tempat pembangunan kantor barunya. "Bangunan apa itu Luis? Sepertinya ada sesuatu yang menarik di sana," ucap Bryan membuka kacamata hitamnya. "Menurut warga sekitar, itu adalah kuil tua yang disampingnya terdapat pemakaman, area di sana cukup seram tetapi, aku rasa hal itu tak akan membuat mu ketakutan," ucap Luis. "Hahaha untuk apa aku takut? Aku sama sekali tidak takut hantu, aku hanya tertarik dengan model bangunan kuil itu, sepertinya aku ingin melihatnya lebih dekat," ucap Bryan bermaksud meminta Luis agar menemaninya ke sana. "Baiklah Bryan, aku tahu apa maksudmu, aku akan siap-siap dulu setelah itu ayo kita berangkat ke sana," jawab Luis bersiap untuk pergi melihat kuil yang ada di atas bukit itu. Sesampainya mereka di atas bukit, Bryan langsung terkesima dengan bangunan yang ada di sana tetapi, saat Bryan akan mendekati bangunan itu semakin dekat, tiba-tiba ia melihat sesosok wanita yang tak asing di hadapannya, itu adalah Ellena. "Luis, sepertinya aku menemukan sesuatu yang menarik, instingku memang tidak pernah salah, di sini memang ada yang menarik," ucap Bryan melihat ke arah Ellena. "Kenapa? Apa yang menarik? Apa kau menyukai bangunan seperti ini? Sejak kapan?" tanya Luis pada Bryan yang melangkahkan kakinya ke arah Ellena. Luis belum menyadari jika saat ini Bryan bukan fokus pada bangunan yang ada di hadapannya tetapi, ia terus berjalan mendekati Ellena yang saat ini tampak berdoa di sana. Nenek tua penjaga kuil terus memperhatikan Bryan dengan seksama, seperti ia melihat sebuah kejahatan yang menyelimuti pria itu. Tiba-tiba nenek tua menahannya untuk melangkah semakin mendekati Ellena. "Berhenti di sana anak muda, apa yang akan kau lakukan pada wanita itu?" tanya nenek tua penjaga kuil. "Apa yang kau lakukan? Apa kau mencoba menahan ku? Apa kau tidak tahu dengan siapa kau berbicara?" tanya Bryan dengan tatapan yang tajam. "Aku peringatkan sekali lagi, jangan membuat kegaduhan di kuil tua atau sesuatu yang buruk terjadi padamu," ucap nenek tua melarang Bryan untuk semakin mendekat. "Hei? Kau pikir kau tuhan? Apa kau pikir bisa menentukan takdir seseorang? Lebih baik kau cepat menyingkir sebelum aku memaki dirimu, nek," ucap Bryan membuat nenek tua menghentikan tindakannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD