Kenikmatan Terlepas

1072 Words
Wanita tua yang tak bersalah itu kini seakan diabaikan oleh Bryan dan ia hanya fokus pada Ellena yang ada di hadapannya. Ellena mencoba melawan ucapan Bryan tetapi, ia tak memiliki kemampuan untuk menyangkalnya. Sementara wanita tua yang tak sengaja menyeberang itu langsung terdiam. "Aku akan menelpon manajer mu dan aku akan membuat mu keluar dari pekerjaan itu," ucap Bryan dengan tatapan serius. Ellena benar-benar harus menahan emosinya, dia seperti kehabisan kata-kata walaupun dalam batinnya ia sangat ingin menampar mulut kasar Bryan. "Kenapa kau begitu sombong dan semena-mena? Jangan karena kau kaya bisa mengendalikan apapun yang kau lihat, kau hanya manusia biasa!" ucap Ellena kesal. Bryan menatap Ellena seakan ia ingin mencabik bibirnya tetapi, saat Bryan akan melakukannya tiba-tiba suara telepon Ellena berbunyi dan membuat Ellena terkejut. "Iya, halo? Apa? Baik aku segera ke sana," ucap Ellena nampak buru-buru dan sangat panik. "Aku harus pergi dan tidak ada urusan dengan mu! Ayo nek kita pergi dari psikopat ini," ucap Ellena bergegas pergi menuntun seorang wanita tua yang nampak pelan berjalan. "Hei, bisa-bisanya kau meninggalkanku saat aku sedang bicara! Awas saja, aku akan terus mengejarmu dan tidak akan membiarkan mu tenang," ucap Bryan kesal lalu kembali ke mobilnya. Ellena rupanya menuju ke rumah sakit tempat kakeknya di rawat, dia langsung menuju ke ruang di mana kakeknya di rawat. Tiba-tiba dokter keluar dari dalam ruangan itu sebelum sempat Ellena masuk melihat sang kakek. Dengan panik, Ellena kemudian bertanya kondisi kakeknya. "Dokter, apa kakek saya baik-baik saja?" tanya Ellena panik dengan napas yang tersengal-sengal. Dokter tak mampu mengatakan apapun, dia hanya diam dan tak mampu mengatakan apapun, Ellena terus bertanya sampai akhirnya dia mencoba masuk dan menerobos ke dalam. Ellena terkejut saat beberapa perawat nampak menutupi kakeknya dengan kain putih, Ellena yang melihat hal itu langsung mendekati sang kakek, dengan histeris ia memanggil nama kakeknya yang ternyata sudah meninggal. "Apa yang terjadi? Kakek? Suster apa yang terjadi? Ada apa dengan kakek ku?" ucap Ellena dengan air mata yang menetes. Siang itu Ellena tak mampu berkata-kata, ia benar-benar tak rela jika kehilangan lagi setelah kehilangan neneknya dan kini Ellena sudah benar-benar sebatang kara. Dalam hatinya Ellena begitu terpukul, karena satupun anak dari kakeknya tak ada yang datang ke sana dan tak peduli semuanya. "Jika kakek meninggal nanti, tolong kuburkan peti ku di kuil selatan." Ucapan kakeknya terus terngiang di dalam pikirannya, di sana juga neneknya dikubur sehingga kakek ingin mengatakan jika ia menginginkan dimakamkan bersebelahan dengan sang nenek. Ellena tak kuasa menahan kesedihannya di dalam ruangan itu bahkan dokter berusaha menenangkannya. Di tempat lain, Bryan yang menuju apartemen Natasha nampak begitu bahagia karena hari ini ia akan memberikan cincin permata yang telah dibelikan oleh Luis sebagai tanda pertunangan mereka. Bryan belum tahu jika saat ini Natasha bersama dua orang pria begitupun Natasha yang tidak tahu akan kedatangan Bryan. "Ini adalah hari bahagia yang aku tunggu, Natasha pasti menyukai cincin permata ini," ucap Bryan saat ia berjalan dan di sambut spesial saat memasuki apartemen. "Selamat siang tuan Bryan, hari ini kau nampak tampan," ucap seorang resepsionis wanita yang memang sudah biasa menyambut Bryan. "Semakin hari kau semakin sopan, walaupun aku tak menyukai kau masih saja bekerja, semoga harimu baik Letty," ucap Bryan bergegas menuju apartemen yang berada di lantai lima itu. Bryan cukup antusias dan tersenyum lebar, ia bahkan membetulkan kerah bajunya ketika akan mengetuk pintu apartemen Natasha. Sementara Natasha nampak sedang memakai pakaiannya dan merapikan rambutnya dan dua orang pria yang menidurinya kini hendak pergi dari sana. "Bagaimana? Apa kau menyukainya?" tanya Natasha yang kini telah rapi memakai bajunya. "Kau cukup liar dan nakal, besok kita akan mencoba gaya yang lebih sadis," ucap salah seorang pria. Bryan yang ada di depan pintu kemudian mengetuk hingga beberapa kali dengan menyembunyikan salah satu tangannya yang saat ini memegang kotak cincin permata. "Ada yang mengetuk? Siapa? Apa boleh aku buka?" tanya pria yang ada di dalam kamar apartemen Natasha. Natasha nampak tegang dia bahkan meminta agar kedua orang itu menjauh dari pintu itu. "Hei jangan kalian buka," ucap Natasha memeriksa handphonenya. Kemudian ia mendekati pintu kamarnya dan cukup hati-hati membuka pintu apartemennya. Suara detak jantung Natasha seakan terdengar jelas di telinganya sementara detak jantung Bryan pun melakukan hal yang sama, di satu sisi Bryan benar-benar tak sabar ingin melihat ekspresi Natasha, di samping Natasha ia terlihat begitu berhati-hati membuka pintunya. Sekali lagi pintu itu terketuk dan Natasha membukanya. Natasha nampak terkejut saat seorang pria yang berdiri di hadapannya adalah seorang pengantar pizza yang sedang ia tunggu. "Nona, apa anda memesan pizza?" tanya pria berseragam itu. "Akhirnya, kau datang juga, aku sudah lama menunggu mu," ucap Natasha tersenyum lebar dan mengambil pizza yang ia pesan sementara dua orang pria yang ada di sana kemudian pergi meninggalkan Natasha sendirian. Sementara Bryan tak menemukan jawaban apapun dari dalam kamar apartemen Natasha. "Apakah dia tidak ada di sini?" Ucap Bryan mengecek handphonenya. Bryan terkejut saat melihat tanggal dan hari yang tertera di layar handphonenya. "Ya ampun sekarang hari Kamis, sial aku sampai lupa jika setiap hari Kamis Natasha ada di apartemennya satu lagi untuk pemotretan, bagaimana aku bisa melupakan hari ini? Apa ini karena gadis pembawa sial itu? Awas saja kau gadis tidak sopan, kau harus membayar semuanya," ucap Bryan nampak kesal kemudian ia pergi meninggalkan apartemen Natasha itu. Sementara Luis yang telah selesai dengan aksinya bersama Carissa, nampak merebahkan diri di kasur besarnya sementara Carissa telah rapi dengan pakaiannya. "Aku harap kau bisa melancarkan kerjasama kita, agar Bryan bisa menerima proposal kerjasama ku, semuanya telah aku berikan padamu siang ini, Luis," ucap Carissa dengan ekspresi datar. "Aku tidak ada urusan dengan kerjasama, itu semua adalah keputusan Bryan, aku hanya bertugas di lapangan, untuk tubuh yang sudah kau berikan padaku, anggap saja itu adalah hadiah pertemuan kita dan kau tidak perlu repot-repot memohon padaku untuk meniduri mu," ucap Luis tersenyum licik. "Apa? Apa kau gila? Aku melakukan ini karena aku pikir kau akan membantuku, bagaimana bisa kau berpikir seperti ini?apa kau pikir tubuh ku gratis?" tanya Carissa kesal karena kenyataan yang ia pikirkan tak sesuai harapannya. "Kau berisik sekali, sekarang kau keluar dari apartemen ku, aku akan menghubungi mu lagi jika aku ingin meniduri mu," ucap Luis tersenyum licik. "Apa? Kau benar-benar sudah gila seperti partner mu," ucap Carissa nampak kesal. Luis berdiri dan mendekati Carissa, ia mendorong paksa wanita itu keluar dari apartemen miliknya. "Kau berisik sekali, sekarang pergi dari hadapan ku," ucap Luis mendorong Carissa keluar dari kamarnya dan mengunci pintu itu. "Hei! Apa yang kau lakukan! Sial!" ucap Carissa nampak kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD