Memperebutkan Bianca

2004 Words
Bianca menuju ke apartemennya dan ternyata Ellena pulang lebih cepat darinya dan nampaknya ia sedikit tidak enak badan sampai suhu tubuhnya meningkat. Bianca yang baru saja sampai kemudian merasa jika Ellena harus dibawa segera ke klinik dan akhirnya mereka pergi ke sana tetapi, sesampainya di sana ia melihat Natasha bersama pacarnya entah bagaimana ceritanya pacar Natasha mendapatkan perban di keningnya. "Ellena? Kau sudah pulang?" tanya Bianca yang melihat Ellena nampak terbaring di ruang tengah dengan selimutnya. "Kau sudah pulang? Aku pulang lebih awal, tubuhku benar-benar tidak tahan, sehingga aku meminta pada tuan Paul untuk pulang lebih awal," ucapnya kemudian Bianca mendekatinya. "Kau sakit? Apa kau mau pergi ke klinik?" ucap Bianca kemudian ia memegangi kening Ellena. Wajahnya begitu pucat sehingga Bianca memaksa Ellena untuk pergi ke klinik walaupun awalnya dia menolak. "Ayo ke klinik, kau tidak bisa berbaring selamanya, semakin cepat kau mendapatkan perawatan maka semakin cepat kau pulih," ucap Bianca nampak sedikit panik. "Tidak apa-apa, lagipula siapa yang akan mengantarkan aku jika aku ke klinik?" tanya Ellena masih berbaring dengan selimutnya. "Ellena? Apa kau tidak menganggap ku ada di sini? Ya tentu aku akan mengantarmu, lagipula kau juga pernah menolong ku saat aku terjatuh di jalanan, ayolah cepat, kau harus segera sembuh," ucap Bianca kemudian tak lama kemudian mereka berdua pergi ke klinik. Sesampainya di sana, Bianca mengarahkan Ellena dan sekarang Ellena sedang diperiksa sementara di luar ruangan Ellena, Bianca melihat Natasha yang baru saja keluar dari salah satu ruangan yang ada di sana. "Natasha? Ada apa dengan sopirnya? Kenapa keningnya diperban? Apa terjadi sesuatu?" gumam Bianca penasaran kemudian tanpa sadar mereka mengikuti Natasha yang saat ini masuk ke mobilnya. "Mau kemana mereka? Apa aku harus ikuti mereka? Agar aku tahu di mana mereka menginap?" ucap Bianca kemudian memberhentikan taksi untuk mengikuti mobil yang ditumpangi oleh Natasha. Tidak lama kemudian mobil yang ditumpangi Natasha nampak berhenti di sebuah hotel tak jauh dari klinik itu yang sebenarnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, satu-satunya hal yang membuat perjalanan mereka jauh adalah jalan yang memutar. "Berhenti, sudah berhenti, pak," ucap Bianca kemudian ia membayar uang taksinya. "Apa-apaan ini? Ini hanya memutar saja, padahal aku bisa menggunakan jembatan penyeberangan untuk sampai kemari," ucap Bianca yang melihat klinik tempat Ellena diperiksa berada di seberang matanya. Bianca fokus ke arah Natasha yang saat ini masuk ke dalam hotel kemudian diam-diam Bianca mengikutinya dari belakang sementara Ellena nampak telah selesai dengan pemeriksaannya. "Anda hanya kelelahan, aku sudah memasukkan vitamin untuk menambah daya tahan tubumu dan aku harap jangan terlalu keras bekerja, jika butuh istirahat segeralah istirahat," ucap dokter memberi tahu Ellena tentang kondisinya. "Baik dokter, aku terpaksa bekerja keras untuk memenuhi biaya hidup ku, karena sekarang aku hidup seorang diri," ucap Ellena sedikit mencurahkan isi hatinya. Akhirnya Ellena keluar dari ruangan itu dan mencari keberadaan Bianca. Ellena tak menemukan Bianca di manapun bahkan ia mengira jika Bianca sedang ke toilet sehingga ia menunggunya di sana. "Di mana Bianca? Apa dia pulang? Atau dia pergi ke toilet? Aku akan menunggunya di sini karena dia sudah mau mengantar ku kemari," ucap Ellena yang tak mengetahui jika saat ini Bianca sedang mengikuti Natasha. Bianca nampak kesulitan masuk ke dalam hotel dan sekarang ia nampak di tahan oleh penjaga hotel. "Maaf, anda tidak boleh masuk jika tidak membawa identitas, ini sudah prosedur dari hotel kami," ucap resepsionis. Bianca tak mau tahu, ia ingin masuk ke dalam sana untuk membuntuti Natasha. "Hah? Apa kau tidak tahu siapa aku? Ayolah berikan aku ijin, aku hanya ingin masuk dan tak akan melakukan apapun," ucap Bianca memaksa masuk. "Maaf nona jika kau memaksa maka kami akan mengusir anda tanpa hormat," ucap resepsionis yang membuat Bianca semakin melawan. "Hah? Coba saja kalau kau berani, aku akan tetap masuk ke dalam dan menemui pacarku," ucap Bianca yang langsung di tahan oleh petugas keamanan. "Nona cantik, patuhilah aturan yang dibuat oleh hotel ini, kau tidak bisa masuk sembarangan tanpa identitas," ucap petugas keamanan menyeret Bianca dengan paksa keluar gedung hotel itu. "Lepaskan aku! Kalian tidak bisa memaksaku pergi, aku punya keperluan yang sangat mendesak!" ucap Bianca yang sama sekali tak digubris oleh petugas keamanan. "Sudahlah nona, tidak bada tempat untuk orang yang tidak taat aturan, kau sudah menodai aturan yang telah kami buat dan sepakati, sekarang kau boleh pergi dari hotel ini," ucap penjaga itu menarik Bianca keluar. Kini Bianca telah berada di luar hotel dan ia nampak begitu marah dengan apa yang ia alami sekarang. "Apa-apaan ini? Hotel macam apa yang menyeret tamu keluar?" tanya Bianca. "Maaf nona, untuk sekarang kau bukanlah tamu tapi, hanya sebuah ancaman yang bisa saja akan berbuat jahat pada pelanggan kami," ucap petugas keamanan tak mengijinkan Bianca berjalan ke dalam. Bianca benar-benar kecewa dan kesal, dia bahkan mengutuk orang yang telah mencuri dompetnya sehingga ia tak memiliki identitas lagi sekarang. "Sial, gara-gara kutukan ini kehidupan ku menjadi sangat sulit dan tersiksa, ah apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku benar-benar penasaran apa yang dilakukan Natasha bersama pria itu," ucap Bianca nampak berjongkok dan menjambak rambutnya sampai ia menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang di sana. Sementara Ellena masih setia menunggu Bianca di sana sampai tak sadar kali ini ia tertidur. Tak di sangka seorang pria nampak menghampirinya dan membangunkan Ellena yang tengah tertidur. "Ellena? Apa yang kau lakukan di sini? Ellena? Bangun," ucap pria itu membuat Ellena kemudian terbangun dari tidurnya. Ellena membuka matanya dan mendapati seorang pria yang ia kenal. "Tuan Paul? Sedang apa anda di tempat ini?" tanya Ellena yang ternyata ditegur oleh Paul. "Salah seorang kakak ipar ku adalah dokter di tempat ini, aku menemuinya untuk urusan keluarga," ucap Paul yang nampak di temani oleh beberapa bodyguard. "Oh begitu." "Kau sedang apa di sini Ellena? Apa kau memeriksa kesehatan mu? Apa kau pergi sendirian?" tanya Paul. "Iya kau benar, sejak aku pulang siang tadi, suhu tubuhku semakin naik sehingga Bianca menemani ku ke sini dan dia membawaku, sekarang aku sedang menunggu Bianca kembali tetapi, kenapa dia belum juga kembali?" ucap Ellena kemudian Paul mengajaknya pulang. "Mungkin dia sudah pulang, lebih baik aku antar kau pulang dan kau bisa memastikan Bianca ada di apartemen atau tidak," tawaran Paul membuat Ellena akhirnya pulang diantar olehnya. Sesampainya di apartemen, Ellena tak menemukan Bianca di manapun bahkan saat Paul masih ada di sana sehingga Paul tahu jika sekarang Bianca tidak ada di apartemen. "Bianca? Kemana kau? Apa dia belum kembali? Kemana dia?" ucap Ellena nampak mencarinya di dalam. Kemudian Paul bertanya pada Ellena untuk memastikannya. "Bagaimana? Apa dia ada di dalam?" tanya Paul penasaran. "Tidak ada, kemana dia? Atau mungkin dia sedang keluar, aku akan menunggu dia pulang. Tuan, Paul, terimakasih atas tumpangannya, aku tidak tahu harus berkata apa, kau selalu menyelamatkan hidupku," ucap Ellena berterima kasih. "Sudah hentikan Ellena, aku bilang tidak usah berlebihan seperti itu, aku hanya kebetulan ada di sana, sekarang kau kembali istirahat agar kondisi tubuhmu cepat pulih. Soal Bianca, biarkan dia keluar mungkin sebentar lagi dia kembali, dan jika ada apa-apa kau bisa menghubungi ku, jangan sungkan-sungkan," ucap Paul berpamitan dari apartemen Ellena. "Iya tuan, terimakasih atas perhatiannya," ucap Ellena. Kini Paul telah pergi dari apartemennya sementara Ellena nampak kembali berbaring di sofa ruang tengah dan ia belum menemui Bianca di manapun. "Kemana dia? Tiba-tiba meninggalkan aku sendirian, aku pikir dia akan menemaniku sampai aku kembali pulang, dia benar-benar wanita yang aneh," ucap Ellena yang tak sadar tidur di atas sofa itu. Sementara Bianca yang sebelumnya dikeluarkan paksa dari dalam hotel, rupanya ia bertemu dengan seseorang. Pria itu mengejutkannya saat ia sedang marah-marah di depan petugas keamanan. "Lihat saja nanti, aku akan membeli hotel ini dan pekerja seperti kalian akan aku pecat," ucap Bianca yang sama sekali tak ditanggapi oleh petugas keamanan itu. "Teruslah berbicara omong kosong nona, karena apa yang kau katakan tidak akan berpengaruh pada karir kami," ucap petugas keamanan itu. Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam pergelangan tangan Bianca membuat ia menoleh seketika. "Eh? Tangan siapa ini?" ucap Bianca terkejut saat ia menolehkan wajahnya. "Luis?" ucap Bianca dengan tatapan kebingungan. "Kau wanita yang saat itu di duga simpanan Bryan, ikut aku dan banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu," ucap Luis menarik Bianca secara paksa. "Mau kemana? Apa sekarang kau percaya jika aku ini sahabat mu?" tanya Bianca. "Tidak usah banyak bicara, masuk ke mobil sekarang," ucap Luis membuat Bianca mencurigai Luis. "Hei, jawab pertanyaan ku, apa kau sekarang sudah percaya jika aku adalah Bryan?" tanya Bianca tak mendapatkan respon dari Luis. "Kenapa kau banyak bicara? Ayo cepat masuk ke mobil ku," ucap Luis membuat Bianca semakin curiga. "Sial, dia tak menjawab pertanyaan ku, ini sama seperti saat aku menanyakan hal yang sama sebelumnya, apakah Luis akan mengurungku lagi! Jika benar seperti itu, aku harus lari dari sini, aku tak boleh tertangkap lagi oleh Luis, itu bisa membuat aku celaka," ucap Bianca kemudian berlari menjauh dari Luis. Luis terkejut karena Bianca tiba-tiba berlari dan menjauhinya. "Mau kemana kau? Hei, kalian, kejar wanita itu!" perintah Luis kemudian mereka berlari mengejar Bianca sementara Bianca terus berlari sekuat tenaga berharap ia bisa lolos dari sergapan Luis. "Sial, mereka adalah anak buah ku, kenapa sekarang mereka malah ingin menangkap ku? Luis, apa kau tidak percaya jika aku Bryan?" gumam Bianca sembari terus berlari. Cukup jauh ia berlari sehingga membuat ia kelelahan dan mengatur ritme napasnya. Bianca nampak berhenti dan ia tak melihat anak buah Luis mengejarnya lagi, mungkin karena sebelumnya ia berhasil mengecoh anak buah Luis itu. "Lelah sekali, aku benar-benar kelelahan dengan tubuh wanita ini, apartemen ku masih jauh, aku harus berjalan santai untuk menghindari kelelahan berlebih," ucap Bianca yang saat ini nampak duduk di kursi terotoar. Saat ia sedang istirahat tiba-tiba sebuah mobil parkir di hadapannya dan itu adalah Luis. Bianca yang tak mampu berlari mencoba bergerak lagi walaupun pada akhirnya ia berhasil di tangkap oleh Luis. "Mau kemana, kau? Jangan coba-coba kabur dariku! aku akan membawamu ke rumah dan mengintrogasi semua yang terjadi antara kau dan Bryan," ucap Luis nampak kencang dengan cengkeramannya. "Luis, apa yang ingin kau lakukan? Aku adalah Bryan, untuk apa kau bertanya padaku? Apa kau ingin tahu bagaimana ceritanya aku berubah menjadi perempuan?" tanya Bianca membuat Luis semakin kesal karena permintaannya tidak didengarkan. "Berisik, cepat masuk atau aku akan memaksamu dan menggendong mu masuk ke dalam!" bentak Luis. "Sial, tenaganya besar sekali, aku benar-benar tak bisa berbuat apapun, siapapun tolong aku, usir si bodoh ini dari hadapan ku," gumam Bianca nampak cemas dan hampir menangis. Tiba-tiba dari sudut yang berbeda, seseorang juga tampak menarik tangan Bianca yang dia pikir awalnya adalah pengawal Luis yang Luis perintahkan menangkapnya. "Lepaskan tanganmu darinya," ucap pria yang juga menarik tangan Bianca. "Paul?" ucap Bianca melihat ke arah yang berbeda. Benar, itu adalah Paul yang datang tiba-tiba. Paul langsung mencengkeram tangan Ellena sama seperti yang dilakukan Luis. Dua rival itu kini nampak memperebutkan Bianca, pertemuan keduanya bak genderang perang yang siap meletus. "Paul? Mau apa kau? Lepaskan tanganmu dari wanita ini," ucap Luis dengan tatapan matanya yang begitu tajam mencoba mengintimidasi rivalnya itu. "Sejak kapan aku nurut atas kata-kata mu? Seharusnya kau yang melepaskan pegangan tanganmu, bodoh," ucap Paul yang juga menatapnya dengan tatapan tajam. Sementara anak buah mereka telah bersiap di belakangnya melindungi sang tuan agar tidak dicederai oleh sesama rivalnya itu. Bianca nampak bingung dan merasa geli sendiri. "Lihatlah dua orang bodoh ini, mereka seperti sedang memperebutkan seorang gadis, ya ampun kapan semua kutukan ini akan berakhir?" gumam Bianca dengan ekspresi wajah yang panik. "Lepaskan dia Paul atau kau akan kuhabisi di sini," ucap Luis dengan tegas. "Hah? Bagaimana aku mau melepaskan pegangan tanganku, dia adalah karyawan di tempat ku maka aku bertanggungjawab penuh atas segala sesuatu yang terjadi padanya," ucap Paul yang juga berkata tegas. "Jika kau mengatakan hal itu berarti secara tak langsung telah mendeklarasikan perang denganku," ucap Luis membuat Paul juga mengatakan dengan tegas. "Memangnya kenapa jika aku ingin perang dengan mu? Apa kau takut?" tanya Paul menyeringai. "Menarik, kau pikir aku takut?" tanya Luis. Kemudian Bianca yang saat ini kebingungan mulai berbicara. "Hei, apa yang kalian lakukan! Lepaskan tangan kalian dan stop menarik tangan ku dasar para pria bodoh, kalian bisa memutuskan tanganku juia kalian menariknya sangat kuat, tubuh ini terlalu rapuh untuk kalian tarik!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD