SUAMI ONLINE 11 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Setelah sampai di tempat yang dimaksud Yuyun, Anto berusaha menyapa pria itu dengan napas ngos-ngosan.
"Ma-maaf, Mas. Masnya temennya Mbak Bos, bukan?" Anto bertanya sedikit ragu, takut salah orang.
Danesh menoleh. Ia masih berpikir julukan Mbak Bos itu untuk Kenes atau orang lain. Namun, sepertinya memang benar kalau julukan itu untuk sang istri.
"Mbak Bos? Maksudmu ... Kenes?" tanya Danesh.
"Iya. Kalau bener temannya Mbak Bos, ayo ikut saya."
Danesh mengernyitkan dahinya. Ia semakin bingung kenapa harus mengikuti pria di depannya.
"Emang Kenes di mana? Udah selesai belum urusan di sini?"
Anto bertambah gelisah karena mendapat banyak pertanyaan. Ia membutuhkan kehadirannya segera untuk menolong Mbak Bos.
"Ah, Masnya banyak tanya! Ikut saya aja, buruan!" Anto menyeret lengan Danesh dengan cepat dan segera menuju ke warung.
Danesh hampir terjatuh karena tarikan yang terlalu kencang dan buru-buru. Mereka berhenti di dekat meja urutan nomor lima.
"Cepet tolongin Mbak Bos, Mas. Kasian!" pinta Anto tidak sabar, takut Mbak Bos terluka.
Seketika Danesh merasa emosinya meningkat. Ia menatap pria yang tengah menggenggam tangan Kenes–istrinya dengan kasar. Ingatannya seperti pernah melihat pria itu tapi ... lupa.
Danesh melangkah cepat menghampiri Kenes. Siapa pria itu biar nanti dipikirkan lagi.
"Lepaskan tanganmu dari Kenes!" ucap Danesh sok jagoan. Sudah seharusnya menjadi jagoan di depan wanita tercinta. Iya enggak? Iya dong!
Kedua manusia beda pakaian itu menatap Danseh secara bersamaan. Ada kelegaan di hati Kenes melihat kedatangan suaminya. Sementara Ratan, wajahnya justru semakin terusik.
"Kalau aku enggak mau, kamu mau apa?" jawab Ratan seolah menantang pria yang menyuruhnya melepaskan tangan sang pujaan hati.
Danesh mendekat lagi agar bisa menjangkau tangan Kenes. Namun, saat baru menyentuh tangan wanitanya, tangan pria itu menahannya.
Mereka saling mencari siapa wajah yang pernah terekam dalam memori otaknya. Danesh merasa pernah melihatnya, begitu juga dengan Ratan.
"Bukannya kamu pria yang pernah mengawasi rumah Kenes, ya?" Ingatan Danesh telah kembali.
Begitu juga Ratan yang mengingat karena mendengar pertanyaan dari pria yang sudah menggantikan pesonanya untuk Kenes.
Kenes sendiri merasa terkejut. Ia tidak menyangka kalau pria yang dilihat oleh Danesh di bawah pohon mangga adalah Ratan, persis sesuai dugaannya.
"Oh ... jadi kamu pria yang sedang dekat dengan Kenes?" tanya Ratan tidak terlalu suka padanya.
Danesh terkekeh. Pria yang dekat dengan Kenes? Jadi, maksudnya dia masih berharap sama Kenes?
"Enggak penting siapa aku. Yang penting sekarang lepasin dulu tanganmu," jawab Danesh sambil menarik Kenes ke arahnya.
Karena genggaman yang mulai melemah, Kenes berhasil lepas dari jerat tangannya. Setelah merasa Kenes berada aman di dekatnya, ia berjalan menghampiri sang pria.
Kedua mata mereka bertemu. Saling menyiratkan ketidaksukaan pada masing-masing.
"Lebih baik kamu pergi sekarang. Jangan pernah buat keributan semacam anak TK di malam hari. Kalau cinta tidak ada sambutan, ya, terima, jangan main paksa. Satu hal lagi yang harus kamu tahu. Aku bisa melaporkan permainanmu pada pihak yang berwajib atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan pada istriku. Ingat baik-baik, Kenes adalah is-tri-ku," bisik Danesh tepat di telinga sang pria. Bahkan ia sengaja menekankan kata terakhir agar mudah dipahami.
Ratan melirik tajam pada pria yang mengaku suami Kenes. Ia tidak akan mudah percaya dengan omongannya. Bukti pernikahan itu tidak ada. Ia tidak pernah melihat ada tenda pernikahan di kontrakan Kenes.
"Aku tidak percaya! Tidak mungkin Kenes sudah menikah," lirih Ratan.
"Buruan pergi dari sini ... malah melamun. Mau aku anterin sampai depan?" tawar Danesh.
Ratan terpaksa meninggalkan warung Kenes dengan banyak pertanyaan. Dalam hati ia berjanji akan datang lagi untuk memberi kejutan yang lebih menegangkan.
Danesh memastikan kepergian pria itu sampai tidak terlihat lagi. Kemudian menghampiri Kenes yang masih memasang wajah meringis karena kesakitan.
"Kamu enggak apa-apa, Sayang ...?" tanya Danesh khawatir. Tangannya berkali-kali mengusap lembut kepala sang istri.
"Aku enggak apa-apa. Cuma sedikit sakit pergelangan tanganku." Kenes menjawab sembari mengusap tangannya yang memerah.
"Ya udah, duduk dulu." Danesh menuntun sang istri mendekat ke kursi pengunjung, lalu memeriksa tangannya.
Yuyun dan Anto bergegas menghampiri Mbak Bos, takut kenapa-kenapa.
"Mbak Bos, oke?" tanya Yuyun. Ia merasa bersalah telah memintanya datang ke warung.
"Aku oke, kok. Kalian berdua enggak usah khawatir. Kalau mau pulang juga enggak masalah. Kan, udah enggak ada kerjaan," jawab Kenes.
"Pulang bareng aja, Mbak Bos. Biar sama-sama tenang." Anto ikut berbicara.
Yuyun dan Anto memperhatikan sikap temannya Mbak Bos yang tengah mengusap pergelangan tangan dengan lembut. Mereka baru tahu kalau Mbak Bos punya teman pria tampan dan perhatian.
"Udah enakan?" tanya Danesh.
"Udah. Makasih."
"Kembali makasih."
Sikap keduanya semakin membuat karyawannya melongo tak percaya. Ternyata Mbak Bosnya bisa selembut itu sama pria.
Yuyun tiba-tiba mengingat ada persediaan bahan yang habis. Ia sampai lupa untuk melaporkannya pada Mbak Bos.
"Em ... Mbak Bos, mau ada yang saya laporin sekalian. Mumpung inget, tadi udah hampir lupa gara-gara Ratan. Persediaan bahan untuk sayur sawinya udah mau habis. Terus cabai sama kencur juga tinggal sedikit. Sekalian sama topingnya," jelas Yuyun sedikit ragu menyela obrolan manusia sepasang di depannya.
Anto yang sejak tadi menjadi pendengar mulai terpancing ikut bicara saat mendengar sayur sawi habis. Ia sudah beberapa hari ingin memberi tahu sama Mbak Bos kalau ada tempat penanaman sawi dengan metode yang lain dari biasanya.
"Oh, ya, Mbak Bos. Saya pernah denger ada tempat pembelian sayur sawi yang lagi viral di desa sebelah. Nanamnya di paralon, Mbak Bos. Enggak pakai pupuk kimia juga. Pokoknya dijamin sehat. Siapa tahu Mbak Bos minat. Katanya juga dibuat wisata juga. Buka sampai malem. Katanya lagi tempatnya keren. Ada lampu warna-warni sebagai hiasan. Di sana nanti pengunjung bisa metik sendiri sayur sawinya. Dan yang punya ... Mbak Bos tau enggak?" tanya Anto yang tidak merasa lelah setelah bercerita.
Kenes dan Yuyun menggeleng secara bersama dengan wajah ingin tahu. Namun, tidak dengan respons Danesh. Ia justru merasa deg-degan.
Anto kembali meneruskan ucapannya.
"Yang punya itu ... pria tampan dengan segala keahliannya membuat semua sayuran tumbuh sehat. Dan wisata itu sekarang menjadi tempat incaran gadis-gadis membeli sayuran dengan alasan ingin berkenalan dengan sang pria," jelas Anto lagi.
Uhuk!
Danesh sekekita terbatuk mendengar cerita dari karyawannya Kenes. Ia tidak menyangka usaha yang digelutinya menjadi viral dari mulut ke mulut.
Kenes merasa heran melihat Danesh yang menjadi salah tingkah setelah mendengar cerita dari Anto.
"Kamu, oke?"
"A-aku?"
Danesh gelagapan mendapat pertanyaan dari Kenes. Ia belum menceritakan tentang hal ini padanya. Kalau sampai tahu ada banyak gadis yang singgah ke usahanya dengan alasan terselebung pasti akan berpikiran jelek.
Ah, baru saja memulai hubungan indah seperti kemarin, sekarang sudah ada bayangan hitam menanti.
-----***-----
Bersambung