Mendadak Milia kena serangan jantung. Dia langsung membayangkan jika wanita-wanita di sini memiliki banyak taring dan siap menggigitnya seperti zombie. Mana wajahnya ada yang seram dan ada juga yang cantik. Ternyata ada yang berbody sexy dan ada juga yang atletis, bisa patah tulang-tulangnya kalau diajak gelut oleh gadis yang paling terlihat macho itu.
“Iya. Kami fans babang dosen tampan ini. Kamu mau gabung?” Tawaran menggiurkan memang, sayangnya Milia bukan salah satu gadis penyuka Deon, malah yang ada ilfil karena dapat tugas susah bener.
“Enggak, Kak. Makasih!” Dia buru-buru menolak tawaran ini dengan halus takut kena serang gadis-gadis bar-bar.
“Saya permisi, ya, Kak.” Milia mengangguk sopan lalu melangkah pergi.
“Yah member gak nambah.” Mereka pun kecewa karena belum ada anggota baru. Kegiatan club mereka ini nonton bersama, mengoleksi foto-foto yang diambil secara sengaja saat Deon lewat atau saat sedang mengajar. Mereka juga kadang-kadang minta Deon memberikan les dengan alasan kesulitan mencerna materi yang Deon jelaskan saat kelas berlangsung. Deon yang baik hati pun mau memberikan les gratis saat di waktu senggangnya saja.
Milia pun hampir saja berpapasan dengan Siska pacarnya Zayn. Dia buru-buru bersembunyi di belokan.
“Siska mau ke mana tuh?” Mendadak Milia jadi ingin tahu Siska ini mau ke mana, ternyata saat dia menengok, Siska masuk ke ruangan fans Deon.
“Lha. Dia mau gabung?” Milia urungkan niatnya untuk masuk kelas, dia mau tahu Siska ini tujuannya apa.
Dari dekat ruangan itu, Milia pun menguping pembicaraan Siska. Gadis itu terdengar menyapa ramah setiap member club.
“Saya mau gabung. Apa syaratnya Kak?” tanya Siska, dia sudah siap bawa uang barangkali ada uang iuran atau uang untuk keperluan daftar member. Siska menyukai Deon dan sangat mengidolakannya meski baru satu kali bertemu. Gadis ini juga ingin ikut les untuk mendekati Deon sekaligus tambah ilmu. Sambil menyelam minum air to.
“Hanya bisa meluangkan waktu untuk bisa kumpul-kumpul. Jangan kecewa kalau salah satu dari kita ada yang beruntung bisa dekat dengan beliau atau jadi pendampingnya nanti.” Sepertinya yang menjawab Siskam ini ketua clubnya.
“Hah …. Dia mau daftar. Emang Siska suka ke bang Deon gitu? Orang dia kan udah punya Zayn.” Milia jadi ilfil ke Siska, sudah punya pacar tapi mengharapkan pria lain, coba nanti dia awasi perkembangannya. Jika Siska terobsesi pada Deon, dia bisa mendekati Zayn dong! Kesempatan yang menguntungkan Milia.
Gadis ini pun kembali ke kelasnya menghampiri Yayuk. Yayuk yang melihat Milia mendekat pun langsung menepuk pundaknya. “Heh …. Abis dari mana?” tanya Yayuk kepo.
“Keliling, ngepet!” Milia malah menjawabnya dengan candaan dan tidak jujur, malu kali kalau bilang abis nyariin Deon. Ya tapi memang dia penasaran, kok dosen gak ada di kampus, selain ngajar ngapain lagi?
“Jadi babi? Gue yang jaga lilinnya kalo gitu.” Yayuk pura-pura pegang lilin dan menutup akses angin yang akan memadamkan apinya.
“Bhahaha!”
Yayuk pun mengingatkan Milia. “Eh lo udah nyicil kerjain tugas dari pak Deon belum?”
Lah Milia malah lupa. “Eh belum, baru dikit banget.” Mendadak dia jadi keluar keringat dingin. Karena sudah di ingatkan, Milia pun mau mengerjakannya. Dia termasuk kaum yang kebut semalam.
Mata kuliah statistika ekonomi dan Bisnis ini menurut Milia susah. Tadi sore dia sudah mengerjakan tugasnya di rumah Yayuk, malam ini dia kerjakan tugasnya sendiri. Tinggal cari beberapa lagi sumber jurnalnya agar lebih lengkap. Metode statistika dasar dalam pengolahan datanya bikin kepala Milia pening. Bahasannya mengenai statistika inferens, deskripsi terhadap data kuantitatif, yang dilanjutkan dengan persoalan probabilitas, metode statistika untuk melakukan peringkasan data, menghitung probabilitas, dan melakukan inferens. Pokoknya semua bikin Milia pening. Untung otaknya enggak jadi kram.
“Ngeselin banget emang si Deon sontoloyo.” Milia mencekik-cekik boneka BTS Jimin ukuran s miliknya yang baru ia beli beberapa hari yang lalu. Eh dia kelupaan boneka ini harusnya dia sayang-sayang, mahal dan PO-nya lama. Milia pun buru-buru minta maaf pada bebep boneka Jimin.
“Apa? Deon?” tanya Endang yang baru saja datang dan menyimpan goreng singkong keju di atas meja belajar Milia.
“Heh …. Kamu ngatain calon suami kamu, Mil?” Tampaknya indra pendengaran Endang ini tajam sekali. Dia langsung sentimen mentang-mentang Deon ini kesayangannya. Eh jadi keliatan pilih kasih deh.
“Abis ternyata dia itu dosen aku. Ngeselin orangnya, Nyak.” Milia mulai mengadu, siapa tahu Endang berpihak padanya.
Bukannya mau percaya dengan ucapan Milia dan ikut-ikutan membenci Deon, malah ekspresi dan jawaban Endang mengejutkan. “Baru kenal sehari dua hari, belum kayak enyak yang tahunan, Mil. Jangan asal nilai dan ngatain orang.”
Milia pun menghembuskan napas kasar. “Enyak itu pengabdinya dia. Udah sana, Nyak. Mili mau kerjain tugas dari calon suami Mili dulu. Makasih cemilannya!” Daripada dengar yang baik-baik tentang Deon, mending dia usir Endang saja. Enyak Endang Mili anggap anggota fansclub Deon seperti yang di kampus.
Angka dan teori distribusi frekuensi, hipotesis, ukuran pemusatan, ukuran penyebaran untuk data, analisis korelasi, dan masih banyak lagi membuat kepala Milia semakin ingin meledak. Malam-malam begini enaknya tidur nyenyak, dia malah begadang sampai jam satu pagi karena diberikan tugas yang susah. Sejenak Milia jadi ingin menghubungi Zayn, tugas mereka berdua kan sama-sama paling sulit sekalian PDKT lagi, kan udah tau Siska mulai pindah ke lain hati.
Milia tahan dulu rasa ingin menghubungi Zayn malam-malam begini karena mempelajari fungsi, pengujian hipotesa, sumber-sumber dari sampel, dan analisis regresi dulu. Setelah dia menyerah karena semakin mumet, Milia pun akhirnya minta bantuan Zayn.
“Hai Zayn. Lo lagi kerjain tugas juga?” tanya Milia setelah teleponnya ternyata diangkat oleh Zayn, mungkin pria ini sedang begadang untuk mengerjakan tugas juga.
“Iya, Mil. Susah, ya!” Zayn terdengar menguap tapi dia masih ingin berbincang dengan Milia.
“Mau gue bantuin? Punya gue udah beres tinggal dirapihin tulisan, rata kiri kanan dan spasinya aja.” Ternyata Zayn baik juga, malah menawarkan bantuan untuk Milia. Milia ini sudah Zayn anggap adiknya sendiri karena sikapnya sama-sama polos seperti adiknya.
“Gila rajin banget jam segini udah kelar, Zayn.” Milia tidak heran sampai mengaguminya, Zayn kan anak yang paling rajin, mereka saingan nilai dulu di SMA.
“Kita kerjain punya lo pake google document online aja, ya!” Ini agar mereka bisa mengerjakannya online tanpa harus kirim-kirim file. Google memiliki fitur google document dan spreadsheet untuk memudahkan orang-orang mengerjakan tugas kuliah dan kantor secara online dan bisa di manapun. Modalnya hanya laptop atau handphone, koneksi internet dan punya email.
“Oke gue kasih lo akses masuk setelah gue unggah dulu ke google drive, ya.” Milia belum mengunggah file ini karena masih ada di flashdisknya.
Setelah menunggu lima menit, email Zayn pun tersambung juga. “Ini punya lo dikit lagi, kok. Gue kasih punya gue dicopas ke sini, ya.” Zayn pun berniat membantu setelah membaca semua isinya.
“Emang gak papa?” Milia khawatir kalau isinya sama. tugasnya kan merangkum dengan bahasa sendiri.
“Dikit doang, dosen itu gak akan ngeuh kali.” Zayn mencarikan solusi terbaik, daripada lama, kan mereka butuh tidur.
“Tinggal lo ubah dikit bahasanya kalo gak mau sama banget.”
“Oke-oke. Ah jadi enak dibantuin.” Milia jadi terharu atas kebaikan Zayn. Malam-malam begini mereka telponan dan mengerjakan tugas bersama, Siska apa kabar?
“Thanks, Zayn.” Panggilan telepon pun berakhir. Zayn juga sudah tidak online dan bergabung lagi ke document online itu.
“Huam …. Ngantuk banget.” Milia menguap dan melirik jam, sekarang sudah pukul dua pagi, berarti dia berbincang dengan Zayn selama satu jam.
“Yes selesai di download filenya, udah tinggal print besok.” Milia pun memindahkannya ke flashdisk, log in email di komputer warnet tidak aman, jadi dia simpan file untuk diprint pada flashdisk saja.
“Semoga besok dapet nilai tugas individunya gede.” Milia membereskan buku-bukunya sebelum tidur.
“Zayn baik banget sih. Kalau gak dibantuin pasti kelarnya subuh.”