Malunya

1305 Words
Dimarahi depan mahasiswa lain itu malunya bukan main lho. Milia harus kuatkan mental jika orang-orang mengenal dia karena sebuah kontroversi bukan prestasi. Baru hari pertama kuliah sudah buat kenangan buruk bukannya kenangan baik. Dia merasa Deon begitu tega kepadanya padahal mereka saling mengenal. Tapi ya namanya di dunia luar (dunia nyata, bukan dunia perjin’an), mau teman, mau pacar, mau keluarga inti sekalipun harusnya profesional saat di tempat kerja. Mereka benar-benar harus bersikap seperti guru dan murid. Bukannya Deon tidak kasihan atau peduli, hanya saja dia benar-benar tidak suka pada mahasiswa yang telat, apalagi telatnya bukan karena apa-apa, dia tahu karena Milia habis mengobrol dahulu dengan Zayn. Kalau tau karena ada keluarga yang terkena musibah atau hal penting lain disertai buktinya, Deon akan memberikan kelonggaran. Kalau karena sakit apalagi, dia akan memberikan libur plus diberikan materi berupa soft copy. Plusnya dari dosen ini adalah penampilan dan cara mengajarnya yang bagus, minusnya dari Deon adalah sikapnya yang tegas, pelit memberikan nilai dan terkenal kejam. Semua orang juga punya kekurangan dan kelebihan, tidak ada yang sempurna. Semua mahasiswa pria pasti membicarakan Deon yang pelit nilai dan so kegantengan. Semua mahasiswi perempuan pasti membicarakan soal fisiknya yang bagus dan pria idaman sekali, hampir semua mahasiswi jatuh cinta pada Deon dan mengidolakannya. Ada perkumpulan fans fanatik penyuka Deon pula, nama club fans Deon ini adalah CiDoDe’Club yang berarti Cinta Dosen Deon club. Karena sikapnya yang silent killer itu, dari mana tempat asal Deon dan kuliahnya di mana, lulusan apa, sampai dikorek oleh beberapa mahasiswa. Mereka jelas terkagum karena Deon lulusan S2 di new york, bukan alumni kaleng-kaleng karena mahasiswa cumlaude pula. Mahasiswa semakin segan saat tau latar belakang pendidikan Deon. Calon suami idaman banget. Mata kuliah terakhir hari pertama ini kelas Milia dapat ujian dadakan pasca pembelajaran, hanya sepuluh soal esai memang, tapi hasilnya dikumpulkan ke ruang dosen. Ujiannya juga tanpa pengawasan, mengandalkan kejujuran dan rekaman CCTV kelas. Milia berinisiatif mengantarkan hasil ujiannya ke ruangan dosen. Ya lumayan untuk sedikit menghapus dosa tadi pagi telat, sorenya ingin berlagak jadi mahasiswi baik yang rajin mengantarkan lembar jawaban. Kedua netra Milia melirik ke sana kemari seolah mencari seorang pria yang tadi pagi menjengkelkan. Langkah kakinya juga alon-alon asal sampai di mejanya dosen bernama ibu Sri. Sudah ada empat meja dosen yang ia lewati, dari meja ke meja dihalangi pembatas kayu. Ternyata yang dia cari duduknya di paling pojok sedangkan meja ibu Sri ketiga dari pojok. Eh emang dasar pikirannya ngelantur. Dia malah bablas melangkahkan kaki hingga di depan mejanya Deon. Deon sore ini sedang fokus menyiapkan bahan ajar untuk kelas selanjutnya. Saat dia fokus melihat komputer, saat itu juga dia merasa ada yang memperhatikannya. Deon melirik ke arah kanan, dia melihat sosok Milia yang berdiri memandangnya entah sejak berapa lama. Gadis itu seolah ingin membicarakan sesuatu tapi sulit untuk mengatakannya. “Mau apa kamu ke sini?” tanya Deon ketus. Ini anak kurang kerjaan banget sampai bablas ke mejanya Deon demi ingin melihat dosen killer ini. Milia bisa merasakan atmosfer yang mencengkam, saat di awal masuk sih baik-baik saja, pas sudah sampai dekat mejanya Deon baru terasa berbeda. “Ma- ma- mau ….” Mendadak dia bingung mau apa, eh pas lirik ke arah lain, baru sadar mejanya bu Sri sudah kelewatan. Mampus! “Kenapa lihat saya sampai seperti itu?” Deon bertanya ketus lagi. Dia melirik apa yang ada di tangan Milia. Dengan satu lirikan saja dia bisa tahu yang Milia bawa itu kertas jawaban mahasiswa. “Mau antar tugas ini ke mejanya bu Sri. Mejanya di mana, ya?” tanya Milia pura-pura bingung dan tidak melihat bu Sri yang badannya besar ada di mana, padahal mudah sekali mencari ibu Sri yang badannya tinggi besar. “Tuh di sana, orang bu Srinya juga ada.” Deon menunjuk sambil menahan tawanya. Dia jadi tahu Milia ingin menemuinya. “Hmmm …. Makasih Bang, eh Pak.” Dia keceplosan panggil abang, kalau di kampus harusnya panggil bapak. Milia hendak pergi ke meja bu Sri tapi mendadak dia putar arah dan mendekat ke arah Deon. “Bapak gak mau kasih saya kelonggaran gitu, tugasnya berat banget.” Mana pasti bakal ada banyak tugas-tugas dari mata kuliah lain. “Kamu mau tugasnya saya tambah?” La malah lebih kejam. “Hmmm …. Yaudah deh.” Milia menunduk kecewa karena usahanya sia-sia. Deon merasa bersalah tidak memberikan kelonggaran, karena itu dia ingin menawarkan Milia untuk pulang naik kendaraannya dan malamnya akan dia bantu untuk mengerjakan tugas bersama. Sayang sungguh sayang saat menyusul Milia ke parkiran, gadis itu berdiri bersama Yayuk, mereka menyapa Zayn yang hendak pergi menggunakan motor gedenya sambil membonceng pacarnya Siska. Sudah tau Zayn boncengan sama pacarnya, Milia masih saja ramah, tersenyum bahkan dadah-dadah ke Zayn dan Siska. Deon pun jadi mengurungkan niatnya untuk mengajak Milia pulang bersamanya naik mobil. “Gak usah ajak-ajak dia pulang bareng, Deon.” Pria ini berjalan balik arah dan menundukkan wajahnya. “Bapak ganteng …..” teriak mahasiswi yang sedang memarkirkan kendaraannya. “Bapak ganteng …..” panggil gadis lain yang ada di sana, sampai berhenti dulu gara-gara lihat Deon lewat. “Bapak I love you!” teriak gadis bar-bar yang sepertinya tergabung dalam club fans Deon. Gara-gara Milia mood Deon hancur. Dia mengobrol dengan Riko dan Andreas sampai dini hari untuk mengembalikan moodnya agar kembali baik lagi. Roman-romannya dua sahabatnya ini juga tahu apa yang sedang Deon alami. Kalau orang galau kelihatan sekali ya bund. Pembawaannya beda deh, keliatan banget lagi sewot, lagi gak tau mau ngapain dan enaknya ngapain. "Gue ngantuk. Lo ga tidur?" tanya Andreas sambil menguap. Besok dia ada meeting pagi-pagi, bukan besok lagi sih sebenarnya, ini sudah jam dua pagi, berarti tinggal beberapa jam lagi. "Gak ngantuk sama sekali.” Bagaimana mau tidur, di pikiran Deon isinya, Milia Milia Milia Milia. Si mungil Milia bagai setan menghantui pikiran Deon. “Please jangan keliatan banget lo lagi galaunya deh. Ini pasti karena si Milia itu kan?” Tebakan Andreas ini benar. “Bukan. So tau lo.” Ya jelas Deon bakal ngeles, masa iya ada maling ngaku. “Jangan ngeles, keliatan banget karena cewek.” Andreas ini playboy bund. Dia tau dong mana ciri-ciri cowok galau, cowok lagi berbunga-bunga dan cowok normal, sudah berpengalaman jadi lebih peka. “Dia abis ngapain elo emang? Sampe bikin mood lo jelek.” Habisnya makan pun kelihatan tidak napsu sekali tadi. Padahal menu yang dimasakkan bibik enak banget. “Hmmm ….” “Cerita aja gak usah malu-malu kucing. Kita kan udah kek sodara.” Tidak ada yang ditutup-tutupi pokoknya di antara mereka. Yang ditutup kan cuma aurat aja. “Dia nyebelin. Masuk ke kelas gue telat gara-gara ngobrol sama cowok.” Nah kan akhirnya mau bilang. “Ooooo …. Cemburu, Bro.” Jelas-jelas udah ada lampu hijau tanda Deon mulai tertarik ke si mini. “Enggak ih. Gue gak suka aja sama mahasiswi yang dateng telat.” Deon duduk sambil memegang gelas isi jus alpukat, kalau tidak pegang apa-apa nanti kelihatan groginya, gelas ini untuk pengalihan perhatiannya saja agar tidak menatap Andreas. “Alah ngeles.” Sudah tahu Deon bohong, buktinya saja saling mengobrol tapi tidak mau tatap-tatapan. “Dah ah jangan ngata-ngatain mulu. Sana tidur!” Dia sampai menendang kaki Andreas yang duduk di sebelahnya. “Besok ada kelas lo lagi gak sama si Milidi itu?” Andreas jadi kepo. Bila perlu dia ajak Milidi jalan supaya tahu Deon cembukur lagi atau tidak. “Lusa gue ngajar kelas dia lagi.” Ayee, bakal ketemu lagi. “Kenapa lo?” tanya Deon curiga. “Cerita-cerita ntar ya. Apa dia telat karena cowok itu lagi atau enggak.” Andreas jadi ingin tahu perkembangannya. “Apa urusan lo mau tau segala.” Malesin banget kayak harus laporan sama hansip. Riko yang tengah rebahan memeluk guling pun melemparkannya pada Deon. “Yeee ….. Sekalian juga kenalin dia ke kita dong. Kita kan jadi kepo.” “Nanti aja jangan sekarang-sekarang.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD