Ancaman Renata

1099 Words
"Diam diam artis Freya Alshya Rawles menjalin hubungan gelap bersama seorang pria tampan yang ternyata adalah adik dari suaminya sendiri." Melipat kedua tangan di depan d**a. "Apa menurut kamu itu juga biasa?" tanya Jericho menarik sudut bibirnya ke atas. Freya terkekeh sambil memukul pelan lengan adik iparnya itu. "Percaya diri banget," ucapnya. Ya, laki laki yang telah memergokinya tengah menangis itu adalah Jericho Edward yang tak lain adalah adik kandung dari Zyan Edward atau adik iparnya sendiri. Akhirnya Jericho sukses membuat Freya tersenyum. Meski pun hatinya masih terasa perih. "Kamu dari apartemen?" tanya Jericho dan langsung di jawab anggukan kepala oleh Freya. "Zyan sudah pulang? Ada di sana? Apa dia yang buat kamu seperti ini?" Menatap Freya penuh selidik. Ah, sial. Kenapa semua tebakan Jericho bisa benar? Apa yang harus Freya jawab. 'Tenanglah Freya tenang, kamu harus kembali gunakan bakat kamu,' batinnya. "Enggak, bukan bukan." Menggelengkan kepalanya. "Ada hal lain, tapi bukan berhubungan sama mas Zyan," dustanya. Jericho mengangguk pelan, meski pun masih merasa curiga, tapi Jericho menghargai Freya yang memiliki privasi untuk setiap masalahnya. "Kamu ngapain di sini?" tanya Freya mengalihkan. Jangan bilang kalau Jericho juga ingin ke apartemen Zyan. "Mau ke apartemen Zyan. Ada pakaianku yang tertinggal di sana," sahutnya jujur. Gawat! Ternyata benar dugaan Freya. Tidak bisa di biarkan, Jericho tidak boleh ke sana. Bisa ketahuan kalau Zyan sedang bersama Mitha di sana, dan pasti Jericho akan semakin curiga dengan pernikahan mereka. Freya akan mencari cara untuk menghalangi Jericho ke sana. Freya memegang sudut dahinya sambil menggeleng pelan dengan mata yang tertutup, seperti orang yang sedang sakit kepala. Percayalah, jika itu bagian dari aktingnya untuk mengalihkan perhatian Jericho. "Eh, kamu kenapa?" Jericho terlihat mulai panik. "Enggak tahu nih, tiba tiba saja pandangan aku kayak kabur gitu. Kepalaku juga sakit," dusta Freya lagi. "Aku bawa ke rumah sakit ya? Biar di periksa dokter." "Aku mau pulang saja. Kamu bisa tolong antar aku pulang kan?" tanya Freya dengan suara yang terdengar samar. Jericho langsung mengangguk. "Oke, kita pulang. Kamu tahan ya," ucapnya. Yes, akhirnya Jericho percaya juga. Syukurlah, itu artinya Freya akan terhindar dari masalah. Jericho langsung menopang tubuh Freya untuk di bawa ke dalam mobilnya. Bahkan Jericho tidak bertanya apakah Freya membawa mobil atau tidak karena terlalu mengkhawatirkan kondisi sang kakak ipar. Tidak masalah mobil Freya tinggal di sana, besok ia akan meminta sopirnya menjemput. Selama di perjalanan Freya hanya pura pura berbaring lemah, sebelumnya benar benar tiba ke rumah, Freya meminta pada Jericho untuk di belikan minuman yang mengandung vitamin c, saat itu lah Freya menggunakan waktunya untuk mengirim pesan pada Zyan jika Jericho berniat untuk datang ke apartemennya, Freya juga mengingatkan Zyan untuk berhati hati dan segera membawa semua pakaian Jericho yang tertinggal di sana sebelum Jericho berpikir untuk ke sana lagi. *** "Freya, kamu kenapa? Mata kamu sembab, wajah kamu pucat. Ada apa sebenarnya ini Jericho?" tanya Renata dengan wajah panik. Perlu di ingat, Freya memang sedang memainkan aktingnya yang berpura pura sakit untuk menggagalkan niat Jericho, tapi di luar dugaan jika dirinya memang benar benar sakit setelah tiba di rumah. Wajar jika matanya sembab, karena habis menangis. Tapi untuk wajah yang pucat, Freya juga tidak menyadari itu. Bahkan tubuhnya yang bergetar pun tidak ia rasakan lagi. "Aku enggak apa apa ma, sepertinya kelelahan saja. Besok pagi setelah bangun tidur pasti sudah baikan lagi," sahutnya pelan. "Mama temani Freya ya, aku mau hubungi dokter Tomi dulu." Renata menganggukkan kepalanya bersamaan dengan Jericho yang berjalan keluar kamar sambil menggerakkan jarinya di atas layar ponsel miliknya. "Aku enggak apa apa ma, enggak perlu khawatir gitu, ma." Freya tersenyum dengan tatapan sendunya. "Bagaimana mama enggak khawatir, kamu pucat banget Freya." Mengelus punggung tangan Freya. "Itu anak juga kenapa belum pulang pulang? Enggak tahu apa istrinya lagi sakit gini." Renata mulai kesal dengan Zyan yang tak kunjung pulang dari luar kota. Ia juga melakukan hal yang sama dengan Jericho, menggunakan ponselnya untuk menghubungi Zyan. 'Mana mungkin dia pulang cepat ma, karena saat ini dia sedang bersama perempuan yang di cintainya,' batin Freya merasa miris dengan dirinya sendiri. "Mas Zyan lagi sibuk ma, enggak usah di hubungi. Aku enggak apa apa kok." Freya mencoba menghalangi Renata yang ingin menghubungi Zyan. Tapi sayangnya perempuan paruh baya itu tidak menggubris perkataan menantunya, sampai akhirnya panggilan tersebut terhubung dengan sang putra sulung. Renata : "Zyan, kamu pulang sekarang, nak. Istri kamu lagi sakit." Zyan : "Sakit? Tapi kerjaan aku belum clear ma." Renata : "Mama enggak mau tahu, pokoknya kamu harus pulang malam ini juga. Atau mama akan obrak abrik perusahaan kamu besok. Kamu mau mama ambil alih lagi perusahaan itu?" Zyan : "Iya ma, aku pulang!" Sambungan langsung di putus oleh Renata dengan perasaan jengkel. "Dasar anak ini, selalu gila dengan pekerjaan. Harus aku ancam dulu baru mau pulang," gerutu Renata, lalu menghela napas kasar. Hati Freya semakin merasa miris, kepulangan Zyan bukan karena kepeduliannya yang tulus pada sang istri, tapi karena ancaman dari sang mertua. Freya mulai mengerti, ternyata tujuan Zyan menikahinya secara mendadak salah satunya untuk mempertahankan posisinya di perusahaan itu. Freya menengadahkan kepalanya agar air matanya tak menetes. Pokoknya tidak boleh menangis lagi di hadapan orang lain. Cukup kali ini saja Jericho memergokinya tengah menangis pilu seperti tadi. Freya tidak ingin orang lain mengasihaninya. Ia hanya ingin terlihat tegar dan baik baik saja dan membagikan kebahagiaan pada orang lain, bukan kesedihan. Dua puluh menit kemudian, Dokter Tomi yang merupakan dokter pribadi keluarga Edward pun tiba untuk memeriksakan kondisi Freya. Renata dan Jericho tampak menunggu dengan dengan gelisah. Takut jika terjadi sesuatu yang serius pada Freya. "Bagaimana kondisi menantu saja dok?" tanya Renata setelah Dokter Tomi selesai memeriksa Freya. "Tidak ada yang serius. Nyonya Freya hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran saja," ucap Dokter Tomi tenang. Helaan napas panjang dari Renata dan Jericho menandakan jika keduanya merasa lega. "Oh, syukurlah kalau begitu," sahut Renata mengelus dadanya. "Saya sudah suntikan vitamin dan obat, kalau bisa untuk beberapa hari ini Nyonya Freya beristirahat di rumah saja agar kondisinya benar benar pulih, ini juga resep obat yang bisa konsumsi untuk beberapa hari kedepan." Menyerahkan selembar kertas berukuran persegi panjang pada Renata. Renata menerimanya sambil menganggukkan kepala. "Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu." Dokter Tomi menundukkan sedikit kepalanya. "Terimakasih banyak dokter," sahut Renata. "Saya antar ke depan dok," timpa Jericho. Kini Freya tengah tertidur di bawah pengaruh obat yang di suntikkan oleh Dokter Tomi beberapa saat lalu. Sepertinya hubungannya dan Zyan akan lebih sering menyita pikirannya, dan Freya harus membiasakan diri dengan itu semua. Renata yang sejak tadi memperhatikan wajah sang menantu, menyadari ada sesuatu yang mengalir di sudut mata Freya yang tertutup. "Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu Freya? Apa ini ada hubungannya sama Zyan?" gumannya curiga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD