"Dia siapa mas?" Freya menatap tajam laki laki yang sedang sibuk mencari keberadaan bajunya di sisi kasur.
"Sayang, dia siapa?" Perempuan itu mendekati Zyan.
Apa katanya? Sayang? Cih... Jadi mereka pasangan kekasih? Pikir Freya geram.
"Jawab, sayang. Dia siapa?" sambung perempuan yang tidak Freya kenali itu dengan wajah kesal.
Zyan bangkit dari atas kasur, berdiri tepat di tengah antara kedua perempuan cantik itu. Kedua tangannya terangkat sejajar di depan d**a. "Oke, tenang. Aku bisa jelasin ke kamu."
"Fre-" Zyan berniat untuk mengucapkan nama Freya tapi segera di sela oleh sang pemilik nama.
"Freya, istri sah Mas Zyan," ucap Freya sambil menyodorkan tangan kanannya, di tambah dengan senyum yang membingkai di wajahnya.
Perempuan itu membelalakkan matanya terkejut, lalu beralih menatap Zyan dengan penuh tanda tanya.
'Jadi ini alasan kamu menyetujui permintaan mama untuk pindah rumah. Supaya kamu bebas membawa perempuan ini ke sini dan menodai janji suci pernikahan kita,' batin Freya merasa miris.
"Istri sah? Kamu ... dia ... Bagaimana bisa kamu sudah menikah dengan perempuan lain Zyan? Jadi, aku ini kamu anggap apa Zyan?" Perempuan itu terlihat mulai emosi.
Merasa tak di hiraukan oleh perempuan itu, Freya menarik kembali tangannya. Lalu menarik sudut alisnya keatas, menatap Zyan dengan penuh makna.
"Aku bisa jelasin semuanya ke kamu, Mitha," ucap Zyan menarik tangan perempuan itu dengan lembut untuk duduk di tepi kasur.
'Mitha, oh jadi namanya Mitha. Apa ini perempuan yang di maksud oleh Jericho saat itu?' batin Freya.
Genangan air mata terlihat jelas di sudut mata Mitha, gelengan kepala darinya mewakili rasa tak percayanya pada Zyan. Laki laki yang entah sejak kapan menjalin hubungan dengannya. "Jadi ini alasan kamu membawa aku pulang ke Indonesia? Hanya untuk memberi tahu kabar pernikahan kamu dengan perempuan lain?"
"Sayang, kamu harus dengarkan penjelasan aku dulu." Zyan duduk di hadapan Mitha dengan posisi berjongkok dan kedua tangan yang menggenggam tangan Mitha. "Dia memang istri sahku, tapi ... itu hanya sebatas kontrak saja. Kamu tahu bagaimana mama menentang hubungan kita kan? Dan mama selalu mendesak aku untuk menikah dan mengancam akan mengambil semua asset milikku? Setelah dua tahun pernikahan, kami akan bercerai, dan saat itu kita akan segera menikah, aku janji padamu."
Bahkan dengan perempuan lain Zyan bisa berlaku selembut itu, sementara dengan Freya--istri sahnya sendiri justru berbanding terbalik dan terkesan menyiksanya. Adilkah ini untuk Freya? Kenapa takdir harus sekejam ini padanya? Mendapatkan pengkhianatan untuk kedua kalinya dari laki laki yang sangat berarti untuknya.
"Jadi, pernikahan kalian hanya sebatas kontrak saja? Tidak ada cinta di antara kalian?" tanya Mitha dengan tatapan penuh selidik. Sesekali ia melirik Freya yang masih berdiri santai di depan keduanya, menyaksikan pertunjukan romansa dari sang suami dan kekasih gelapnya.
"Mana mungkin, sayang. Kamu tahu aku hanya mencintaimu saja." Zyan mencubit pelan pipi Mitha.
Jadi, ini alasannya? Alasan mengapa Zyan menikahinya secara mendadak, karena desakan dari mamanya. Dan rupanya mertua Freya tidak menyukai Mitha? Baiklah, kalau ini mau Zyan. Karena secara terang terangan Zyan mengumbar rasa cintanya pada Mitha di hadapan Freya, perempuan yang berstatus istri sah Zyan itu akan mengambil langkahnya sendiri.
"Kamu sudah melanggar perjanjian kita mas," ucap Freya hingga membuat Zyan menoleh ke belakang.
Zyan berdiri, ia beralih mendekati Freya dengan tatapan tak sukanya. "Melanggar katamu? Bagian mana aku melanggarnya?" tanyanya.
Senyum sarkas terpahat di wajah Freya, dalam hatinya terus berusaha untuk menenangkan dirinya. Freya tidak boleh terlihat lemah di hadapan Zyan, sekali pun hatinya sudah hancur berderai, pun air matanya tidak boleh berjatuhan, aktingnya harus terus berjalan mulus.
"Aku pikir kamu harus baca ulang perjanjian itu. Dan satu lagi..." Menjeda beberapa saat sambil menatap nyalang pada Zyan sebelum akhirnya berpindah fokus pada Mitha yang masih duduk mengamati pergerakan keduanya dari tepi kasur.
"Apa?" tanya Zyan membulatkan matanya sempurna.
"Hubungan kami memang sebatas kontrak saja. Tapi, di mata Tuhan aku lah perempuan yang paling berhak atas Mas Zyan, luar dan dalam." Ucapan Freya sukses membuat d**a Mitha berdegup cepat, ia bahkan segera berdiri karena tak terima dengan kenyataan yang ada.
"Tapi, tenang saja. Aku enggak akan menyentuh tubuh laki laki yang sudah dimiliki oleh perempuan lain." Menatap Zyan dengan tatapan mengejek.
"Kamu, beraninya." Zyan mencengkeram lengan Freya dengan kuat. Marah atas ucapan Freya yang seolah menghinanya.
Mitha langsung menarik tangan Zyan, ia tak ingin melihat ada kekerasan di sana. Bagaimana pun juga Freya seorang perempuan, yang tidak boleh untuk di sakiti fisiknya. Jika bukan karena Mitha yang menghentikannya, mana mungkin Zyan meloloskan Freya begitu saja.
Tanpa sedikit pun merasa tersakiti, Freya berbalik badan dan melangkah keluar kamar, sebelumnya benar benar keluar dari kamar itu, Freya kembali menghentikan langkahnya.
"Oh ya, kamu tenang saja mas. Aku dengan senang hati akan membantu kamu untuk meyakinkan mama kalau kalian saling cinta." Lalu benar benar pergi dari dalam ruangan terkutuk itu tanpa memperdulikan Zyan yang merasa bingung dengan perkataannya.
Cepat cepat Freya menuruni anak tangga dan keluar dari apartemen mewah itu dan langsung menuju lift khusus yang terhubung dengan penthouse milik Zyan.
Freya mengatur napasnya yang tak beraturan, mencoba untuk tetap tenang. Tapi sayang, hati dan pikirannya tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Tubuh Freya yang menyandar di dinding lift langsung merosot begitu saja dengan cucuran air mata yang tak bisa ia bendung lagi. Sebelah tangannya bergerak memukul dadanya yang seolah di penuhi oleh kabut asap hingga membuat sesak dan kesulitan bernapas. Freya menangis pilu dengan posisi tubuh yang meringkuk. Sesekali Freya menjerit karena merasa takdir tengah mempermainkan hidupnya.
"Sakit sekali, Tuhan. Sakit sekali hatiku," ucapnya terisak.
Beruntung saat ini Freya di dalam lift khusus, jadi tidak ada yang bisa melihatnya sama sekali. Sampai akhirnya pintu lift terbuka.
Menyadari itu, Freya segera berdiri sambil menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti itu. Baru saja Freya ingin berdiri, tapi tangan seseorang yang sedang memegang sapu tangan terulur padanya.
"Hapus air matamu." Suara yang sudah tak asing lagi di telinga Freya membuat perempuan itu mendongakkan kepalanya cepat untuk memastikan wajah pemilik suara tersebut.
"Kamu ...," ucap Freya terkejut.
Pria itu menarik sedikit ujung bibirnya ke atas lalu menyeka air mata Freya menggunakan sapu tangan miliknya. "Kalau ada wartawan yang atau netizen yang diam diam mencuri poto kamu dalam keadaan seperti ini, aku yakin kamu akan jadi trending topik minggu ini."
Freya menarik sapu tangan di wajahnya untuk menghentikan pergerakan tangan laki laki itu. "Sudah biasa," sahutnya pelan lalu menempelkan sapu tangan ke hidungnya dan menghembuskan cairan dari dalam hidungnya.
"Oh ya?"