Tertangkap Basah
Matahari telah sepenuhnya berada di tempat peraduannya, sinarnya yang terang menjadi energi tersendiri bagi jutaan manusia di luar sana. Sama halnya seperti saat ini, sepasang muda mudi yang terlihat sangat berenergi dalam permainan panas yang mereka ciptakan sendiri.
"Call me, please," ucap seorang pria dengan suara yang terdengar parau tanpa menghentikan gerakannya di atas tubuh wanitanya.
"Bis...ma..." sahut si wanita dengan desahan yang lolos dari mulutnya.
"Yes, baby. Kau selalu menggoda saat menyebutkan namaku."
Laki laki yang bernama Bisma itu bermain dengan ritme teratur, desahan demi desahan lolos begitu saja dari mulut keduanya. Tubuh yang sama sama telah terlihat bermandikan peluh itu menandakan sudah cukup lama mereka melancarkan permainan yang tidak pernah terasa cukup dan puas bagi keduanya, bahkan seperti saat ini, hanya tinggal setengah jam lagi pernikahan akan berlangsung. Tapi keduanya tidak peduli dan memilih untuk terus menikmati percintaan yang menggebu itu.
"Gerak ce...pat... Honey." Si wanita berusaha menyelesaikan kata katanya yang terputus dari bawah sana sambil meremas rambut Bisma, akibat ritme permainan yang sengaja di percepat olehnya.
"Slow down, baby..."
***
Terlihat seorang perempuan tengah berdiri di depan kaca besar, wajahnya memancarkan binar kebahagiaan saat memandangi dirinya sendiri di dalam pantulan kaca tersebut.
Memakai gaun berwarna putih dengan ekor yang menjuntai panjang di lantai, yang menampilkan punggung putih mulusnya serta rambutnya yang di tata ke keatas di lengkapi dengan mahkota yang sangat pas di kepala tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Dan polesan make up flawles serta aksesoris yang tidak berlebihan menjadikan perempuan itu terlihat bak putri raja yang akan tampil di hadapan banyak pasang mata.
"Haaah... Finally, yang aku impikan akan terwujud hari ini..." ucapnya sambil bergerak ke kanan ke kiri melihat bentuk tubuhnya yang nyaris sempurna dengan balutan gaun pengantin mewah nan sexi itu.
Suara hentakan teratur sepatu pantofel serta dua pasang high heels terdengar melangkah mendekati calon pengantin wanita.
"Oh my good... You look so beautiful."
"You are the most beautiful queen in this country."
"Seandainya aku yang jadi pengantin prianya. Ah... Aku pastiin enggak akan ada pria lain yang boleh menatap kamu, Frey," guman Alvin, pria tampan di antara dua teman wanita lainnya.
Freya Alshya Rawles, putri semata wayang konglomerat tersohor di negeri itu, Frans Rawles dan Shina Rawles. Artis yang dikenal dengan kecantikan alaminya ini memiliki darah blasteran Indonesia-Prancis.
Bentuk matanya yang bulat dengan iris hazel--warisan sang ayah, hidung mancung yang tidak berlebihan serta bibir tipis mempesona--warisan sang ibu, berhasil menjadikan Freya semakin mencapai popularitasnya di usianya saat ini yang baru menginjak dua puluh tiga tahun.
"Itu sebabnya aku enggak mau nerima lamaran kamu tahun lalu," sahut Freya sekananya di iringi kekehan pelan oleh kedua sahabat perempuan lainnya.
"Bisma mana? Aku enggak sabar lihatnya, pasti tampan banget ya... Uuh, oppa satu itu selalu buat aku greget," ucap Gista--sahabat Freya bertubuh mungil yang selalu mengidolakan Bisma yang notabenenya artis berdarah korea yang sukses melebarkan sayapnya di Indonesia.
"Kayaknya masih siap siap di kamarnya deh," sahut Freya.
"Ya udah yuk, foto dulu," ajak Dera yang memakai waju berwarna senada dengan Gista.
Ketiga sahabat Freya mengeluarkan gawai masing-masing, lalu mengabadikan moment yang tak akan terlupakan itu. Setelah beberapa jepretan berhasil tersimpan, keempatnya akhirnya memutuskan untuk turun ke ballroom hotel yang menjadi tempat pernikahan Freya dan Bisma di langsungkan.
Mengingat kedua calon mempelai sama-sama berasal dari kalangan artis papan atas, tentu saja di luar hotel tersebut telah banyak awak media yang menunggu untuk memburu berita yang di gadang-gadang akan menjadi pernikahan termewah dari akhir kisah cinta romantis yang selama ini berhasil membuat para netizen klepek klepek dengan ke-uwu-an yang mereka ciptakan. Dan juga telah hadir para tamu undangan baik dari kalangan sesama artis juga pengusaha pengusaha kaya raya yang sengaja di undang oleh kedua belah pihak, apa lagi keluarga Freya sangat terkenal dan memiliki banyak jaringan bisnis baik di dalam maupun luar negeri.
Tling...
Suara bel lift berbunyi dan pintu siap untuk terbuka lebar.
"Loh, kamu mau kemana Frey? Belum juga di lantai dasar," tanya Gista heran melihat Freya yang tengah memegang gaunnya lalu menangangkatnya tinggi untuk memudahkannya berjalan keluar.
"Kalian duluan aja ya, aku mau ambil cincinku tinggal di dalam kamar mbak Hilda, dianya lagi enggak enak perut jadi belum bisa turun." Freya bergegas meninggalkan lift.
"Eh tunggu, aku ikut. Repot banget kamu sendirian gitu." Gista langsung berlari menyelinap pintu lift yang hampir tertutup.
"Kita duluan ya," teriak Dera sambil melambaikan tangannya di iringi Alvin yang tersenyum ke arah Freya.
Sambil di bantu Gista, Freya berjalan menuju pintu kamar Hilda--managernya, tanpa perlu menggedor atau pun menekan bel, Freya langsung membuka pintu tersebut yang memiliki akses sendiri ke dalam kamar itu, karena kamar itu merupakan kamar yang juga menjadi tempatnya menginap selama dua hari terakhir.
Samar samar Freya mendengar desahan yang saling menyebutkan nama masing masing. Freya menghentikan langkahnya sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir seakan memberi isyarat pada Gista untuk membungkam mulutnya.
Gista yang merasa keheranan dengan sikap Freya pun memilih untuk menurut dan mengikuti setiap langkah Fraya yang menuju ke bagian kamar di dalam suite mewah tersebut.
"Sudah waktunya... Ahh.. Honey... Kita harus mengakhirinya."
"Masih ada waktu lima belas menit, baby. Aku belum mencapai klimaks, bertahan sebentar lagi."
Cekrek... Cekrek...
Suara yang berasal dari ponsel milik Freya berhasil membuat pasangan yang sedang mendesah manja dengan bagian bawah yang sama sama polos itu menghentikan aktifitas panas mereka dengan kelabakan begitu menyadari sosok perempuan bergaun putih panjang itu berdiri di ambang pintu.
"Freya..." ucap Hilda buru buru menutupi bagian intinya yang terekspos jelas dengan selimut tebal yang memang sudah ada di atas kasur.
"Ah, Shit..." umpat Gista begitu matanya menangkap pemandangan setengah bugil keduanya yang tampak kebakaran jenggot sambil membalikkan tubuhnya menghadap luar pintu kamar. "Ternodai deh nih mata, sial."
"Sayang, kamu-"
"Stop panggil aku sayang. Kamu memang b******k, Bisma."
"Dengerin aku dulu, sayang, aku bisa menjelaskannya." Sambil memasang celana formalnya dengan tergesa, Bisma berjalan mendekati Freya.
Darah Freya rasanya terbakar, ingin sekali melontarkan caci maki serta seluruh isi kebun binatang, jika saja Gista tak menarik tangannya untuk mundur beberapa langkah.
"Frey, aku enggak se-"
Plaaak...
Tamparan keras mendarat di pipi Bisma, membuat Hilda dan Gista melongok tak percaya. Mengingat, selama ini Freya tidak pernah berbuat kasar pada siapa pun.
Wajah mulus Bisma seketika memerah sempurna dengan mata yang menatap tajam ke arah iris hazel indah milik Freya.
"Aku mau pernikahan ini di batalkan."
____________
Hai readers, selamat datang di cerita baru ini.
Semoga kalian terhibur...
Jangan lupa dukung cerita ini juga ya... Hehehe...
Makasih semuanya.