BAB 8

1570 Words
Percintaan panasnya bersama Dara beberapa menit yang lalu, sanggup membuat tubuh Steff lemas. Bahkan dirinya sempat tertidur di samping Dara. Tertidur di atas karpet bulu yang berada di dalam ruang kerjanya. Steff bahkan tak habis pikir jika dirinya bisa meniduri Dara di tempat yang tidak semestinya. Bukan di ranjang empuk dan luas melainkan di atas lantai hanya dengan beralas karpet. Bibir Steff tertarik keatas membentuk lengkungan senyum. Jika saja tadi Dara tidak tertidur di sofa ruang kerjanya, mungkin Steff tidak akan tergoda untuk mencicipi tubuh menggoda istrinya itu. Lelaki mana yang akan tahan melihat pemandangan indah seorang perempuan yang tertidur pulas dengan meringkuk di atas sofa. Kaos nya yang lebar di bagian leher menonjolkan belahan d**a nya membuat Steff tak konsen bekerja. Bukan nya melihat layar laptop, tapi justru pandangan mata nya tak lepas dari bongkahan p******a Dara yang padat berisi. Kaos yang tersingkap memperlihatkan perutnya yang rata, dengan bibir sedikit terbuka menuntun Steff untuk mencicipi lagi bibir merah muda Dara yang seakan mulai menjadi candu baginya. Tidak fokus bekerja, Steff mengacak rambutnya dan memilih berjalan mendekati Dara. Berjongkok di samping sofa. Mengelus pelan pipi mulus Dara takut jika sang empunya bangun. Tangan nya mulai merayap mengitari bibir Dara dan tak dapat ditahan lagi bibir Steff sudah menempel di bibir Dara, hingga berlanjut semakin menggila dan berakhir dengan kejadian yang sungguh diluar rencana nya. Steff kembali tersenyum mengingat apa yang telah terjadi antara dirinya dengan Dara beberapa jam yang lalu. Dia segera bangkit sebelum keinginan nya untuk menerkam Dara tak dapat dia hentikan lagi. Dara tampak kelelahan dan tertidur pulas tanpa menghiraukan Steff yang kini telah mengangkat tubuhnya dan kembali membaringkan nya di atas sofa. Tanpa peduli dengan tubuh polos nya, Steff berjalan santai menuju lemari mengambil selimut yang biasa dia pakai jika dia ingin tidur di tempat ini. Menyelimuti tubuh polos Dara hingga batas leher sebelum akhirnya Steff berlalu menuju kamar mandi. Membersihkan dirinya yang terasa lengket akibat peluh yang membanjiri tubuhnya. Keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk, mengambil baju ganti yang selalu dia simpan di dalam lemari ruang kerjanya. Hingga dia selesai memakai kaos dan celana pendek nya, Dara masih tertidur pulas. Steff tidak ingin membangunkan nya karena merasa kasihan melihat Dara yang terlihat begitu kelelahan. Steff memilih meninggalkan Dara berlalu keluar dari ruang kerjanya *** Steff berjalan menuju ruang depan resto yang semakin sore tampak semakin ramai pengunjung. Mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan memastikan semua pengunjung puas menikmati hidangan yang disajikan serta merasa nyaman menikmati suasana dalam resto ala korea yang dia kelola sejak tiga tahun yang lalu. Ini bukan lah resto satu - satunya yang ia punya melainkan resto ini adalah cabang ke lima . Tapi dari sekian banyak resto yang dia miliki, hanya disinilah tempat yang menjadi favorit baginya. Selain tempat yang strategis di pusat keramaian kota, suasana serta karyawan nya semua sangat cocok dan sesuai dengan kriteria Steff. Jadilah resto ini yang dijadikan markas tetap tatkala dia bosan tinggal di apartemen . Dan disini pulalah Steff kerap menghabiskan waktu nya bahkan seringkali dia menginap di sini bersama karyawan kepercayaan yang dia tugaskan untuk mengelola resto ini. Steff sudah berdiri di balik meja kasir dan menggantikan tugas salah satu karyawan nya. Memang beginilah kebiasaan Steff jika sedang berada di resto. Meskipun dia adalah pemilik resto ini tapi dia tak segan hanya untuk berbagi tugas bersama karyawan nya. Apalagi jika ada salah satu karyawan yang sedang istirahat makan dan lain nya, dialah yang akan menggantikan untuk sementara. Beberapa pengunjung perempuan tampak melirik ke arah nya. Tersenyum genit memandang takjub padanya. Tak heran karena perawakan Steff yang tinggi tegap dengan wajah yang tampan bermata sipit mirip aktor korea. Membuat para perempuan rela mengantre di depan meja kasir hanya demi melihat atau justru ada yang terang-terangan mengajaknya berkenalan bahkan bertukar nomor telpon. Sebagai salah satu pelayanan baik yang diberikan resto ini, Steff akan selalu memasang tampang ramahnya, tersenyum pada siapa saja termasuk pada perempuan yang jelas menggoda nya. " Mas... Ganteng-ganteng kok mau saja jadi pegawai kasir restoran," ucap salah satu wanita muda sosialita yang sedang berdiri di depan meja kasir. Setelah memesan beberapa menu yang sepertinya untuk para teman-teman arisan nya, si ibu muda mengulurkan sebuah kartu debit. Saat tangan Steff menerima kartu tersebut justru wanita seksi berbibir merah darah itu mengelus lengan Steff sambil mengerling genit. " Bagaimana kalau bekerja ditempat saya saja. Jadi asisten pribadi saya. Saya jamin gaji yang akan saya tawarkan pasti lebih besar dari gaji kamu bekerja disini." lanjut perempuan tadi masih berusaha merayu Steff. Tanpa menjawab Steff hanya mengulas senyum. Senyuman maut yang membuat si perempuan ini semakin terpana tanpa bisa melepaskan pandangan mata dari wajah tampan lelaki itu. " Bos, terimakasih ya sudah mau menggantikan saya standby disini." wanita muda berusia dua puluh tahun bernama Juli, salah satu karyawan Steff yang bertugas sebagai kasir, menghampiri nya dan menggeser posisi Steff. Perempuan seksi yang tadi berada di depan meja kasir sudah melepaskan tangan nya dari lengan Steff saat Juli datang. Mengernyit kan kening saat dia mendengar panggilan bos. " Jul, tolong segera diproses tagihan ibu ini. Dan ini kartu debitnya. Aku ke dalam dulu." Steff menepuk pelan pundak Juli, menoleh ke arah perempuan sosialita tadi dan tersenyum ramah sebelum meninggalkan meja kasir. Dia tak mau ambil pusing dengan pelanggan resto nya yang kegenitan. Biarlah asal dia tak menanggapi terlalu jauh dan itu bisa mendongkrak omset resto nya Steff tak akan mempermasalahkan nya. Saat dia baru sampai di ambang pintu dapur, perutnya keroncongan hanya dengan menghirup bau wangi masakan. " Chef Anta, buatkan aku makanan. Apa saja yang penting bisa membuatku kenyang." " Siap Bos. Laksanakan." Chef Anta adalah salah satu koki di resto ini yang terkenal dengan keahlian nya memasak segala makanan khas dari negeri gingseng. Di resto ini Steff mempunyai 3 orang Chef handal yang siap menggoyang lidah para pengunjung khususnya penyuka makanan khas korea. Duduk di salah satu meja yang berada di tengah dapur, sambil menunggu makanan nya Steff mengamati para karyawan yang bekerja dengan cekatan. Dia benar-benar beruntung memiliki karyawan yang mempunyai loyalitas tinggi pada resto ini. Bekerjasama dengan baik memajukan usaha kuliner nya. Sepertinya tak ada salahnya jika dia memberikan bonus di akhir bulan ini karena pendapatan resto nya terus meningkat dari hari ke hari. Seporsi Beef bulgogi dan sebotol air mineral sudah terhidang di atas meja. " Silahkan dinikmati boss." Chef Anta berbalik kembali menekuni aktifitas nya. Perutnya semakin keroncongan melihat makanan yang ada di hadapan nya. Padahal siang tadi sebelum pergi kesini dia juga sudah makan dan ini masih sore tapi rasanya seperti hampir seminggu tidak makan. Steff teringat sesuatu. " Pasti karena tadi aku mengeluarkan banyak tenaga jadinya lapar lagi." gumamnya pada diri sendiri. Steff menghentikan kunyahan nya padahal baru satu suap yang masuk ke dalam mulutnya. Dia jadi teringat Dara yang tadi dia tinggalkan sendirian di dalam ruang kerjanya. Apa gadis itu masih tidur, atau sudah bangun dan bingung mencari dirinya. " Gadis...? Kurasa dia sudah tak gadis lagi." Steff terkekeh dan menggelengkan kepala. Geli sendiri dengan semua pemikiran nya. Buru-buru dia menghabiskan makanan yang masih banyak tersisa. Memasuki kembali ruang kerjanya dan mendapati Dara masih tertidur pulas. Steff mendekat dan menundukkan kepala. " Apa sebegitu capeknya, hingga kamu tertidur pulas sampai menjelang malam." Steff menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Dara. Menegakkan kembali tubuhnya, berjalan menuju meja kerjanya Steff memutuskan menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Membiarkan Dara menikmati tidurnya dan memilih menunggu Dara hingga terbangun dengan sendiri nya. *** Sebenarnya Dara enggan membuka mata karena rasanya ia masih sangat lelah dan mengantuk. Tapi silaunya cahaya lampu mau tak mau membuatnya memicingkan mata berusaha menyesuaikan diri. Begitu mata Dara terbuka sempurna, dia sedikit kaget mendapati ruangan yang menurut nya sangat asing. Dara sempat berpikir jika dia sedang bermimpi. Tapi mana mungkin, dipejamkan kembali matanya lalu dimbuka nya kembali secara perlahan. Masih tetap sama. “ Aku berada dimana ini ?” tanya Dara pada dirinya sendiri. Dara terbangun dari tidur berbaringnya, kembali terkejut karena dia ternyata tidur diatas sofa. Saat kepalanya menunduk, mulutnya menganga lebar. Dia tak memakai apapun dan hanya selimut yang melapisi tubuhnya. Apalagi kini selimut itu malah melorot hingga hampir saja terlepas jika saja Dara tak segera mengapitnya di ketiak . " Sudah bangun." Dara terjengit kaget mendengar suara berat laki-laki dan dia tau betul itu suara siapa. Menoleh ke arah sumber suara, Steff duduk di balik meja kerjanya dan sedang menatapnya intens. Melihat wajah m***m nya yang seolah menguliti Dara, memori Dara berputar dengan kejadian yang baru saja terjadi. Pipinya langsung memanas begitu mengingat semuanya. Dara memalingkan wajahnya dan semakin merapatkan selimut yang dia pakai. Teringat kembali apa yang telah Steff lakukan dan parahnya dia hanya pasrah menikmati semuanya. " Auw ... Turunkan aku !" teriak Dara.  Steffanus dengan tiba-tiba sudah membopong tubuh Dara. Mulut Dara berteriak minta pada Steff agar menurunkan nya, tapi parahnya tangan Dara justru sudah memeluk erat leher Steff seolah takut jika tubuh nya akan terjatuh di lantai. Dara jadi malu sendiri ditambah kondisinya yang hanya berbalut selimut. Dara dibawa masuk ke dalam kamar mandi oleh Steff . Dengan sangat hati-hati Steff menurunkan dan mendudukkan Dara diatas closet. " Buruan mandi. Atau … mau kumandikan ?" Demi apa sekarang Steff jutsru menggoda Dara, menaik turunkan alis nya. Dapat dipastikan jika pipi Dara kini telah merona. " Aku bisa sendiri. Keluarlah sekarang." Tangan Dara masih berusaha mengapit selimut agar tak sampai terlepas dari tubuhnya. " Yakin tidak butuh bantuanku? " Steff masih berusaha menggoda Dara. " Aku bilang keluar. SEKARANG." entah kenapa Dara menjadi sangat kesal pada Steff hingga bisa berbicara dengan nada setinggi itu. Dara merasa kesal karena Steff suka sekali menggoda dengan candaan m***m nya. "Oke oke... Aku keluar. Eum ... kalau kamu butuh bantuan tinggal panggil aku saja." Dara bernafas lega setelah Steff keluar dari dalam kamar mandi dan menutup pintunya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD