Menghembuskan nafas kasar Dara mencoba untuk bangkit. Tapi...
" Auw.. Aduh...." Dara meringis merasakan sakit di area tubuh bawahnya. Rasanya sedikit nyeri.
Baru teringat jika ini adalah pengalaman pertamanya yang bagi Dara begitu buruk mungkin. Ditiduri oleh seorang lelaki tanpa didasari oleh perasaan cinta. Yah ... mungkin belum ada cinta diantara mereka tapi jalan hidup yang seperti ini bukanlah yang Dara impikan.
Dulu Dara selalu bermimpi menikah dengan seseorang yang dia cintai juga mencintai nya dan mereka akan hidup berbahagia bersama anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Tapi realita nya.... Ah sudahlah menyesali semua yang telah terjadi bukanlah hal yang baik.
Dara harus segera mandi membersihkan dirinya yang terasa lengket. Dara terdiam sejenak mengingat bahwa keberadaan nya saat ini adalah masih di restaurant yang Dara tebak adalah resto milik Steff. Lantas, bagaimana bisa tadi mereka melakukan ... Astaga ! hanya mengingatnya saja sudah membuat Dara malu.
Setelah kejadian ini, Dara harus bagaimana jika bertemu dengan Steff. Apakah harus tetap berlaku biasa saja seperti tidak pernah terjadi sesuatu diantara mereka. Entahlah Dara sendiri juga bingung.
Selimut yang Dara gunakan untuk menutupi tubuh telanjang nya sudah ditanggalkan. Meneliti sekujur tubuhnya dan sesuai dugaan jika tubuhnya kini tak polos lagi melainkan bercak kemerahan hasil perbuatan Steff tercecer dimana - mana.
Dara menyalakan shower, seketika tubuhnya tersiram oleh dingin nya air yang langsung membasuh tubuhnya. Rasa perih dia rasakan di area kewanitaannya membuat Dara meringis. Haruskah sesakit ini kehilangan keperawanan. Begitulah batin Dara dalam hati.
Acara mandi yang biasanya hanya berlangsung sepuluh menit atau paling lama lima belas menit, tapi tidak dengan sekarang. Dara rasa sudah lebih dari setengah jam dia berada di dalam kamar mandi, kulitnya sudah sedikit keriput karena terlalu lama berada di bawah guyuran air shower. Sekali lagi ia meyakinkan hatinya jika semua akan baik-baik saja dan apa yang telah terjadi hari ini tak mungkin disesali.
Dimatikan shower dan mulai melangkah mendekat ke arah wastafel dimana terdapat handuk yang terlipat rapi disana. Dikeringkan tubuhnya, meneliti penampilan nya serta kulit tubuhnya yang sungguh tampak mengerikan. Bagaimana caranya dia menutupi bercak kemerahan di kulit lehernya ini. Dara yakin pasti perlu beberapa hari hingga bercak ini akan menghilang dengan sendirinya.
Sekali lagi Dara menghembuskan nafas kasar, meratapi semua yang terjadi dalam hidupnya. Hingga pintu kamar mandi yang diketuk, ralat bukan diketuk melainkan di gedor dari arah luar karena kerasnya suara itu hingga membuat Dara terlonjak kaget.
Masih dengan melilit kan handuk di tubuhnya, karena Dara tak membawa baju ganti saat ke kamar mandi, membuka sedikit pintu dan benar ternyata Steff yang berdiri menjulang dengan wajah kesal nya.
" Kamu mandi apa tidur. Lama sekali di dalam. Aku mau buang air." karena dia lelaki dan sudah pasti tenaga nya lebih kuat dari Dara, hanya dengan sedikit dorongan tangan lelaki itu, pintu kamar mandi sudah terbuka lebar memberi jalan bagi Steff yang kini dengan santai nya telah melenggang masuk ke dalam kamar mandi tanpa menghiraukan Dara yang masih berdiri diambang pintu.
Dara membuang pandangan nya ketika lelaki itu mulai menurunkan celana nya. Hanya hal kecil tapi efek nya mampu membuat pipi Dara memanas. Segera Dara keluar dari kamar mandi dengan masih menahan ringisan karena rasanya sungguh tak nyaman saat dipakai berjalan. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di bawah sana. Dan juga terasa sedikit kaku jika Dara melangkah kan kaki.
Dara mengedarkan pandangan mencari dimana Bajunya berada. Tapi apa yang didapat membuatnya berdecak sebal. Bagaimana tidak jika Dara melihat kaosnya sudah tak berbentuk teronggok begitu saja di kolong sofa beserta baju dalamannya. Sementara celana panjang yang tadi ia gunakan juga berada tak jauh disana.
Dara mendekat ke arah sofa yang tadi dia pakai untuk tidur, berjongkok dan memungut kaosnya. Saat ia hendak berbalik ternyata Steff sudah berdiri di belakang Dara. Tatapan nya itu sungguh membuat Dara jengah. Apalagi jika bukan tatapan m***m. Pandangan matanya tertuju kearah d**a Dara turun semakin ke bawah dan....
Dara segera menyilangkan tangan di depan d**a. Takut lelaki ini berbuat macam-macam lagi. Apalagi saat ini tubuhnya hanya berbalut selembar handuk.
" Sebaiknya kamu pakai bajuku saja. Sebentar kuambil kan." Steff beranjak menuju sebuah lemari yang ada di antara rak buku . Dara masih berdiri mematung di tempatnya. Hingga Steff mengulurkan sebuah kaos berwarna putih padanya. Dara menerimanya lalu dia menyambar celana panjang yang masih bisa ia pakai. Dibawanya ke dalam kamar mandi.
Dengan putus asa akhirnya Dara memakai kaos Steff yang kebesaran di tubuhnya. Biarlah untuk sementara Dara tak memakai dalaman apapun toh setelah ini dia akan langsung pulang. Sebelum keluar kamar mandi, Dara meraih ujung kaos dan diikat bentuk simpul agar terasa nyaman dipakai, pasalnya kaos milik Steff ini panjangnya hampir mencapai lutut Dara. Lengan nya yang memang kebesaran digulung keatas. Oke selesai. Jika dilihat lagi penampilan Dara tak buruk juga. Hanya saja apabila diteliti lebih jauh, ujung dadanya terlihat sedikit menyembul karena memang Dara tak memai bra. Apalagi kaos milik Steff ini berwarna putih, jadi terlihat sedikit menerawang. Belum lagi leher jenjangnya yang terdapat beberapa jejak kemerahan. Sudahlah biarkan saja masa bodoh dengan dirinya saat ini. Yang Dara inginkan sekarang hanya segera pulang dan terbebas dari lelaki itu.
***
Steff masih menekuri laptop di dihadapan nya saat Dara keluar dari dalam kamar mandi.
" Aku mau pulang !" ucap Dara membuat Steff mendongak. Menatapnya untuk sepersekian detik sebelum akhirnya dia mengusap tengkuknya. Entah apa yang ada di pikiran Steff saat ini. Tapi melihat gelagat nya Dara semakin risih dan tak nyaman berada disini berdua bersama lelaki itu.
" Makan dulu baru pulang. Aku pesankan makanan. sebaiknya kamu duduk dan tunggu makanan nya datang."
" Tidak perlu. Aku bisa makan di rumah. Aku hanya ingin pulang sekarang."
Steff berdiri dan berjalan menghampiri Dara. Dara sudah siaga satu siap-siap untuk menghadapi Steff. Tangan Dara ditarik menuju sofa dan dipaksanya untuk duduk. Setelahnya Steff kembali ke meja kerja nya dan terlihat sedang menelepon seseorang.
" Tunggu lima menit. Makanan nya akan datang dan jangan kemana -mana. Kamu butuh asupan makanan biar tenaga mu pulih dan kita.... Bisa bermain-main lagi seperti tadi."
" in your dream." Mata Dara melotot mendengar ucapan Steff.
Tok... Tok...
" Masuk !" perintah Steff
Pintu terbuka dan seorang perempuan masuk dengan membawa nampan.
" Taruh saja di meja, " titah Steffanus.
Perempuan itu meletakkan nampan di atas meja samping sofa.
" Ada yang bisa saya bantu lagi bos."
" Tidak Terimakasih Sofia. Kamu bisa kembali."
" Baik bos, kalau begitu saya permisi."
Sebelum beranjak pergi keluar dari ruangan, perempuan yang disapa Sofia tadi menoleh ke arah Dara lalu tersenyum.
" Habiskan makanan nya baru kamu boleh pulang. "
Dara melirik makanan yang ada diatas nampan. Melihat betapa menggiurkan nya makanan itu membuat perut nya melilit minta segera diisi. Pantas saja Dara merasa lapar karena Dara baru teringat jika terakhir dia makan adalah saat sarapan tadi. Apalagi sekarang sudah jam.... dilirik jam yang tergantung di dinding sudah berada di angka 18:45 . Astaga! sudah malam rupanya. Lama juga Dara terkurung di dalam ruangan ini.
Tanpa pikir panjang Dara beranjak berdiri, mengangkat nampan yang berisi semangkok ramen, kimchi, serta segelas teh gingseng. Dilahap hingga bersih tak bersisa sebelum Dara meletakkan kembali nampan beserta bekas makannya ke atas meja.
Saat Dara menoleh ke arah Steff ternyata lelaki itu sedang menatapnya.
Deg
“Sejak kapan dia menatapku seperti itu.” Pikir Dara dalam hati.
Tiba-tiba jantung Dara berdetak semakin cepat.
“Apa jangan-jangan dia memperhatikanku saat aku makan tadi .” kembali Dara bergumam dalam hati .
Membayangkan nya saja membuat Dara merasa malu karena tadi Dara makan begitu lahap tanpa menoleh sedikitpun pada laki-laki itu. Bahkan Dara tadi melupakan keberadaan Steff di ruangan ini. Yah karena mungkin Dara sangat kelaparan jadi tak menyadari jika di ruangan ini dia tak hanya sendiri melainkan ada Steff juga.
" Aku sudah selesai," Ucap Dara.
" Aku sudah tau." Jawab Steff singkat.
" Kalau begitu aku harus pulang sekarang."
" Kuantar." Steff sudah berdiri dan mengambil kunci mobil yang ada diatas meja.
" Kamu makan kayak orang kesurupan." Steff berkata seperti itu tanpa menoleh pada Dara dan berjalan menuju pintu.
" Apa kamu bilang !" Dara mengikuti Steff dari belakang.
" Lapar banget ya." Steff berbalik sedikit mencodongkan tubuhnya mendekat dan berbisik di telinga Dara selanjutnya ia terkekeh.
" Maaf ya sudah membuatmu capek sampe kelaparan begitu. " ucapan Steff membuat Dara mendelik sebal tapi Steff justru mengacak rambut Dara.
“ Dipikir nya lucu apa. Minta maaf karena membuatku capek. Huft... Jika kamu tau Steff aku tak hanya capek tapi juga sakit. Sakit hati karena kau perawani tanpa permisi. juga sakit tubuh bawahku yang masih terasa ngilu hingga saat ini.” Lagi-lagi dara berkata dirinya sendiri.
" Tunggu sebentar !" pintu sudah terbuka bahkan Dara sudah melangkah keluar, tiba-tiba Steff kembali masuk ke dalam.
Begitu keluar lagi lelaki itu membawa jaket dan diserahkan pada Dara. Dara mengernyit tanpa menerima uluran jaket yang masih berada di tangan Steff.
Tanpa bisa dicegah, kini Steff justru sudah memakai kan jaket itu ketubuh Dara. Menarik resleting hingga menyentuh dagu. Terlihat lucu memang jaket yang kebesaran di tubuh Dara ini.
" Aku nggak mau karyawanku melihat p****g payudaramu yang menyembul. Apalagi didepan pasti juga banyak pengunjung." Celetuk Steff.
Blush pipi Dara merona. Dara malu kenapa tak kepikiran sampai disitu. Steff sudah berjalan mendahului Dara. Sedikit kewalahan mensejajarkan diri dengan langkah lebar Steff, Dara mengikuti lelaki itu. Hingga tiba di depan meja kasir, Steff pamit pulang pada salah satu karyawan nya. Dara masih setia mengekori dengan berjalan di belakang Steff sampai mereka tiba di parkiran resto.
Tanpa diminta, Dara sudah masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan tak ada yang mereka bicarakan. Steff pun bungkam diam tak bersuara. Hanya alunan musik yang menemani sepanjang perjalanan. Sebenarnya dara bersyukur karena Steff tak membahas kejadian intim mereka beberapa jam lalu.
Tiba di depan gerbang rumah Mama Risa, seorang satpam dengan sigap membuka pintu. Di garasi tampak Mama Risa keluar dari dalam mobil diikuti oleh Pak Handoko. Pandangan mata mereka terarah pada mereka berdua lebih tepatnya mobil Steff yang juga berhenti di depan garasi.
Dara turun dari dalam mobil, menghampiri Mama Risa dan Pak Handoko yang masih berdiri ditempatnya. Seperti nya mereka memang sengaja menunggu Dara dan Steff keluar dari dalam mobil.
" Kalian baru pulang juga ternyata." Mama Risa tersenyum ramah pada Dara dan pada Steff yang kini juga sudah keluar dari dalam mobil nya.
" Iya, Ma. Mama juga baru pulang ?" tanya Dara balik.
" Iya sayang. Tadi kami dari Bandung. Ada acara disana. Steff, kenapa mobilmu nggak dimasukan ke garasi sekalian. Jangan di parkir disitu."
" Aku hanya sebentar disini. Dara akan kubawa tinggal di apartemenku. " jawab Steff.
" Apa? "
" Apa??? "
Teriak Dara dan Mama Risa bersamaan.
" Steff kenapa begitu ? Jangan bawa Dara ke apartemenmu. Justru harusnya kamu lah yang pulang kesini. Sesuai impian mama, kamu menikah dan kembali pulang kerumah ini. " perkataan Mama Risa yang sedikit bergetar. Mungkin dia kaget mendengar perkataan Steff tadi.
" Tidak, Ma. Aku masih akan tetap tinggal di apartemenku sendiri." kini tatapan Steff tertuju pada Dara.
" Dara! Ikut aku tinggal di apartemenku. Sekarang. " perintahnya penuh intimidasi.
Bagaimana bisa Dara tinggal di apartemen Steff. Dara lebih nyaman tinggal dirumah Mama Risa dan Dara sudah pasti tidak mau tinggal hanya berdua bersama dengan Steff di apartemen.
" Aku tidak mau. Aku disini saja. " jawab Dara.
" Jadi kamu tidak mau mengikutiku tinggal di Apartemen ?" ucap Steff dengan nada meninggi.
Dara mengangguk.
" Oke tak masalah...."
Steff berbalik, " Aku pergi." ucapnya sambil berlalu menuju mobil.
" Steff ... jangan begitu. Tinggal lah disini bersama istri mu, " ucap Mama Risa yang tak dihiraukan Steff, karena sekarang lelaki itu telah pergi membawa mobil nya keluar dari rumah Mama Risa.
Dara sungguh iba melihat Mama Risa yang terisak.
" Ma...! Mama jangan menangis. Biarkan saja Steff pulang ke apartemen nya. Yang penting dara masih disini menemani mama." Dara mengelus pundak mama mertuanya.
" Ayo kita masuk. Sebaiknya mama istirahat di dalam." Pak handoko sudah merangkul pundak Mama Risa.
" Tapi Steff_ "
" Biarkan saja dia ma. Jangan terlalu dipaksakan hanya akan menambah beban pikiran. Benar kata Dara. Biarkan saja dulu Steff tinggal di apartemen nya. Jangan terlalu memaksa nya. Anak itu semakin dipaksa akan semakin murka."
Kata-kata Pak handoko membuat isak tangis Mama Risa terhenti.
" Ayo kita masuk. " Pak Handoko sudah membimbing Mama Risa berjalan masuk ke dalam rumah.
Sementara Dara mengikuti mereka berjalan di belakang agak sedikit tertinggal karena memang Dara masih kesulitan berjalan normal seperti biasanya. Ini semua gara gara ulah satu pria.
Steffanus Choi.