BAB 7

1237 Words
Dara masuk ke dalam rumah dengan menenteng beberapa kantong Belanjaan. Setengah hari ini dia menemani Bik Monah belanja ke supermarket. Karena ini adalah hari minggu jadi Dara tidak bekerja. Jika biasanya hari minggu Dara lebih banyak menghabiskan waktu untuk membersihkan kamar berlanjut menonton film serta bermalas malasan di kamarnya yang terasa nyaman. Tapi tidak dengan hari minggu ini. Kamarnya telah dikuasai oleh Steffanus. Bahkan lelaki itu dengan tidak sopan nya malah tertidur dengan pulasnya. Untung saja tadi dia mendapati Bik Monah yang akan pergi berbelanja dengan diantar Pak Mardi, sopir pribadi keluarga mama Risa. Pada akhirnya Dara memutuskan untuk menemani Bik Monah saja. Dara pikir saat tiba di rumah, Steff sudah pergi meninggalkan rumah ini. Setahu Dara selama ini StefF memang tak akan pernah bisa berlama -lama berada di rumah. Tapi dugaan nya salah. Dara melihat Steff duduk di meja makan menyesap kopi dari cangkir yang ia pegang. Piring kotor ada di depan Steff, sepertinya memang lelaki itu baru saja selesai dari acara makan nya. Dara berlalu begitu saja melewati Steff. Dia ingin menyimpan Belanjaan nya di dapur. Bik Monah masih di depan membantu Pak Mardi menurunkan belanjaan yang lumayan banyak. " Darimana saja kamu ?" suara berat Steff membuat Dara menoleh. Lelaki itu menatap Dara tak bersahabat. " Ikut Bik Monah belanja." jawab nya singkat sebelum Dara berlalu meninggalkan Steff. Bukan nya dia tak sopan pada lelaki itu melainkan belanjaan yang ia bawa lumayan berat. Tiga kantung belanjaan di taruh di meja dapur. Dara membalikkan badan dan terjengit kaget. Tubuh Steff sudah berdiri menjulang di balakangnya. " Astaga...! Bikin kaget saja." Dara mengelus dadanya. " Ikut aku." Steff menarik tangan Dara membuat perempuan itu berjalan terseok mengikuti langkah besar Steff. " Aduh ... kenapa kamu suka sekali memaksaku. Lepaskan...!" Dara tak berhasil melepaskan diri dari Steff, karena kini tubuhnya telah terhempas duduk di dalam mobil lelaki itu. Bik Monah dan Pak Mardi yang juga masih berada di garasi hanya melihat mereka tanpa berani berkata-kata. " Bik, saya pergi dulu, " pamit Steff pada Bik Monah sebelum ia mengitari mobil dan masuk ke dalam nya.   ***   Selama perjalanan tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Steff. Dara pun juga enggan bertanya lagi pada laki-laki itu. Percuma saja sedari tadi Dara yang mengomel dan menggerutu tapi diacuhkan oleh Steff. " Turun !" titah Steff pada Dara. Dara melihat di depan nya ada sebuah Restaurant khas korea. Dara tak bergeming dari duduk nya hingga pintu mobil kini terbuka. " Mau kugendong hem...." seringaian muncul di wajah tampan Steff. Tentu saja Dara dibuat panik olehnya. " Eh apa ..menyingkirlah," dengan terbata Dara menjawab. Lalu Dara sedikit mendorong tubuh Steff yang berdiri di samping pintu mobil. Tubuh besar lelaki itu menghalangi jalan nya. Dara segera beranjak turun sebelum Steff merealisasikan ucapan nya. Dara mengikuti langkah Steff masuk ke dalam restaurant. Pengunjung tampak ramai di hari minggu seperti ini bahkan hampir semua meja sudah ditempati. " Selamat siang, bos." seorang pelayan menunduk hormat pada Steff. Dara mengernyit mendengar panggilan bos dari pelayan tadi. Tapi Dara tak mau ambil pusing dan terus mengikuti langkah Steff hingga masuk semakin dalam menuju sebuah ruangan. Steff mengambil kunci dari saku celana nya dan membuka pintu ruangan tersebut. " Masuk !" perintah Steff lagi. “ Kenapa lelaki ini suka sekali memerintahku, “ gumam Dara dalam hati. Dara melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut yang di d******i degan cat tembok berwarna putih dan abu- abu. Meneliti seluruh isi ruangan yang Dara yakin ini adalah sebuah ruang kerja. Masih dengan berbagai pertanyaan Dara melangkah menuju sofa dan mendaratkan tubuhnya disana. Steff sudah duduk di meja kerjanya dan membuka laptopnya. Dara yang merasa diacuhkan memberenggut kesal. " Eumm … Pak Steff. Ini resto punya anda ?" Dara yang sedari tadi penasaran akhirnya bertanya juga. Steff mendongak dan kemudian mengangguk tanpa capek-capek menjawab pertanyaan Dara. " Kenapa harus membawaku kesini jika aku diacuhkan. Mending aku tidur di rumah. " batin Dara dalam hati. Tubuhnya sangat lelah apalagi habis menemani bik Monah belanja tadi dirinya belum sempat istirahat dan justru dipaksa Steff untuk ikut pergi ke tempat ini. Dara meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Dia mencari posisi duduk ternyaman dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Sepertinya tidur adalah solusi yang tepat daripada berdiam diri menunggu Steff yang tak tau sedang mengerjakan apa. Tak perlu menunggu lama saat Dara mulai menguap. Rasa kantuk nya tak dapat ditahan. Perlahan tapi pasti mata indahnya mulai tertutup sempurna. Dara terbuai ke alam mimpi. *** " Ergh...." erangan keluar dari mulut Dara. Rasanya seperti sedang bermimpi saat Dara merasakan bibirnya yang dihisap kuat oleh sesuatu yang kenyal dan basah. Matanya yang masih terpejam berusaha dibuka. Dan betapa kaget nya dia kala mendapati wajah tampan Steff. Bibir Steff masih mencecap bibirnya berusaha menerobos rongga mulutnya. Dara yang terlampau terkejut karena Steff menggigit bibir bawahnya, membuka mulutnya. Lidah Steff segera merangsek masuk menelusuri seluruh rongga mulut Dara. Hingga Dara kehabisan nafas, tangan nya berusaha mendorong tubuh Staff yang entah sejak kapan sudah menindih tubuhnya. Sudah dapat dipastikan jika usaha Dara sia - sia karena tubuh Steff yang terlampau besar. Dara kembali berusaha kini mulai memukuli punggung Steff. Dia sudah sangat kehabisan pasukan oksigen. Dan usahanya tak sia-sia. Steff melepaskan tautan bibirnya. Dara terengah-engah menghirup oksigen sebanyak nya. Tapi apa yang dilakukan Steff setelahnya membuat tubuh Dara menegang. Steff masih terus melanjutkan misinya mencium leher jenjang Dara. Bahkan tak hanya mencium tapi gigitan kecil serta hisapan yang dilakukan pria itu mampu membuat Dara melenguh. Tangan Steff tak tinggal diam sudah merayap di balik kaos yang Dara kenakan dan dengan nakal nya meremas d**a milik Dara. Dara meronta berusaha menghentikan apa yang Steff lakukan tapi laki-laki itu sepertinya sudah dikuasai oleh gairah. Bahkan sekarang kaos yang dipakai Dara sudah tersingkap melewati dadanya. Dengan sigap kaos itupun telah meluncur bebas melewati kepalanya dan terlempar begitu saja jatuh teronggok di bawah sofa. Dengan rakus nya mulut Steffanus sudah mencecap d**a Dara yang menyembul dari balik bra yang dia kenakan. " Argh ... tolong hentikan.... " mulut Dara tak berhenti meracau. Bukan Steff namanya jika dia menyerah begitu saja dengan perlawanan Dara. Kedua tangan Dara telah dia kunci di atas kepala gadis itu. Dengan tangan kiri nya yang menahan kedua tangan Dara sementara tangan kanan nya tak berhenti meremas d**a Dara. Mulutnya pun kompak bekerja sama membombardir kulit mulus Dara dengan ciuman dan hisapan. Steff yang makin menggila dengan gairah yang sudah mencapai puncaknya tak dapat menghentikan tangan nya yang kini sudah menarik keatas bra yang dipakai Dara. Terpampanglah dua benda kenyal milik istrinya itu dengan ujung d**a yang tegak menantang jiwa kelelakian nya. Tanpa pikir panjang Steff sudah menjulurkan lidah nya menjilat dan menghisap d**a istrinya membuat tubuh Dara menegang dan mulutnya mendesah pelan . Semua racauan Dara tak ia hiraukan. Kenikmatan tubuh Dara tak bisa ia abaikan begitu saja. Tubuh Dara yang mendapat serangan bertubi-tubi dari Steff pada akhirnya mencapai k*****s juga. Bahkan mulut Dara tak mampu lagi bersuara. Tubuhnya tak sinkron dengan hatinya. Dalam hati Dara berteriak, mengumpat akan semua yang dilakukan Steff padanya. Tapi tubuhnya berbanding terbalik justru menikmati semua sentuhan, serta hangat nya sapuan lidah Steff yang menelusuri kulit telanjang nya. Dara tak mampu lagi bertahan saat sesuatu dalam tubuhnya serasa ingin meledak, merangsek keluar. Sesuatu yang hangat dan basah membanjiri area sensitif nya. Tubuh Dara lemas serasa tak bertenaga. Matanya terpejam dengan nafas tak beraturan. Bahkan saat dia merasakan tubuhnya melayang dan punggungnya menyentuh sesuatu yang sangat lembut, mulutnya tak mampu bersuara meski hanya sebuah pertanyaan. Matanya pun enggan untuk dibuka. Dan Dara hanya bisa pasrah pada apa yang Steff lakukan padanya. Dan semua terjadi begitu saja. Dara hanya pasrah menyerahkan dirinya pada lelaki yang bergelar suaminya. Lelaki yang menikahinya tanpa cinta. Dan lelaki yang menikmati tubuhnya hanya karena nafsu semata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD