Aku menatap Kak Dean yang sedang memberikan segelas air putih. Dia tersenyum begitu aku menerima uluran tangannya. Benar, aku butuh minum.
“Kamu sangat ketakutan hingga menangis seperti tadi. Tidak masalah, itu adalah hal yang wajar” Kak Dean menepuk kepalaku sekilas tepat setelah aku selesai menghabiskan segelas air putih.
Aku menghela napas. Seperti yang sudah kukatakan, ini bukan lagi Keana yang dulu. Aku mengubah rencanaku dengan sangat cepat karena perlakuan mereka yang sudah melewati batas. Tidak, aku tidak akan tinggal diam mulai dari sekarang. Aku tidak ingin mendapat teror seperti kemarin, sungguh aku tidak sanggup jika harus menjalani untuk yang kedua kalinya.
“Apa ada yang ingin kamu tanyakan? Kamu terlihat seperti orang yang kebingungan, Keana” Kata Kak Dean sambil kembali
