Bertanya tentang dirinya sendiri

1230 Words
Saat semua sudah berkumpul. Sosial Yinwa masih saja terdiam. Bahkan dia tidak tahu apa yang biasa diperbuat oleh sang raja saat pertemuan. Dirinya juga belum bisa menyesuaikan dengan tubuh Yinwa. Kedua tangannya mencengkeram pegangan terbuat dari kayu dengan ukiran tipis di singgah sana miliknya. Kedua matanya masih berkeliling menatap sekitarnya. " Yang Mulia, apa saya boleh berbicara?" tanya salah satu perdana menteri. "Iya.. Silahkan anda berbicara. Apa yang anda ingin bicarakan?" tanya Yinwa mencoba bersikap lebih berwibawa. "Soal perang, kita tidak bisa membunuh semuanya. Apa, anda tidak takut jika mereka akan kembali." "Apa anda sangat khawatir dengan semuanya? Selagi kita bisa berdamai, jangan pernah sampai perang atau pertumpahan darah terjadi?" "Damai?" Semua mata tertuju padanya. tidak hanya para anggota kerajaan. Para pejabat kerajaan. Dan beberapa orang penting menatap bingung ke arahnya. Sang ratu, dia terlihat begitu khawatir dengan apa yang dikatakan anaknya. "Yinwa... Apa yang kamu lakukan?" tanya Sang ratu. "Ibu tidak perlu khawatir. Apa yang aku katakan sudah benar." Yinwa menatap ke arah permaisuri. "Anda boleh mengajukan pertanyaan jika ingin bertanya?" Sang permaisuri hanya menatap bingung. Dia menghembuskan napas beratnya berkali-kali. Bingung dengan apa yang harus dikatakan. Sifat Yinwa membuat dia sangat khawatir. Sang permaisuri hanya khawatir, Yinwa sekarang sudah mulai bertentangan dengan pikirannya. "Kenapa anda diam? Jika memang sudah tidak ada yang perlu ditanyakan. Saya akan bilang sesuatu pada kalian." Yinwa kembali menatap lurus ke depan. Sekilas dia melihat sosok bayangan hitam yang melintas di depannya. Tepat di belakang beberapa pejabat negara. Apa yang akan dia lakukan? Kenapa dia tiba-tiba datang? Apa dia mau buat rusuh? Awas saja sampai dia tiba-tiba datang. Aku telan kamu. "Mulia hati ini, aku akan melihat semua yang ada di istana. Memeriksa semua keuangan. Dan, beberapa kementerian. Memeriksa semua tugas kalian. Dari kementrian hukum, militer, bendahara, pekerjaan umum, dan semua yang berhubungan dengan kementrian aparatur. Aku ingin melihat seberapa bagus tugas kalian." Mendengar Kata itu, semua terdiam. Tubuh mereka terlihat mulai gemetar. Dengan mata saling memandang satu sama lain. Seakan banyak sekali hal yang mereka tutupi. Tidak hanya para kementrian yang takut. Sang permaisuri atau ibu dari Yinwa juga merasa sangat takut dan kesal. Apalagi sampai dia tahu semuanya. Rencananya bisa berubah dan gagal. "Tidak hanya itu, aku juga akan memeriksa semua tugas kepala dewan, dan menteri agung. Jadi kalian juga bersiaplah dimension kalian masing-masing. Dan tunggu kedatanganku." "Dan para kasem. Aku juga akan melihat apa kalian juga melakukan p********n yang kejam." Antara heran dan takut akan membuat masalah untuk Yinwa. Semua hanya diam, dan mencoba untuk tetap tenang. Sementara para pangeran hanya bisa diam. Karena memang mereka tidak pernah buat masalah. Yang ada dalam pikiran para pangeran hanyalah membunuh, bagaimana caranya bisa membunuh Yinwa. Lalu menggelar pesta mewah tujuh hari tujuh malam. Pandangan Yinwa tertuju pada sosok yang kini dekat dengannya. Manwa, dia berjalan membawa satu mangkok besar yang berisikan air dan terbuat dari tanah liat. Sang raja yang tidak pernah tahu apa kegunaannya. Dia hanya menatap Man Wa bingung. Man Wa meletakkan air itu tepat di atas meja kayu. Dia berdiri tegap menatap ke arah semuanya. "Jika kalian tidak keberatan. Berhentilah, dengan nama kalian." Man Wa memulai menusuk ujung jari telunjuknya dengan jarum kecil. Memasukan darahnya ke dalam air tepat di atas wadah. "Aku berjanji, jika siap menerima hukuman saat bersalah. Ini berlaku untuk siapapun." Yinwa yang sekarang mulai paham. Dia tersenyum samar. Dia bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati Man Wa. Dia meraih jatuh dan menusuk ujung telunjuk tangannya. Meneteskan darahnya ke dalam air. Semua mata terheran-heran dengan sang raja. Dia bahkan berani melakukan itu. Semua yang masih ragu, perlahan satu persatu mulai mengikuti apa yang Man Wa dan Yinwa lakukan. Meski sedikit takut. "Jika kalian memang jujur, lakukanlah. Jika tidak, ada hadiah kecil yang akan aku berikan pada kalian." Yinwa kembali duduk di singgasana miliknya. Sang ratu dan permaisuri sudah melakukan hal yang sama. Dia segera beranjak pergi. **** "Kenapa semuanya jadi seperti ini, jika dia tahu aku berbohong padanya. Apa dia jadi menghukumku?" sang ratu mencoba menenangkan pikirannya. Dia berjalan cepat keluar dari ruangan sang raja. Dan, menuju ke paviliun Miliknya. Langkahnya terhenti saat melihat selir Dia berjalan melewati dirinya. "Bukanya itu selir Dia? Apa jangan-jangan dia yang memulai semuanya? Dia yang membuat Yinwa jadi berubah? Dan semalam Dia juga bersama dengan sang raja. Aku akan pastikan, sekarang." ucap pelan sang ratu. Para dayang berdiri di belakangnya. Dan kepala dayang sang ratu mencoba berjalan mendekatinya. "Sepertinya Ratu harus lebih hati-hati dengannya. Dia bisa mempengaruhi sang raja." "Iya.. Sekarang apa yang harus kita lakukan, aku tidak mau jika dia bisa menjadi ratu nantinya menggantikan aku." "Tidak akan bisa. Biar saya yang selesaikan masalah ini." kata ketua dayang. Melirik tajam ke arah kemana Xia pergi. "Dia tidak punya sopan satu. Berjalan di sampingku. Tapi tidak menatapku sama sekali. Bahkan dia tidak menoleh ke arahku. Perlu beri pelajaran dia. Seret dia, dan bawa ke Paviliun milikku. Aku akan memberikan dia kenikmatan hidup sebagai selir." Saat sang selir pergi. Sang raja masih berbicara banyak hal. Tentang kepemimpinannya. Semua akan berubah total. Dan tidak lagi bisa bergerak leluasa dan semena-mena pada beberapa orang. Apalagi masyarakat yang terus tertindas. Yinwa pernah mendengar dari beberapa orang saat dia baru tersadar dari bangunnya. Mereka membicarakan hal jelek tentang pajak. Dan itu membuat bau Yu sangat geram. Hampir berjam-jam berada di sebuah ruangan singgasana sang raja. Semua kembali dengan penuh kekecewaan. Para pangeran masih terlihat heran. Sementara Sang raja Dia mulai kembali ke ruangan sang raja. Memeriksa beberapa surat, dan buku kementrian nantinya. Ada banyak yang belum dia lihat saat dia baru sampai di negeri yang membuat Bai Yu merasa pusing. Apalagi banyak sekali yang tidak suka dengannya. Dari tatapan wajah mereka. Bau Yu paham siapa yang merasa tidak suka dengannya. Tetapi dia hanya diam, mencoba menyelidiki lebih lanjut. Kenapa mereka bisa tidak suka dengannya. "Man Wa. Apa kamu tahu, kenapa semua mata mereka seakan tidak suka denganku?" tanya Yinwa, jemari tangannya memegang sebuah kuas untuk menulis pesan di sebuah papan kayu bambu yang tersusun rapi. "Maaf, yang mulia! Jika saya boleh berbicara." "Duduklah! Kita bisa bicara sambil minum teh. Menikmati pemandangan di luar paviliun." "Baik," Man Wa. Mempersilahkan Yinwa untuk berjalan lebih dulu keluar dari ruangan. Dia berjalan menuju gazebo yang terbuat dari kayu beberapa pelayan menyiapkan kue dan teh hangat di atas meja kecil. "Apa sifat aku dulu begitu mengerikan. sampai semua orang terlihat tidak suka." "Bagi saya anda tidak mengerikan yang mulia. Saya hanya melihat anda terlalu arogan. Semua orang anda paksa tunduk dengan anda. Bahkan menggunakan semua kekuatan yang anda miliki untuk mengancam para penduduk dan para pangeran bahkan takut dengan anda. Satu lagi pejabat negara juga sudah lama merencanakan untuk membunuh anda. Mereka sekarang sudah terbebas dari hukuman karena anda hilang ingatan." Yinwa meletakkan tangan kirinya di atas meja. Mendekatkan tubuhnya sedikit condong ke depan. "Kesalahan apa yang aku perbuat?" Man Wa tertunduk. Seakan sangat berat juga untuk mengucapkan semuanya. "Kenapa kamu diam?" tanya Yinwa. "Maaf sebelumnya, yang mulia jangan marah dengan saya." Yinwa menundukkan kepalanya. "Baiklah! Baik.. Anggap saja aku sebagai teman kamu. Jangan terlalu menunduk seperti itu." "Sebenarnya anda hampir membunuh mereka. Hanya karena mereka tidak tunduk dengan anda. Berbeda pendapat, dan anda juga merampok anak perempuan mereka untuk dijadikan selir. Dan budak." "Siapa anak mereka? Apa aku bisa menemi mereka?" Yinwa memutar matanya. Menghela napasnya sejenak. Kenapa dulu tubuh ini sangat kejam. Dia benar-benar sudah kelewatan batas. Kenapa wanita dijadikan selir dan b***k sesukanya. Apa dia memang tidak punya hati?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD