Pov Ratu
"Maaf Ratu, Dia menolak untuk datang." Salah satu pelayan berlutut di depannya.
Braakk!
"Sialan? Kenapa dia tidak mau datang? Apa memang dia sengaja ingin membuat aku marah?" suara keras sang ratu membuat para dayang bergidik takut.
"Maaf, Ratu. Apa perlu saya yang akan menyeret dia kesini?" tanya salah satu dayang lainya.
"Iya.. Seret dia kesini. Jangan pernah beri ampun dia. Aku tidak bisa lagi baik pada orang yang berani menentangku." Xi Fai berjalan dengan langkah ringan. Menatap ke sekelilingnya. Dia keluar dari paviliun tempat tinggalnya. Menuju ke taman depan rumah yang didesain sangat indah Sebuah teman dengan pandangan sangat unik. Di Sebuah lorong memanjang. Di bawah nya ada aliran sungai kecil. Dan beberapa pepohonan. Sampai dia melangkah menuju ke ujung lorong. Tepat berhenti di sebuah sungai dengan bunga teratai yang indah di bawahnya.
Semua pelayan berlari mengikutinya. Salah satu dari mereka segera pergi untuk menyeret Xia untuk datang. Hanya butuh lima menit. Dia sudah diseret beberapa prajurit untuk masuk ke kamarnya. Salah satu pelayan menarik tangannya menuju ke tempat ratu. Melemparinya hingga terjatuh.
"Pergilah!" pinta sang ratu pada para pelayannya. Dia tersenyum licik,mengibarkan baju panjangnya ke belakang. Dan duduk jongkok meraih rahang Xia.
"Kamu berani melawanku?" tanya Xi Fai.
"Aku tidak pernah melawan kamu. Aku hanyalah selir. Jadi tidak mungkin aku berani melawan kamu."
"Terus, kenapa tadi aku memanggil kamu tapi kamu menolaknya?" Di Dia Emosi dengan sifat Dia. Dia merasa ada yang aneh padanya. Tidak hanya bisa tidur dengan sang raja. Dia bahkan terlihat mulai mengambil hati sang raja. Hal itu yang membuat Xi Fai merasa sangat kesal dengannya.
"Maaf, saya hanya menjalankan perintah raja."
"Apa nanti raja akan meminta kamu datang ke kamarnya lagi."
"Iya.. Dia meminta aku menggantikan anda untuk berbaring bersamanya." ucap Xia. Sembari tersenyum licik padanya. Sementara Sang ratu semakin mempererat cengkramannya di rahang Xia. Dia hampir saja membunuhnya. Wanita itu benar-benar sangat frustasi kami ini. Dia bahkan hampir saja membunuh Xia. Tanpa penculikan wanita depannya merintih sakit. Kedua tangan memegang lengannya.
"Jika memang anda mau marah. Bilang pada raja. Karena aku tidak tahu apapun."
Xi Fai melemparkan rahangnya ke segala Arah.
"Ingat.. Jangan Datang lagi ke kamar raja. Jika aku melihat kamu datang. Aku tidak akan segan-segan membunuhku. Atau bahkan, ku bisa berbuat lebih." ucap Xi Dia. Tersenyum tak kalah licik darinya. Dia tahu di otak wanita itu menginginkan gelarnya. Dari balik wajah sok lolosnya. Terlihat jelas kelakuan dia sebenarnya.
"Baik, kita lihat saja nanti."
Xia bangkit dari duduknya. Dia beranjak pergi tanpa sepatah katapun. Sementara Di Dia tidak peduli lagi dia pergi atau tidak. Kali ini tangannya mengepak sangat erat. kedua matanya menatap tajam mencoba untuk tenang. Tapi, dia tidak bisa tinggal diam.
"Dayang.. Antar aku pergi ke paviliun jika."
"Yang mulia.. Apa anda ingin bertemu pangeran kelima lagi?" dayang itu terlihat sangat khawatir.
"Iya... Tapi kali ini aku hanya ingin berbicara sesuatu padanya. Aku tidak akan dekat dengannya"
"Iya.. Saya khawatir ratu akan dapat masalah jika nanti yang mulia raja tahu."
"Tenang saja. Aku hanya berbicara bisnis. Tidak akan ada yang tahu. Atau, bahkan meskipun dia tahu. Dia tidak akan marah padaku." Xi Fai bangkit dari duduk jongkok . Xia membalikkan badannya melihat pemandangan sekitarnya. Beberapa bunga teratai yang sudah bermekaran sangat indah. Kedua tangannya Xi Fai, mencengkeram pagar yang terbuat dari kayu. Dia mencengkeramnya snagat erat. Wajahnya begitu kesal saat mengingat tentang apa yang dikatakan Dia. Dia merasa memang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh raja. Tapi, itu semua terjadi saat dia hilang ingatan.
Kenapa raja merasa aku adalah hal yang menjijikkan. Kenapa dia lebih memilih selir itu. Selama bertahun tahun akulah ratu yang berkuasa. Dia sama sekali tidak mau tidur dengan selir.
"Tidak mungkin Raja menghianati. Aku yakin jika sang raja tidak pernah melupakan aku. Dulu dia sangat jijik melihat kecantikan Dia. Dia lebih tertarik denganku. Dan, selalu bersamaku." gerutu Xi Fai. Menghembuskan napasnya kesal.
"Iya, Ratu. Yang mulia sekarang Pasti sedang merencanakan sesuatu? Atau memang dia sedang kesal dengannya."
"Setelah aku dari paviliun Jiju. Aku akan pergi melihat sang raja. Dia pasti ingin bertemu denganku."
****
Sementara sang raja masih berbicara dengan Man Wa. Di membicarakan hal Tentang masa lalunya. Apa yang dia perbuat. Sampai dirinya sendiri merasa kesal. Gimana bisa seorang raja mempunyai hati yang kejam. Menghukum orang yang salah. Merasa kasihan dengan semuanya. Bai Yu. Kini mulai mantap untuk mengambil alih semuanya. Dia memutuskan dengan hatinya sendiri. Dia meminta bantuan Manda untuk bertemu para korban kekejaman sang raja. Apapun yang dihadapinya nanti dia terima. Banyak dari penduduk, pejabat, dan para pedangan. Yang pernah jadi korban kekejaman sang raja. Dia memotong kedua salah satu tangan. Ada yang memotong jari.
"Sekarang, kita pergi." ucap Yinwa.
"Sekarang? Apa raja yakin? Di luar sangat berbahaya bagi keselamatan raja."
"Saya tidak peduli. kira keluar dengan pakaian biasa jangan sampai ada yang tahu jika aku keluar dan bertemu para penduduk langsung. Aku hanya ingin melihat keadaan di sekitar. Bagaimana mereka diperlakukan di kerajaan ini." kata-kata sang raja membungkam bibir Man Wa. Dia hanya bis asia, mengerutkan keningnya bingung. Perilaku dan sifat raja yang berubah seratus persen. Bahkan, dia juga punya hati yang baik. Jauh dari hati raja yang dulu.
"Akhirnya.. Yang mulia bisa merubah sifat itu. Saya merasa kasihan dengan orang-orang yang jadi korban. Tapi dulu saya tidak berani berbicara banyak dengan anda. Saya takut jika anda akan marah dengan saya.
"Sekarang aku tidak akan marah. Kamu jujur saja padaku." ucap Yinwa. Dia bangkit dari duduknya. Dan segera melangkah beberapa langkah ke depan.
"Kita pergi sekarang."
"Baik, yang mulia."
Sang raja segera bersiap dengan pakaian kasim biasa. Dia mencoba untuk keluar dari kediaman sang raja. Mereka berhasil menyelinap keluar, berjalan keluar dari kerajaan yang terlihat sangat mewah dari luar. Sesampainya di luar. Yinwa terdiam sejenak. Dia menoleh ke belakang. Melihat merahnya kerajaan yang sekarang ditempati.
"Kerajaan yang megah. Dayang jika sang pemimpinnya harus berbuat keji. Jika kerajaan ini selalu berbuat baik. Maka kerajaan ini akan terus hidup makmur."
Man wa yang mendengar ucapan raja hanya tertunduk. Dengan tangan kanan memegang dadànya. Dia sedang memberi hormat pada perkataan sang raja.
***
Setelah menelusuri pasar. Pandangan matanya tertuju pada benda-bernada yang terlihat sangat unik. Hingga dia melihat sosok penjahat yang kini sedang mengobrak-abrik pasar. Dia ingin sekali membantunya. Tetapi, Bai yu tidak bisa menggunakan senjata. Bahkan dia tidak bisa melupakan yang dimiliki Yinwa sebelumnya.
Bai Yu mengepalkan tangannya. Dia tidak bisa melihat kekejaman Di depannya. Wajahnya memerah, ingin sekali memukul orang di depannya. Baru saja dia melangkah, Man Wa menghalanginya dengan pedang yang ada di tangan kirinya.
"Raja jangan gegabah. Biarkan aku yang akan menghalangi mereka. Lebih baik anda diam saja disini." ucap Man Wa. Dia berlari menghabiskan perangnya. Dengan kecepatan yang tidak bisa ditandingi orang biasa. Orang itu tepat mengarah pada leher seorang perampok di pasar itu.
"Apa yang kalian lakukan pada wanita ini?" tanya Man Wa.
"Siapa kamu? Beraninya kamu menghalangiku?"
"Siapa yang meminta kamu untuk merampok di pasar." Man Wa meraih tangan wanita di belakangnya. Mencengkram lengannya.
"Raja yang meminta saya untuk merampok semuanya?"
"Raja?" Man Wa menoleh ke arah sang raja.
"Tidak mungkin jika dia yang memintaku. Lagian, raja tidak mengenal kamu sama sekali."
"Hahahaha.. " tawa menggema dari para perompak itu.
"Kamu siapa? Tidak ada yang tahu kejalan raja seperti apa. Atau kamu orang baru disini?"
"Jangan mencoba Mengalihkan pembicaraan. Apa raja langsung yang meminta untuk merampok? Atau, orang lain? Dan kapan dia meminta kamu melakukan ini."
"Mereka Melakukannya sudah lama. Hampir bertahun-tahun. Dia terus meminta hasil jualan di sini. Semua penduduk merasa takut dengannya. Karena raja yang meminta, malah mereka memberikan seperempat hasil jual pada mereka."
"Mereka juga mengancam para pedagang akan membunuh, atau memotong tangan kita jika kita tidak menurut." wanita di belakang punggung Man Wa itu mulai mengeluarkan suaranya. Meski dengan sekujur tubuhnya gemetar. Dia melihat jelas wajah ketakutan darinya.
Man Wa terdiam. Dia heran kenapa mereka bisa melakukan hal itu. Dan, ini bukan keputusan raja. Raja memang kejam dia tidak suka merampok hasil pasar. Dia kejam pada orang yang berani menyentuhnya. Dan, ini terlihat keterlaluan. Sepertinya ada orang lain yang memanfaatkan kekejaman raja untuk menjarah pasar.
"Kalian cepat pergi dari sini. Atau aku akan membunuh kalian disini?" ancam Man Wa. Semakin menarik ke depan perangnya hingga menyentuh kulit lehernya.
"Turunkan pedangmu kisana. Aku akan pergi dari sini. Tetapi, lihat saja. Aku akan membalasmu. Akan aku ingat wajahmu."
Man Wa perlahan menurunkan perangnya. Perompak itu tersenyum licik dan segera pergi meninggalkan Man Wa dan wanita itu. Mereka masih saja tertawa terbahak. Tanpa merasakan penyesalan sama sekali.