datang lagi

1047 Words
Saat semua berkumpul di ruangan tempat singgasana sang raja. Ratu dan Permaisuri duduk berdampingan. Semua anggota kementrian kerajaan, penasehat agung, para kementrian kerajaan. Dewan kerajaan. dan khan agung berkumpul. Kecuali selir kerajaan tidak pernah di ijinkan oleh sang ratu untuk mengikuti setiap pertemuan. Tak lupa juga para pangeran kerajaan. Beberapa orang patung datang menghadiri pertemuan itu. Sementara Yinwa masih berada di kamarnya. Dia merasa bingung dengan apa yang harus dikatakannya nanti. Dan pertemuan ini sangat mendadak. "Sialan... Aku bingung! Bingung. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Nah Yu terlihat sangat panik. Dia berjalan mondar-mandir. Dengan pakaian lengkap sang raja, jubah terbuat dari kain sutra. Dan, mahkota raja yang di banggakan semuanya. Tapi, bagi Nah Yu. Meski menggunakan tubuh Yinwa. Dia merasa Tos ka bisa leluasa lagi di kerajaan. menjadi raja menyusahkan dirinya. Wusss.... Suasana yang semua terlihat sangat cerah dari dalam kamarnya. Terasa mulai gelap, angin yang tidak tahu dari mana datangnya tiba-tiba muncul menghembuskan tubuhnya. Rasa dingin dan aura mencengkam mulai terasa. Asap gelap mulai menutupi semua ruangannya. Hanya Tubuh Bai Yu tiba-tiba berubah sendiri menjadi dirinya. Seakan semua telah kembali seperti semula. Gumpalan asap hitam itu semakin mengeraskan dirinya. Melingkar memutar tubuhnya. Seolah langit menjadi gelap. Barang-barang berserakan menimbulkan suara keras. "Hahahahaha..." suara tawa yang sangat khas. Seorang penjaga kegelapan yang sangat menakutkan. "Aku ingat asap hitam ini, iblis itu?" Yinwa menoleh, di Melihat sekelilingnya. Terlihat jelas dirinya di kaca. Saat tubuhnya kembali lagi. Bukan tubuh Yinwa yang dia pakai. Melainkan tubuhnya sendiri. "Apa yang kamu inginkan?" teriak Bai Yu. "Kamu sudah sampai disini. Lakukan apa yang jadi tugasku. Pimpin kerajaan ini. Jangan biarkan mereka menguasainya. seseorang yang harus akan kekuasaan. Lihat siapa yang memulai dari semuanya." "Maksud kamu apa?" "Pikir baik-baik, siapa yang jadi racun sebelumnya. Dan, banyak sekali orang bermuka dua di belakang kamu." "Apapun yang kamu hadapi. Jalani! Karena jika kamu gagal. Kamu tidak akan pernah bisa kembali ke duniamu lagi." "Tapi, aku tidak bisa menjadi pemimpin. Aku tidak bisa perang. Bahkan aku sama selai tidak bisa memegang senjata." "Pergilah dari sini. Dan, biarkan mereka berkuasa. Sekarang kamu temui guru mo. Dia akan mengajarkan kamu bagaimana kamu bisa mendapatkan kekuatan Yinwa." "Apa akun yang manusia biasa bisa mendapatkan kekuatan itu?" tanya Bai Yu. "Bisa. Tapi, atur kepergian kamu sebaik mungkin. Bahwa beberapa orang untuk bersama kamu. Jangan ada yang boleh tahu kemana kamu pergi. Jika tidak, mereka semua pasti akan membunuh guru Mo "Baiklah! Tapi, sekarang aku masih ada pertemuan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan." "Diam saja. Dan nikmati pertemuan itu." suara itu semakin tipis, dan terdengar sangat pelan. Kabut asap hitam yang semula sangat tebal perlahan mulai hilang menipis dan menipis. "Eh... Bentar.. Kenapa kamu tidak memberikan solusi?" Teriak Bai Yu. Tetapi perlahan kabur itu sudah hilang tanpa sisa. Suasana kamar kembali normal. Semilir angin melintas sejenak di area tubuhnya. "Makhluk aneh itu sudah hilang?" Bai Yu mengangkat kedua tangannya. Dia seketika membalikkan badanya menatap ke arah cermin. Wajahnya sudah kembali normal menjadi sosok Yinwa. "Permisi yang mulia. Semua orang sudah menunggu di singgasana anda." suara prajurit berlutut di depan pintu kamarnya. "Baiklah! Aku akan keluar." Bai Yu terdiam sejenak. Dia memikirkan cara bagaimana jika dia pergi. Tapi, apa boleh aku pergi dengan selir Xia. Tapi, dia tidak bilang itu boleh tidak. Dia hanya bilang jika aku harus membawa beberapa orang untuk melindungi. Bai Yu masih melamun memikirkan cara apa yang harus dia lakukan. Dia terus melamun memikirkan omongan laki-laki itu. Tetapi dia masih belum paham. Sementara di istana saja. Semua masih belum diurus. Banyak hal yang masih janggal baginya. Bai Yu keluar dari kamarnya. Langkahnya terhenti saat masih melihat sosok prajurit di depan matanya. "Kemarilah!" pinta Yinwa. Kali ini dia sepenuhnya menggunakan tubuh Yinwa. "Iya," prajurit itu melangkah mendekat Yinwa menarik pundak prajurit itu. Dan berbisik pelan padanya. "Siapa yang memulai pertemuan ini?" tanya Yinwa. "Yang mulia permaisuri." jawab prajurit itu gemetar. "Tidak usah takut,sekarang pergilah!" "Baik!" **** Yang Mulia Yinwa terlalu tiba." suara itu begitu menggema seluruh penjuru ruangan. Semua terdiam saat Yinwa berjalan menuju singgasana miliknya. Dengan tubuh gemetar, Yinwa mencoba Menatap sekelilingnya. Banyak orang asing yang tidak diketahui olehnya. Hanya beberapa orang yang sekarang sedang mencari masalah dengannya. Yinwa kembali menatap kedepan. Kedua matanya berbinar menatap kagum singgahsana yang terlihat sangat indah di depannya. Singgasana raja terbuat dari emas dan di depannya dialasi karpet coklat keemasan nan empuk. Pandangan matanya menyorot ke arah lorong menuju sebuah ruangan yang asing baginya. "Apa itu?" tanya Yinwa pada pengawas pribadinya. "Itu tempat belajar Raja saat kecil" jawabnya Yinwa hanya menganggukan kepalanya kecil. Dia menatap penuh kagum lagi tempat belajar raja saat kecil pun ukurannya terbilang besar, mungkin sekitar dua kali lapangan futsal yang pernah diketahui di jaman modern saat ini. Dan tentu saja lengkap dengan singgasana kecil dan karpet empuk di dalamnya. Yinwa kembali menatap ke arah sisi kanan. Sebuah lorong yang menuju ke ruangan istana yang begitu megah. Ada sebuah ruangan memanjang dan sangat luas. "Kalau sebelah kanan itu apa?" "Ruangan yang diluruskan untuk sebuah acara atau pesta." "Apa anda lupa semuanya?" tanya pengawal di sampingnya. "Aku tidak begitu mengingatnya." ucap sang raja. Lalu duduk di singgahsana yang terasa nyaman baginya. Baru pertama kali bagi Bai Yu duduk di tempat yang begitu nyaman. Tetapi itu bukan singgasananya. "Yang mulia.. Hasil perang kemarin semua berjalan dengan sangat lancar." "Baik, pastikan semuanya tidak ada yang terluka." "Baik, yang mulia." Yinwa melirik ke arah para pangeran. Mata itu tertuju pada pangeran kelima Achile Yu. Banyak luka di tubuhnya. Meskipun hanya luka goresan pedang dan tidak terlalu dalam. Sementara semua pangeran menatap ke arah Yinwa. Mereka was-was jika Yinwa jadi menghukum pangeran ke lima. "Apa yang kamu lakukan disini? Lebih baik kita pergi." ucap Chen, pangeran ketiga. "Aku ingin tahu, seberapa besar nya minta menghukumku. Apa dia sanggup kehilangan kekuatan militernya?" "Benar katamu, jika di menghukum kami. Maka kekuatan dewa militer kita akan melemah. Dan pertahanan kita semakin lemah." kata Addre Yu. "Apa yang kalian katakan? Sekarang Yinwa sudah berubah. Si Yang gila perang jadi raja yang suka bermain licik. Dia sama sekali tidak mau menyerang lawan." Chen menatap ke arah Achile Yu dan Bai yu. "Kalian belum tahu senangnya dia. Saat kalian sudah payah perang. Lihatlah dia, tanpa ternoda darah sama sekali." lanjutnya. Abigay menoleh saat mendengar pembicaraan mereka di belakangnya. "Apa yang kamu kalian katakan. Lebih baik diamlah!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD