Suasana jembatan Banpo masih sama seperti dulu saat perempuan itu pertama kali ke sini. Masih ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang menunggu pertunjukkan Moonlight Rainbow Fountain yang biasa diadakan saat malam hari sekitar pukul 8.
Matanya berbinar setelah melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan kanannya. Setengah jam lagi pertunjukkan tersebut akan dimulai, namun tidak ada tanda-tanda Han akan menemuinya.
"Halo, kau dimana? Aku sudah sampai di jembatan Banpo," ujar Ae Ri yang masih menatap sungai Han sambil sesekali melihat sekelilingnya.
"Aku akan segera ke sana, tunggu saja dan jangan ke mana-mana," kata Han kemudian menutup percakapan diantara mereka. Sepertinya Han memang senang sekali menutup percakapan ditelepon tanpa izin. Ae Ri menghela napasnya pelan seraya memasukkan ponselnya ke tas kecil yang ia bawa.
Matanya menatap sungai Han dengan tatapan sedih, bagaimana tidak? Saat ini orang tua satu-satunya ingin menikah dengan musuh ayahnya yang membuat dirinya menjadi seorang perempuan bayaran. Ia juga harus bekerja sama dengan Han mantan sahabatnya itu.
"Astaga rasanya ingin sekali menjadi ikan-ikan di sungai Han agar aku tidak lagi memikirkan permasalahan ini," ucap Ae Ri sambil mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya.
"Kamu harus tetap menjadi manusia agar aku bisa menebus kesalahanku padamu," kata Han sambil berjalan mendekati gadis cantik berambut panjang tersebut.
Ae Ri cepat-cepat menghapus air matanya kemudian melihat Han dengan sedikit gugup, ia tidak boleh terlihat lemah oleh musuhnya. Bagaimana pun Han sudah resmi menjadi musuhnya semenjak laki-laki itu memutuskan untuk menghianatinya.
"Menangislah, aku tahu bahwa ini semua sangat berat untuk kamu. Bukan cuma kamu, namun aku juga merasakannya, merasakan tidak enaknya menjadi seorang penghianat yang akhirnya menyusahkan sahabatku sendiri." Han mengatakan itu dengan mata berkaca-kaca setelah bertahun-tahun lamanya, ia kini mempunyai satu keberanian untuk menemui Ae ri.
Ae ri melihat Han dengan wajah sedih, keadaan sering kali memaksakan mereka untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak mereka inginkan.
"Cepat katakan apa yang ingin kau bicarakan di sini? Aku ada urusan lain," ucap Ae ri dengan tatapan yang sepenuhnya hanya melihat Han seorang, ata itu begitu fokus hingga membuat Han salah tingkah.
"Orang tua kita akan menikah, kita harus membatalkan itu," kata Han dengan wajah serius menatap Ae ri yang berada di hadapannya.
Ae ri langsung tertawa melihat wajah Han yang ia anggap sedikit lucu, begitu pun dengan ucapannya yang tampak seperti orang ketakutan. Dengan jarak yang semakin menipis diantara mereka Ae Ri menatap Han dalam-dalam.
"Apakah kamu takut ibuku berperan seperti saat dirimu berperan menjadi orang jahat di tengah-tengah perusahaan ibuku? Apakah kamu takut ayahmu akan jatuh bangkrut setelah menikah dengan ibuku?" tanya Ae Ri dengan wajah sinis.
Han memutar matanya kemudian menghela napasnya pelan, ia tidak bisa mengelak bahwa dirinya takut bahwa Kyung Mi akan membalas dendam pada keluarganya. Namun dibalik itu semua ada sebuah alasan mengapa mereka harus bekerja sama untuk menghancurkan rencana itu.
"Bukan itu alasannya!"
"Lalu? Sebenarnya aku tidak peduli juga apa alasan dan rencanamu ke depannya. Aku tidak ada hubungannya dengan ini semua, sudah cukup aku menderita karena keluargamu. Tolong untuk kali ini jangan menyeretku lagi."
Setelah mengatakan itu Ae ri langsung pergi dari hadapan Han tepat saat pertunjukkan air mancur Moonlight Rainbow Fountain yang benar-benar sangat indah dimulai. Ae Ri berjalan cepat sambil mengepalkan tangannya erat-erat menahan emosi yang meluap-luap dihatinya.
Sedangkan Han yang melihat kepergian Ae ri tidak mengejarnya karena ia tahu untuk menyembuhkan luka lama yang sangat menyakitkan butuh waktu yang tidak sebentar bahkan mungkin memang luka itu tidak akan pernah sembuh walaupun sudah termakan waktu.
"Maafkan aku," ucap Han sambil melihat kepergian Ae ri dari kejauhan. Rasanya ia seperti ikut hancur bersama Ae ri, andai saja dulu ia menolak mengikuti keinginan ayahnya mungkin sekarang masalahnya bukan pada Ae ri. Gadis itu masih menjadi sahabatnya sampai sekarang.
Namun, bagaimana pun Han berandai tetap saja ia tidak bisa mengubah kenyataan bahwa ia adalah seorang pecundang yang membuat satu keluarga hancur dan Ae ri menjadi menderita.
Tin!
Suara klakson membuat Ae ri menghentikan langkahnnya melihat ke arah sumber suara yang sudah beberapa kali memberi kode agar menghentikan langkahnya.
"Ae Ri? Mengapa Kau ada di sini bukan bersama Han?? Dia sudah membayarmu mahal sekali sehingga temani dia jangan sampai dia komplain ke aku!" teriak Jung Hwa dari dalam mobilnya.
"Aku bisa pastikan bahwa dia tidak aakn komplain padamu," ucap Ae ri kemudian pergi dari hadapan Jung Hwa membuat laki-laki itu terlihat bingung dengan sikap Ae ri saat ini.
Jung Hwa hanya bisa menggeleng kemudian kembali melajukan mobilnya, malam ini ia akan mengantarkan perempuan-perempuan yang siap dijajakan pada p****************g yang berada di salah satu night club kota Seoul.
Brak!
Ae ri langsung membanting pintu apartemennya kemudian menangis kejer di dalam sana sendirian. Saat ini dirinya sudah cukup sulit untuk menghidupi dirinya sendiri, namun sekarang ia harus memikirkan Han yang datang tiba-tiba dan menjadi "tamu" dalam semalam, belum lagi ibunya yang akan menikah dengan musuh keluarga mereka.
"Kau sangat menyedihkan Ae ri. Nasibmu benar-benar buruk mengenal mereka dalam hidupmu,” kata Ae Ri kemudian merebahkan dirinya yang benar-benar sangat penat dengan masalah yang ada. Usianya sudah cukup besar untuk memutuskan ikatan keluarganya, jika Kyung Mi nekat menikah dengan musuh mereka, Ae Ri tidak akan mengakui ibunya lagi.
‘Aku tidak akan mengakuimu sebagai ibuku jika kau berani menikahi pria itu!’
Namun, Ae Ri membaca itu lagi kemudian menghapus dan berakhir dengan tidak jadi mengirimkan pesan tersebut pada ibunya. Bagaimana mungkin ia akan mengatakan itu pada ibunya sendiri?
Pikiran benar-benar membuatnya lapar, sepertinya ia akan memesan makanan karena ia lupa makan saat berangkat ke jembatan Banpo. Namun, saat Ae Ri akan menelepon restoran ia melihat wallpaper ponselnya yang memperlihatkan fotonya dan Han saat masih duduk dibangku sekolah menengah pertama.
Han merupakan kakak kelas, usia mereka terpaut 2 tahun dan kebersamaan mereka sempat membuat para siswi di sekolahnya merasa jengkel karena Ae Ri yang begitu menempel dengan Han.
“Astaga! Bodohnya aku masih menyimpan foto ini, aku harus segera menghapusnya,” ucap Ae Ri, namun tangannya ragu untuk menghapus foto yang menjadi satu-satunya kenangan yang menyenangkan bersama Han.
Saat Han lulus dari sekolah menengah pertama, mereka seperti sedikit berjarak karena sekolah yang berbeda dan aktivitas Han yang sudah mulai padat. Saat itu Ae Ri selalu menunggu kedatangan pemuda itu, namun Han tak pernah kembali.