Wanita Bayaran
Sepasang kaki jenjang mulus yang beralaskan high heels memasuki kamar mewah yang baru saja "tamunya" pesan. Langkah kakinya tidak seperti seorang profesional yang terbiasa memakai high heels. Sorot mata gadis itu tampak ketakutan melihat pria berjas yang sedang memunggunginya.
"Masuklah, jangan hanya berdiri di depan pintu," ujar pria itu membalikkan tubuh tegapnya ke arah gadis tersebut.
"Hm." Gadis itu hanya menggumam kemudian melangkah sedikit ke dalam, namun tampak sangat gugup. Ini pertama kalinya ia berada satu ruangan dengan pria yang tak dikenal, terlebih ia hanya berdua saat ini.
"Siapa namamu? Kita belum kenalan?" tanya pria itu dengan senyuman yang sangat memikat hati siapa pun. Sorot matanya yang seksi terus menatap gadis itu dengan intens sambil sesekali mendekati gadis yang berada dihadapannya.
"Namaku Ae Ri," jawabnya dengan kepala yang tertunduk, ia masih belum berani menatap mata pria yang sedang berbicara padanya itu.
"Ae Ri, nama yang bagus tapi tidak sesuai dengan nasibmu, ya," ucap pria itu menyeringai. Ae Ri artinya prestasi atau beruntung, namun benar kata pria itu bahwa namanya sama sekali tidak sesuai dengan nasibnya yang sangat tidak beruntung dan tidak bisa apa-apa selain menjual dirinya seperti ini. Tidak ada pilihan lain untuk Ae Ri bertahan hidup di kota besar ini.
Ae Ri tidak menjawab perkataan pria itu, akan lebih baik jika dirinya berdiam diri dari pada harus berdebat. Langkah kaki pria itu semakin dekat dengan dirinya, Ae Ri benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dikala keadaan seperti ini.
'Kau hanya perlu menjadi seorang penggoda dihadapan pria itu, lalu lakukanlah sesuai nalurimu sebagai wanita dan selesailah pekerjaanmu malam ini'
Ae Ri berulang kali berkata seperti itu dalam batinnya, itu adalah perkataan dari sang mucikari sebelum dirinya check in di hotel ini.
Beberapa kali Ae Ri mengerjapkan matanya dengan cepat karena gugup. Kakinya juga malah membawanya mundur. Kalau seperti ini pastilah Jung Hwa marah padanya, karena pria yang dihadapannya ini telah membayar Jung Hwa mahal untuk mengambil dirinya.
"Namaku Han, apakah kau masih mengenalku?" tanya Han dengan tatapan intens. Ae Ri lagi-lagi mengerjapkan matanya mencoba mengingat nama Han yang sepertinya tidak asing ditelinga Ae Ri.
"Han?" kali ini Ae Ri mencoba menatap pria yang berada dihadapannya. Jarak mereka hanya beberapa senti membuat Ae Ri sedikit tidak nyaman. Setelah beberapa detik mengingat nama itu, Ae Ri langsung mendorong pria tersebut hingga tersungkur ke lantai, bila amarahnya sedang memuncak tenaga dari tubuh milik Ae Ri yang terlihat imut berubah menjadi sangat kuat. Buktinya sekarang Han sudah tersungkur, mata lelaki itu menatap Ae Ri dengan wajah terkejut, tentu saja ia tidak mengira jika gadis itu memiliki kekuatan yang boleh diacungi jempol.
"Hey, rupanya kamu sudah ingat, baguslah aku tidak perlu susah-susah mengingatkan lagi," ujar Han sambil mencoba berdiri dari posisi terduduknya.
Tatapan Ae Ri berubah menjadi sangat tajam, dirinya merasa menyesal menerima tamu seperti Han. Kalau saja dirinya tidak sedang membutuhkan uang, mungkin hari ini ia tidak pernah bertemu lagi dengan Han.
Han membersihkan celananya dengan gaya nya yang masih sama seperti dulu, sombong. Ae Ri menatap setiap inci tubuh Han yang sudah banyak berubah, wajahnya tidak lagi tengil seperti masa SMA. Sekarang pria itu sudah tampak dewasa dan mengesankan. Jujur saja Ae Ri memang terpesona dengan Han yang sekarang, namun mengingat siapa Han membuat dirinya harus menelan pil pahit bahwa Han adalah musuh bagi dirinya.
Ae Ri masih menatap Han dengan penuh kebencian, setelah bertahun-tahun ternyata rasa sakit itu masih ada. Memang, kejadian tahun 2015 bukanlah hal mudah untuk Ae Ri lupakan, tentu saja walaupun sudah bertahun-tahun Ae Ri masih mengingat orang yang berada di hadapannya saat ini.
"Bisakah kau berterima kasih sedikit padaku? Aku di sini ingin menyelamatimu dari penjualan gadis-gadis muda sepertimu, bahkan aku rela mmebayarmu mahal hanya untuk menyelamatimu dari laki-laki hidung belang di luar sana," ucap Han dengan rasa kesal, wajahnya terlihat sekali menahan emosi.
Ae Ri masih tidak paham jalan pikiran Han. Dulu ia adalah orang yang sangat ingin menghancurkan dirinya karena persaingan antara keluarga Han dan keluarganya yang sedang memanas saat itu.
"Tetap saja pasti kau menyelamatkanku karena sesuatu kan? Aku tahu ini tidaklah gratis, katakanlah apa yang kau inginkan saat ini biar urusan kita cepat selesai," ujar Ae Ri dengan ekspresi datar sambil mengalihkan penglihatannya ke jendela yang menampakkan pemandangan kota Seoul malam hari.
"Aku ingin kamu menikah denganku, just it," ucap Han dengan tatapannya yang seperti harimau lapar. Ae Ri yang sedari tadi sedang melihat pemandangan kota Seoul dari jendela pun beralih menatap Han engan tatapan tak percaya, ia benar-benar tidak menyangka Han akan berkata seperti itu.
Buk!
Satu tendangan mendarat dengan mulus di kaki Han yang langsung mengaduh kesakitan di hadapan Ae Ri.
"Hey, gadis gila! Apa kau tidak pernah bisa mengucapkan terima kasih sedikit saja pada seseorang yang berniat membantumu?" tanya Han sambil memegangi kaki kanannya yang kesakitan, ia yakin tulang keringnya sekarang telah retak karena tendangan Ae Ri.
Ae Ri menatap mata Han dengan intens sambil memicingkan matanya kemudian mengambil jaketnya yang sedari tadi ia letakkan di sofa.
"Bayarlah gadis lain, aku tidak akan menerima bantuan apa pun darimu," ucap Ae Ri dengan ekspresi yang sangat datar, kemudian berlalu dari hadapan Han yang tercengang melihat sikap Ae Ari yang tampaknya sudah mulai berani.
"Ah, gadis itu memang selalu di luar ekspetasi!" gerutu Han sambil melihat kaki kanannya yang masih terasa sakit.
***
Sepasang kaki berjalan menyusuri lobby hotel menuju tempat parkir dimana biasanya Jung Hwa menunggunya saat ia dipesan oleh tamu. Wajahnya terlihat frustasi ketika satu parkiran sudah ia kelilingi namun tidak ada satu pun mobil sang mucikari.
"Argh, pastilah dia pulang karena perkataan Han yang sudah membeliku, dasar manusia bayaran!" Ae Ri tampak sangat kesal dengan semua yang terjadi dengan dirinya saat ini, mengapa semuanya tampak sulit dan menyebalkan?
Dengan terpaksa Ae Ri berjalan menyusuri jalanan di kota seoul menuju tempat tinggalnya yang tidak terlalu jauh dari lokasi hotel tersebut.
Sepanjang perjalanan ia melihat beberapa orang yang sedang tertawa riang dengan kerabatnya, terkadang dirinya sangat iri pada orang lain, terlebih teman-temannya yang saat ini mungkin saja sudah sukses dan lebih berguna darinya. Ae Ri masih tidak paham bagaimana nanti dia menerima cemoohan ketika suatu saat ia bertemu dengan teman-temannya yang sudah lebih sukses dari dirinya saat ini yang hanya bisa menjadi seorang wanita penghangat ranjang.