Jung Hwa yang baru saja balik dari toilet melihat Hye Mi dengan wajah penasaran siapa yang baru saja ia hubungi.
“Apa kau sudah meminjam ponselku? Siapa yang telah kau hubungi?” tanya Jung Hwa seraya duduk berhadapan dengan gadis itu.
Hye Mi menggeleng pelan.
“Hanya seorang teman, maaf karena telah merepotkanmu. Pulsamu akan aku kirimkan setelah aku sampai rumah,” kata Hye Mi kemudian berdiri dan meninggalkan Jung Hwa yang masih merasa janggal.
Pria itu langsung mengecek ponselnya, namun tidak ada satu pun yang mencurigakan dari ponselnya setelah dipinjam oleh Hye Mi. Jung Hwa pun akhirnya bernapas lega karena ternyata Hye Mi memang memiliki ekspresi seperti itu dan tidak membuat masalah apa pun dengan ponselnya.
Sementara disisi lain Han sudah mulai panik karena Hye Mi mendengarkan ucapannya itu.
“Dasar Jung Hwa bodoh! Kenapa juga dia memberikan ponselnya pada orang lain? Astaga bisa gila aku memikirkan ini semua,” kata Han kemudian memakai mantelnya kembali dan menuju garasi untuk mengambil mobilnya.
Malam-malam seperti ini Ye-Jun merasa aneh karena putranya itu seperti orang panik padahal tidak ada masalah yang harus membuat pemuda itu panik.
Namun, seperti biasa Ye-Jun tak mempedulikan itu semua.
Tok...tok..tok
Suara pintu diketuk kencang membuat Ae Ri terperanjat karena suaranya yang begitu tiba-tiba dan pikirannya yang sedang memikirkan tentang Hye Mi yang menjadi psikopat membuatnya sedikit gemetar. Bisa saja yang sedang mengetuk pintunya adalah seorang psikopat atau lebih parahnya Hye Mi yang akan membuatnya mati sia-sia di apartemen?
Dengan langkah pelan Ae Ri mengintip di lubang pintu melihat siapa yang datang dan berdiri di depan pintunya.
Ae Ri bernapas lega ketika melihat Han yang berada di depan pintu tersebut.
“Ada apa kau ke sini malam-malam? Hari sudah larut dan aku harus...” ucapan Ae Ri terpotong ketika Han langsung menyerobot masuk ke dalam dan mengunci pintu tersebut secara paksa.
“Apakah kau baik-baik saja? Kita harus segera pindah dari sini karena Hye Mi berbahaya, sangat berbahaya,” kata Han yang terlihat panik karena ia menemukan Hye Mi lagi.
Ae Ri menghirup oksigen dalam-dalam dan menatap Han dengan tatapan intens.
“Hye Mi adalah teman SMA kita, kita sudah 3 tahun mengenal anak itu tapi kita selamat dan masih hidup sampai sekarang itu membuktikan dia tidak berbahaya sama sekali dari pada kau membuat jiwaku meninggal sejak lama,” kata Ae Ri dengan tatapan yang tak menyenangkan.
Han terlihat kesal karena Ae Ri enggan mendengarkan ucapannya.
“Baiklah aku akan tidur di sini dan menemanimu agar kau tetap aman,” kata Han yang akhirnya memutuskan untuk tidur di tempat Ae Ri sambil berjaga-jaga kalau saja ada Hye Mi yang tiba-tiba menyerang.
“Hah! Keluar dan tidurlah di rumahmu jangan di sini!” teriak Ae Ri yang benar-benar sudah lelah menghadapi Han yang keras kepala dan ingin terus menempel padanya.
Han tak menjawab ucapan Ae Ri, ia hanya merebahkan tubuhnya di atas sofa dan menutup matanya hingga hal tersebut membuat Ae Ri benar-benar jengkel.
Ae Ri pun akhirnya pasrah dan memilih membiarkan Han tidur di sofa tersebut lagi pula itu juga akan membuatnya merasa ada yang menjaganya.
“Baiklah kalau maumu begitu, aku akan menganggap kau seorang satpam hari ini. Jagalah kamar ini dengan baik, aku akan menyiapkan sesuatu untuk kau makan,” kata Ae Ri kemudian pergi ke dapur dan membuatkan ramyeon untuk Han.
Sebenarnya ini adalah pertama kalinya Ae Ri kembali masak untuk orang lain semenjak ia berpisah dengan ibunya. Dulu ia sering sekali memasak untuk Kyung Mi, namun karena keadaan ekonomi mereka yang semakin memburuk akhirnya Kyung Mi memaksa Ae Ri untuk mencari pekerjaan apa pun itu asal bisa menanggung dirinya saja, sementara Kyung Mi akan mencari mangsa laki-laki yang bisa ia andalkan untuk membiayainya hidup.
Ae Ri menaruh sumpit itu dengan kasar hingga membuat Han melihat ke arah dapur sedikit bingung dengan tingkah Ae Ri yang tiba-tiba sangat kesal itu.
“Apakah dia sangat kesal padaku sehingga membuat dia membanting sumpit?” tanya Han yang mulai merasa tidak enak dengan Ae Ri. Padahal kedatangannya ke sini hanyalah ingin menjaga gadis itu dari Hye Mi yang terus menguntit mereka.
15 menit telah berlalu, Ae Ri membawakan dua mangkuk Ramyeon yang terlihat sangat lezat di mata Han. Sudah lama rasanya ia tidak memakan masakan rumahan seperti ini, maksudnya selama ini ia lebih sering bahkan hampir setiap hari memesan katering di rumahnya atau kalau sedang di luar ia akan mampir ke restoran berkelas.
Han memperhatikan wajah Ae Ri yang masih tampak cemberut. Hal itu tentu saja membuat Han tidak akan bisa memakan Ramyeon itu walaupun sangat lezat.
“Makanlah,” ucap Ae Ri yang memberikan mangkuk bagian Han pada pemuda itu.
“Apa kau yakin memberikan seseorang makanan dengan wajah seperti itu? Aku jadi merasa tak diinginkan,” kata Han dengan wajah kesal.
“Ya! Kau memang tak diinginkan, lalu apa? Apakah setelah aku mengatakan ini kau akan pergi?” tanya Ae Ri memelototi Han dengan wajah yang memerah menahan emosinya agar ia tetap menjadi seorang wanita atau paling tidak menahan tangannya agar tidak menumpahkan ramyeon di wajah Han malam ini.
Han terdiam sambil menatap ramyeon itu. Ia sangat merasa bersalah karenanya hidup Ae Ri menjadi hancur dan tak memiliki kasih sayang Kyung Mi lagi.
“Maafkan aku karena telah muncul lagi di hadapanmu. Minggu depan adalah pelantikanku menjadi orang nomor 1 di perusahaan Nongshim kau harus datang bila kau tidak ingin orang tua kita bersatu. Ini bukan soal aku takut jika ibumu membalas dendam, tapi soal perasaanku,” kata Han akhirnya, ia tak berani menatap Ae Ri sekarang.
Ae Ri mengerutkan dahinya merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Han.
“Maksudmu perasaan apa?” tanya Ae Ri yang menghentikan aktivitas makannya.
“Aku menyukaimu, aku tidak ingin orang tua kita bersatu karena dendam sementara aku tahu itu. Aku janji akan mengembalikan semuanya padamu,” kata Han yang masih tertunduk.
Brak
Suara meja membuat Han terkejut dan menatap Ae Ri dengan wajah bertanya-tanya.
“Diam dan makanlah, anggap aku tidak mendengar apa-apa. Aku akan datang ke pelantikanmu dan membatalkan pernikahan ibuku karena aku tidak ingin menyerahkan ibuku pada musuhku sendiri. Aku melakukan ini bukan untukmu, jangan terlalu percaya diri,” kata Ae Ri dengan wajah masam kemudian melanjutkan lagi memakan ramyeon itu.
Entah mengapa malam ini ia sudah memakan 2 mangkuk ramyeon tanpa rasa kenyang sama sekali. Entah karena cuacanya yang dingin atau emosinya yang membuat ia selalu lapar.