Hye Mie

1045 Words
Suara bising memenuhi ruangan itu, suara yang menjadi makanan sehari-hari Ae Ri di klub malam saat ini menjadi penghibur dirinya. Ia menghampiri meja di mana biasanya Jung Hwa berada dan benar saja Jung Hwa dan yang lain tengah berkumpul dan belum menyadari kehadiran Ae Ri yang sedang mendapat jatah libur itu. Tanpa izin, Ae Ri langsung menduduki sofa yang berada tepat di samping Jung Hwa dan menatap para penyanyi serta DJ-DJ yang sedang bekerja malam itu. “Astaga Ae Ri? Kenapa kau di sini?” tanya Jung Hwa seraya melihat sekelilingnya takut kalau saja Han melihat gadis itu di klub malam padahal dirinya sudah dibayar untuk membuat gadis itu berlibur selama sebulan ini. “Aku membutuhkan hiburan, aku bosan. Setidaknya izinkan aku untuk menjadi tamu di klub ini bukan sebagai pekerja seks,” kata Ae Ri yang masih menatap lurus DJ-Dj yang sedang bertugas malam itu. Jung Hwa menghela napasnya kasar kemudian menyeret Ae Ri agar tidak berada di area klub malam karena sebagian uang Han sudah ia gunakan dan tidak mungkin ia kembalikan pada Han jika pria itu tahu bahwa Ae Ri berada di klub malam ini. “Aku mohon pulanglah, selesai bertugas aku dan teman-temanmu akan datang ke apartemenmu dan menghiburmu aku berjanji,” kata Jung Hwa yang mencoba membujuk Ae Ri agar tak membuat masalah untuknya. “Kenapa semua orang berjanji padahal mereka tak bisa menepatinya? Kenapa mereka berjanji seolah janjinya itu sangat mudah dan kemudian mengingkarinya?” tanya Ae Ri dengan mata yang berkaca-kaca membuat Jung Hwa merasa bersalah karena telah mengusir gadis itu. “Bukan, bukan maksudku berjanji...” ucapan Jung Hwa terpotong ketika Ae Ri berlari keluar dari klub malam tersebut. Malam ini kota Seoul seakan mengisyaratkan bahwa tidak ada di dunia ini yang ingin menampungnya bahkan Kyung Mi—sang ibu pun tak menampungnya dikala susah. Ae Ri seperti sebuah mainan untuk orang sekelilingnya. “Astaga, gadis itu kenapa lagi? Apakah ia sedang mempunyai masalah?” tanya Jung Hwa keheranan dan mencoba menelepon Ae Ri, namun ponsel gadis itu tak ada yang menjawabnya. Ae Ri menangis sendirian di depan klub malam, ia tidak mempunyai tempat berpulang yang bisa membuat dirinya merasa diterima, dirinya selalu merasa bahwa tidak ada yang pernah tulus padanya. Bahkan ketika kebanyakan orang tua akan menadahi anaknya ketika mereka sedang kesusahan, ibunya malah menyuruhnya untuk bekerja lebih keras entah pekerjaan itu buruk atau tidak yang terpenting adalah hasil dari pekerjaan itu. “Bahkan sampai Jung Hwa pun mengusirku, aku tidak tahu letak kesalahanku sehingga semua orang bersikap seperti itu,” kata Ae Ri yang tubuhnya sudah menggigil kedinginan. Ia ingin balik ke apartemennya, namun ia tidak bisa karena tempat itu sudah pasti akan diganggu oleh Han setiap hari saat ia berlibur. Ae Ri pun akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan saja di dinginnya malam, namun perutnya terasa sangat lapar sehingga ia melihat ke arah restoran yang buka 24 jam. Rasanya dulu ia sangat gampang sekali memasuki restoran tersebut, akan tetapi sekarang keadaannya benar-benar berubah, ia tidak bisa memasuki restoran mahal itu dengan mudah karena uangnya yang pas-pasnya. “Aku tahu kau lapar, masuklah aku akan membayarkannya untukmu,” kata seorang asing di sebelah Ae Ri membuat gadis itu terkejut dan melihat ke arah sumber suara. “Hye Mi? Kau kenapa bisa di sini?” tanya Ae Ri dengan wajah yang terkejut, ya dia adalah Hye Mi gadis sepekerjaan dengan Ae Ri. Gadis dingin yang tak pernah menampakkan senyumnya sedikit pun. Ae Ri kadang berpikir bagaimana sikap Hye Mi ketika sedang bersama tamu, apakah wajahnya terus dingin seperti itu?? Hye Mi tidak menjawab ia langsung masuk ke dalam restoran tersebut diikuti oleh Ae Ri yang berjalan di belakangnya. “Duduklah, aku akan memesankan makanan untukmu,” kata Hye Mi menyuruh Ae Ri duduk di meja yang berada paling pojok, rasanya hangat sekali masuk ke dalam restoran itu setelah sekian lama berada di malam yang sangat dingin itu. 15 menit kemudian akhirnya Hye Mi membawa nampan dan memberikannya untuk Ae Ri dan juga dirinya. Mereka memakan Ramyeon dengan keheningan diantara mereka berdua, entah mengapa ramyeon di restoran tersebut mahal padahal rasanya sama saja seperti ramyeon di pinggiran. “Sejak kapan kau tahu aku di sini?” tanya Ae Ri membuka percakapan, Hye Mi melihat Ae Ri kemudian kembali mengunyah ramyeon tersebut dengan santai. “Makanlah baru berbicara,” kata Hye Mi yang masih berekspresi datar. Ae Ri yang mendengar itu langsung mengangguk paham kemudian melahap ramyeon tersebut dengan cepat terlihat sekali bahwa Ae Ri sangat kelaparan. Diam-diam Hye Mi melihat gadis yang berada di hadapannya itu dengan wajah kasihan, bagaimana tidak ia sudah mendengar itu semua dari seseorang yang sangat ia kenal. Setelah mereka selesai makan pun Ae Ri langsung menagih pertanyaannya tadi. “Sejak kapan kau tahu aku di sini? Ini tempat yang jarang didatangi oleh teman sepekerjaan kita, tapi kau di sini dan membayarkanku semua ini apakah kau adalah anak orang kaya?” tanya Ae Ri yang menyelidiki Hye Mi yang sepertinya jarang berbicara. Hye Mi melihat Ae Ri dengan wajah malas kemudian mengeluarkan identitasnya dari dompetnya kemudian memperlihatkan itu pada Ae Ri. Ae Ri melihat kartu identitas sekolah menengah atas milik Hye Mi yang ternyata adalah teman sekelasnya dan Han sewaktu SMA. “Hah! Kau adalah Hye Mi yang selalu menguntitku dengan Han?” “Betul sekali, aku sepertinya terlalu terobsesi padamu dan Han sehingga aku kecemplung di dunia gelap seperti ini. Tapi, kau bisa pastikan bahwa aku bukan benar-benar bekerja di tempat itu dengan menjajakan diri, aku selalu membuat pria mana pun yang memesanku kehilangan kesadarannya dan aku meninggalkannya begitu saja dan dengan sedikit bukti agar mereka tak mengoceh,” kata Hye Mi dengan wajah licik. Ae Ri sebenarnya bingung apa motif gadis di depannya ini menguntit dirinya lagi setelah sekian lama tak bertemu. “Apa motifmu melakukan ini? Kau adalah anak orang kaya dan tidak perlu selalu di tempat seperti ini dan menyiksa diri, lagi pula tempat ini tidak menyenangkan,” kata Ae Ri yang masih bingung dengan sikap Hye Mi. “Aku hanya sedang meriset bagaimana pekerjaan orang-orang, ini adalah bagian dari riset menulisku. Rasanya akan kurang jika penulis tak merasakan suatu kejadian secara langsung,” kata Hye Mi dengan senyumnya yang masih sama seperti dulu. Bahkan Ae Ri bingung mengapa ia bisa melupakan senyuman yang selalu berada di mana-mana itu saat SMA.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD