BAB 11. LELAKI YANG MENGAKU SUAMI BULAN

1081 Words
. . Bulan mengabaikan Sekar begitu saja. Paket scincarenya lebih penting dari sepupu yang tak mau mengakuinya sebagai keluarga. Jadi buat apa Bulan peduli? Nggak penting, bukan? Tapi Sekar berpikiran lain. Wanita itu mencekal lengan Bulan dengan amarah menguasainya. Tak pernah ada yang mengabaikan panggilannya. Berani sekali Bulan mengabaikannya. "Berani sekali kamu mengabaikanku!" Bentak Sekar menekan pergelangan tangan Bulan yang ada di cengkraman tangannya. Bahkan dia sengaja menekan kukunya yang panjang hingga membuat kulit pergelangan tangan Bulan memerah. Mungkin ada yang lecet karena rasanya perih dirasa Bulan. "Lepas nggak?" Bentak Bulan ingin melepas cengkraman Sekar. Karena sakit. "Nggak mau. Kamu bisa apa?" Tanya Sekar menantang. "Kamu tuh ya, hamil nggak ada suami kok bisa kelayapan tanpa malu sih. Kalau aku jadi kamu pasti bunuh diri karena malu," ejek Sekar yang mulutnya memang pedas kayak b*n ca*e level 5. Bulan diam malas meladeni. "Untung saja om Aji sudah nyoret nama kamu dari keluarga Kusuma. Kalau nggak aku juga bakal kena malu gara-gara kelakuan kamu yang memalukan," lanjut Sekar yang sepertinya belum puas memuntahkan segala ejekan ke arah Bulan. "Oh ya, kenalin ini tunangan aku. TANU SANJAYA, kamu iri kan? Secara kamu cuma bisa dapetnya GIGOLO," ejek Sekar seakan nggak puas menghina Bulan. "Siapa yang kamu sebut gigolo? Aku ayah anak yang dikandung oleh Bulan. Kami juga sudah menikah," ucap seorang lelaki dengan masker menutupi sebagian wajahnya. Hanya terlihat matanya saja. Karena rambutnya juga tertutup topi. Bulan membulatkan mata, karena lelaki itu mengaku sebagai suaminya. Kenal saja nggak, batin Bulan. Tapi dia membiarkan saja ucapan lelaki tanpa berniat membantah apa yang dia katakan. "Cih jadi kamu si Juan si Gigolo?" Sahut Sekar tanpa sengaja menyebut nama lelaki yang dia sewa untuk menodai Bulan. "Jadi kamu yang menyewa gigolo itu untuk menjebakku?" tanya Bulan tetap saja tak menyangka kalau Sekar setega itu. Meski dari awal Bulan memang menduga kalau Sekarlah yang sudah menjebaknya. Sekar menoleh ke arah Tanu Sanjaya yang sedari tadi hanya diam menikmati drama yang dia buat tanpa sedikitpun menampilkan ekspresi. Dia takut lelaki itu akan menganggapnya buruk. Selama ini dengan berbekal kelicikannya di malam yang sama dengan tragedi yang menimla Bulan. Dipaginya dia tak menyadari kalau dirinyalah yang bermalam dengan Juan. Dia menyangka dia bermalam dengan Tanu. Tapi kesenangannya harus berakhir saat Juan mengirimkannya foto bahkan video mereka semalam. Juan yang tidak tahu kalau dia sudah salah target mengirim foto dan video pergumulannya semalam dengan wanita yang dia pikir targetnya. Sekar yang menyangka itu video memalukan antara Bulan dan gigolo yang dia sewa begitu swmangat membuka kiriman foto dan video tersebut. Alangkah kagetnya dia saat melihat pemeran wanita di foto dan video yang dikirim Juan adalah dirinya. Sejenak dia termangu. Tapi pikiran liciknya tak mau memberi celah. Dia gegas bertanya dimana Tanu bermalam. Anak buahnya dengan cepat bisa menemukan di mana Tanu bermalam. Dan seakan keberuntungan di tangan Sekar. Ternyata Tanu juga bermalam di kamar depan. Dengan licik dia bisa mendapatkan kunci kamar Tanu. Sepertinya Tanu semalam juga mabuk. Dan dengan tak tau malu Sekar merobek dressnya. Sekar membuang robekan dressnya hingga tercecer di lantai. Dia menusuk ujung jari tengahnya dan meneteskan darah ke atas sprei hotel yang ditiduri oleh TANU. Dia melihat Tanu tidur hanya mengenakan celana dalam saja. Perlahan dia menghisap tubuh Tanu hingga meninggalkan bekas. Wanita itu bahkan membuka celana dalam Tanu perlahan supaya tidak membangunkan Tanu. Dia oleskan bekas yang masih ada di k*********a ke kemaluan Tanu. Meninggalkan jejak seakan mereka habis bercinta. Saat Tanu mengerjapkan matanya Sekar gegas bersimpuh di lantai dekat kasur sembari menangis terisak isak. Tanu pun akhirnya tak bisa mengelak untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Sekar selalu ketakutan jika perbuatannya diketahui oleh Tanu. "Wah Sekar, aku sungguh nggak nyangka kalau kamu seniat itu untuk menghancurkan masa depanku. Se-insecure itu kamu ternyata," ejek Bulan dengan seringai di wajahnya yang cantik. Perutnya yang membuncit tak menghalangi kecantikannya yang bahkan kian terpancar. Bahkan sedari tadi Tanu diam-diam memperhatikan Bulan. Lelaki itu begitu terpesona akan sosok Bulan. Baginya Bulan terlihat sangat sexy. "Nggak usah kepedean ya Bulan. Kamu tuh nggak ada artinya buat Sekar Kusuma. Apalagi setelah kamu terusir dari keluarga Kusuma," ejek Sekar tak mau kalah. Dia mendorong Bulan dengan keras hingga wanita hamil itu oleng ke belakang nyaris terjatuh. Untung saja lelaki yang mengaku sebagai suaminya begitu sigap menahan tubuhnya tetap tegap. "Kamu nggak papa, sayang?" Tanya lelaki itu terlihat khawatir. "Wah. Pahlawan kesiangan. Tapi serasi sih. Kamu ojek ya? Cih nggak dapet gigolo ternyata selera kamu kang ojek," ejek Sekar kala memindai penampilan lelaki misterius itu. Jaket dengan logo salah satu ojek online yang terkenal di kota A. "Apapun pekerjaan suami aku itu bukan urusan kamu, sekarang bisa kami pergi. Ngeladeni kamu nggak ada habisnya," sahut Bulan yang akhirnya mengakui kalau lelaki itu suaminya. Di balik maskernya lelaki itu tersenyum mendengar tak ada penolakan dari wanitanya. Dengan lembut Bulan meraih tangan lelaki itu dan kembali melangkah meninggalkan Sekar dan Tanu yang diam terpaku. Keduanya hanya bisa menatap dua sosok yang berjalan meninggalkan mereka. Sekar kemudian menoleh menatap Tanu yang menatap Bulan dengan pandangan mata tak biasa. Selama ini lelaki itu memang melamarnya tapi realisasi kapan mereka akan menikah belum juga ditentukan. "Sayang, ayo kita jemput mom dan dad," ajak Sekar yang akhirnya mengingat alasan dia dan Tanu berada di bandara. Kedua orang tua Tanu baru kembali dari luar negri. "Kurasa sejak kamu asik berkelahi dengan sepupu kamu. Mom dan dad sudah pulang dengan driver," sahut Tanu dingin. Dia menahan diri untuk tidak berkata kasar kepada Sekar. Mengingat dia yang sudah menodai wanita itu. Apalagi kini dia adalah tunangannya. "Lo kok kamu nggak bilang?" Tanya Sekar balik menyalahkan Tanu karena tak memberitahunya. "Kamu ingat nggak saat kita sampai mom dan dad sebenarnya sudah mendarat. Bahkan aku sudah kasih tau kamu saat masih di mobil. Tapi apa kamu malah berantem sama sepupu kamu itu," jawab Tanu menahan geraman. "Dia bukan sepupu aku ya!" Sahut Sekar tak suka kalau dirinya masih dikaitkan dengan Bulan. "Ya ya. Terserah," sahut Tanu enggan. Lelaki tampan itu memilih kembali ke tempat parkir tempat mobilnya berada. "Sayang. Kok aku ditinggal," gerutu Sekar sembari mengikuti langkah Tanu. *** "Apa benar mereka menikah ya?" Gumam Sekar saat mobil yang mereka kendarai mulai meninggalkan area parkir bandara. Pikiran Sekar tak bisa berhenti memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. "Berhentilah mengurusi hidup orqng lain. Fokuslah pada dirimu saja," sahut Tanu yang tak suka dengan sikap tunangannya yang terkesan mau tau dan ikut campur dengan apa yang dialami oleh Bulan. 'Karna aku tak suka kalau Bulan lebih bahagia dari aku', batin Sekar tak suka dengan teguran dari Tanu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD