BAB 12. SIAPA LELAKI ITU?

1055 Words
#Guys karena aku pikir ribet kalau revisi nama ibu Bulan. Mulai bab ini nama ibu Bulan jadi bu Maya Kamaratih ya all. Terima kasih sudah setia mengikuti ceritaku ini . . Usai menjauh dari Sekar, Bulan melepas tautan tangannya dengan lelaki yang mengaku suaminya itu. Menjauhkan diri demi memindai sosok pria yang masih setia dengan masker dan kacamata hitamnya itu. "Siapa kamu?" Tanya Bulan sedikit menaikkan sebah alisnya tanda dia sedang dilanda rasa penasaran. "Suami kamu," sahut lelaki itu yang masih konsisten dengan pengakuannya. "Ck. Jangan bohong. Aku berterima kasih kamu sudah membelaku di depan sepupuku. Tapi mereka sudah tak ada. Tinggal kita berdua. Jadi stop mengatakan hal yang tidak benar," sahut Bulan sembari menatap kedua meta lelaki itu tajam seakan bisa menembus kaca mata hitam yang dipakai lelaki itu. "Aku tidak bohong, aku bahkan punya buku nikah kita," sahut lelaki itu penuh percaya diri. Bulan tak bisa mempercayai perkataan lelaki itu. Bagaimana ada lelaki asing yang tiba-tiba mengaku sebagai suaminya. Bahkan lelaki itu dengan percaya diri menantang kalau dia memiliki buku nikah mereka. Kapan pula aku kawin, batin Bulan mencibir. "Hadeeh mas pak. Saya itu memang sedang hamil. Tapi tak butuh-butuh banget ayah atau suami bohongan. Saya bisa menghidupi anak saya nanti. Jadi stop mengatakan hal omong kosong lagi," ucap Bulan sedikit tersulut emosi. Bagaimana tidak emosi kalau ada orang asing mengaku menikah dengannya. Mimpi aja dia tidak berani. "Saya ayah dari anak yang kamu kandung, kau lupa?" Tanya lelaki itu dengan nada terluka. Wajahnya dibalik masker terlihat sendu. Entah kenapa dia tak suka wanitanya melupakannya. Padahal selama ini dia selalu menjadi incaran wanita di luar sana. Bulan mendesah lelah. Hari ini rasanya cukup bertengkar dengan Sekar. Tak perlu lagi dia menambah dengan menanggapi lelaki asing yang mengaku ayah dari anaknya. Suaminya. Entah, memikirkan saja membuat kepala Bulan berdenyut nyeri. "Terserah kamu saja lah. Aku mau ambil barangku dulu," sahut Bulan acuh. Dia berjalan menuju gudang bagian ekspedisi rekanan Dian. Dia sudah beberapa kali mengambil barang langsung ke bandara karena pesanannya banyak jadi biar hemat jasa ekspedisinya. Kalau tak banyak biasanya langsung dikirim ke rumah kontrakan Bulan. Tapi memang harus menunggu lagi beberapa hari. Padahal hari ini pesanan Bulan sudah waiting list untuk dikirim. Makanya dia memutuskan mengambil saja di gudang ekspedisi. Tak apa sedikit repot, asal tak mengecewakan konsumennya. Bulan bersyukur karena makin hari pelanggannya kian banyak. Apalagi sekarang dia juga join dengan beberapa garment terkenal untuk memasarkan produk mereka tanpa mengeluarkan modal sedikitpun. Entah bagaimana mereka bisa sepercaya itu dengan Bulan hingga mempercayakan produk mereka ke Bulan tanpa perlu membayar produk mereka di awal. Bulan tinggal membayat produk yang laku saja. Alhamdulillah, batin Bulan bersyukur. Bulan tak hanya mengambil produk dari Dian kali ini, dia juga sekalian mengambil beberapa kiriman dari dua garment. Ada beberapa produk baru yang harus dia pasarkan Bulan mengambil barangnya setelah memberikan bukti chat kepada pegawai di gudang ekspedisi tersebut. Dan tentu saja dengan menunjukkan ktp aslinya. Begitu nama sesuai mereka menunjukkan barang Bulan yang ternyata banyak sekali. Ada dua kardus besar dan delapan karung. Sejenak Bulab terpaku melihat barang yang harus dia bawa. Tadinya dia berniat menyewa jasa g*car saja. Tapi apa ada yang bisa membawa sebanyak itu? "Barang kamu semua, sayang?" Tanya suara yang baru beberapa waktu ini mulai familiar di telinganya. "Lo kamu masih di sini, m-mas?" Tanya Bulan bingung mau memanggil lelaki itu apa, akhirnya dia memanggilnya 'mas'. Tanpa dia ketahui panggilannya itu membuat lelaki yang masih setia memakai masker untuk menutupi wajahnya itu tersenyum dengan lebar. Ada perasaan hangat saat mendengarnya. "Iya, aku nggak bisa ngebiarin kamu sendirian di sini. Ini biar aku minta orang angkat ya sayang. Bentar, jangan ke mana-mana," sahut lelaki misterius itu dan dengan cekatan dia dan beberapa orang mengangkat barang-barang Bulan. Wanita yang sedang hamil itu hanya bisa diam terpaku melihat kesibukan di depannya. Harusnya dia takut lelaki itu penipu dan akan membawa kabur barang-barangnya. Tapi entah kenapa Bulan tak melarang mereka mengangkuti barang-barangnya. "Sayang, kamu duduk dulu biar nggak capek, biar mereka yang bekerja," ucap lelaki itu lagi. Dia menuntun Bulan untuk duduk di salah satu kursi yang memang disediakan untuk pengunjung. Setelah semua sudah diangkut salah satu orang yang di suruh lelaki misterius itu mendekat ke arah mereka berada. "Pak, semua barang sudah di mobil. Mau dibawa ke mana?" Tanya lelaki itu sopan seakan dia berbicara dengan orang penting. "Bawa ke rumah istri saya," sahut lelaki itu datar, Bulan menatap mereka dengan penasaran. Siapa sebenarnya lelaki yang mengaku sebagai suaminya. "Sayang dikirim ke rumah kontrakan kamu kan?" Tanya lelaki itu seakan menegaskan ucapannya barusan. Bulan hanya bisa mengangguk bingung. Dia masih mencerna semua yang baru saja terjadi padanya. Banyak hal yang membuatnya bingung dan tidak mengerti. Begitu melihat anggukan Bulan lelaki itu segera mengibaskan tangannya seakan mengusir lelaki itu. Mengerti dengab kode itu, lelaki suruhan itu segera pergi meninggalkan dua orang yang saling menatap itu. "Sudah kan? Mau mampir ke mana lagi?" Tanya lelaki itu lembut. Tangannya terulur ke arah Bulan ingin disambut. Seakan terkena hipnotis Bulan menyambut uluran tangannya. Dengan menarik lembut lelaki itu langsung sigap menangkap tubuh Bulan yang sedikit terhuyung saat bangkit. "Langsung pulang aja, capek," sahut Bulan tanpa sadar terus menggenggam tangan lelaki misterius itu. Mereka akhirnya berjalan beriringan sambil bergandengan tangan. "Lapar tidak?" Tanya lelaki itu saat sampai di mobil yang dia parkir sembari membuka pintu mobil untuk Bulan. Bulan menatap ke dalam mobil. Dia tak terlalu paham soal mobil mewah tapi dia sering melihat mobil seperti ini saat masih bekerja di kantor ayahnya dulu. Bisa dibilang ini mobil mewah. Dia tak langsung masuk, tapi menatap lelaki itu dengan berbagai pikiran memenuhi kepalanya. "Mobil kamu?" Tanya Bulan sangsi. Bukankah lelaki itu hanya pengendara ojek online? Kenapa bisa mempunyai mobil semewah ini? "Bukan. Punya bos aku. Aku sopir pribadi pemilik perusahaan GUMELAR GROUP," sahut lelaki itu lembut. Dia sadar wanitanya tak akan percaya begitu saja. Apalagi dia membawa mobil fortuner type terbaru miliknya. Bahkan lebih mahal dibanding yang type hybrid. "Oh aku pikir kamu driver ojol," sahut Bulan melirik jaket yang dipakai lelaki itu. "Nanti aku jelasin apapun pertanyaanmu. Tapi masuk dulu ya. Kasihan dedek bayi dan kamu kepanasan," sahut lelaki itu lembut swmbari mendorong Bulan dengan lembut untuk segera masuk ke dalam mobil. Kondisi parkiran siang begini memang sangat panas. Apalagi terik matahari tepat di atas kepala mereka. Menyadari di mana dia berada, Bulan menurut masuk dan mendudukkan diri dengan nyaman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD