"Mia!?"
"Apa tidak bisa saya pinjam uang kantor? Lalu saya cicil tiap bulan potong dari gaji saya."
"Mau dibayar berapa setiap bulan."
"Lima ratus ribu."
"Itu perlu waktu 16 tahun, Mia. Apa kamu bisa menanggung hutang selama itu. Menikah dengan aku, aku tidak akan menyakiti kamu. Aku hanya perlu anak darimu. Aku juga sebenarnya tidak ingin memiliki istri. Tapi orang tuaku mendesak aku untuk memberikan mereka cucu. Yang aku perlukan itu cucu untuk orang tuaku."
"Aduh! Masa menikah tanpa cinta? Apa enaknya."
"Terserah kamu. Kamu hadapi sendiri internet itu, kalau kamu tidak mau menerima menjadi istriku."
"Saya tidak punya uang bagaimana dong?"
"Itu urusan kamu. Saya tidak akan ikut campur."
Merasa kesal, Sean melangkah menjauh. Mia merasa buntu, tidak punya jalan keluar. Mia takut ayahnya tidak tenang di dalam kubur.
"Saya mau!"
"Yakin?"
"Iya. Burung Mister tidak sebesar gajah kan?'
"Hah! Apa maksud kamu?'
"Kita akan tidur bersama. Saya harus memastikan dulu kalau milik Mister muat di milik saya."
"Astaga kamu vulgar sekali."
"Kalau milik Mister sebesar gajah, saya tidak akan sanggup."
"Mia. Tubuhku saja sebesar ini. Mana mungkin milikku sebesar gajah. Sekarang cepat putuskan. Kamu mau tidak?"
"Iya."
"Saya tunggu di kantor. Baha mereka ke ruangan saya."
"Baik, Mister."
Sean melangkah menuju ruangannya. Mia menjemput kedua pria itu di pos satpam.
"Kalian ikuti saya. Ditunggu mister di ruangannya. Dia akan membayar kalian di sana." Mia bicara pada kedua orang itu. Fiki dampak kecewa karena Mia bisa membayar hutangnya. Fiki berharap Mia akan minta bantuan kepadanya, tapi harapannya sia-sia.
Mereka melangkah meninggalkan pos satpam masuk ke dalam kantor. Mia membawa keduanya menuju ruangan Sean.
Mia mengetuk pintu ruangan Sean.
"Mister."
"Masuk."
Asisten pribadi Sean yang membukakan pintu.
"Silakan masuk."
Ibra, asisten pribadi Sean mempersilahkan mereka masuk.
"Silakan duduk."
Ibra mempersilahkan Mia dan dua orang itu untuk duduk.
"Kami akan membayar hutang niat. Harap tunggu sebentar, surat perjanjian sedang dibuat. Harus ada tanda tangan terima p********n hutang dari yang memberi pinjaman." Ibra bicara dengan berwibawa. Sementara Sean hanya diam saja.
Sekretaris Sean, mengetuk pintu yang terbuka. .
"Permisi. Ini surat perjanjiannya sudah selesai. Sudah bisa ditandatangani."
Ibra mengambil surat dari tangan Wulan. Sekretaris Sean yang sudah bekerja selama sepuluh tahun di kantor itu.
Ibra meletakkan surat perjanjian penerimaan p********n hutang itu di hadapan Toto.
"Tanda tangan di sini."
Ibra memberitahu di mana Toto harus tanda tangan. Saat Toto tanda tangan, Ibra mengabadikan dengan kamera ponsel. Setelah totok selesai tanda tangan. Faki sebagai saksi juga diminta tanda tangan. Berikutnya adalah tanda tangan Mis sebagai orang yang mewakili ayahnya. Terakhir yang tanda tangan adalah Ibra sebagai saksi dari Mia.
Karena tidak ada uang cash sebesar 100 juta di kantor. Jadi p********n ditransfer ke rekening bank milik Toto. Toto langsung menerima laporan banking dari rekeningnya. Uang 100 juta masuk ke rekeningnya langsung.
"p********n sudah masuk. Itu berarti Mia tidak memiliki hutang lagi. Kalian jangan mengganggu Mia lagi. Karena mengganggu aktivitas Mia bekerja di sini."
"Kami tidak akan mengganggu Mia lagi. Terima kasih banyak atas p********n hutang. Kami permisi dulu. Selamat pagi."
"Selamat pagi."
Toto dan Faki melangkah keluar dari ruangan kantor Sean. Faki dan Mia mengantarkan sampai ke ambang pintu.
"Bagaimana cara membayar uang tadi?"
"Silakan duduk."
Ibra meminta Mia duduk di hadapan Sean. Mia tidak punya pilihan. Ia sudah terperangkap dalam perjanjian nikah kontrak. Mia merasa sudah melacurkan diri dalam sebuah pernikahan yang tidak diinginkan. Mia kira hal seperti ini hanya ada di film dan n****+ saja. Ternyata menimpa dirinya sendiri akhirnya. Dalam mimpi pun tidak pernah terbayang, akan menikah dengan seorang pria bule, bos besar di tempat ia bekerja. Tapi inilah takdirnya. Meski sudah mencoba menghindar, tapi akhirnya terjadi juga. Mia tidak bisa mengelak lagi.
"Nikah kontrak ini kalian berdua harus sama tahu dulu perjanjiannya. Yang pertama, tidak ada satu orang pun, yang boleh menceritakan nikah kontrak kepada pihak lain. Karena yang diperlukan Tuan Sean hanya anak. Jadi Mia tidak bisa mengambil anaknya kalau sudah lahir. Itu sepenuhnya hanya Tuan Sean. Nama kamu tidak akan dicantumkan di dalam akta kelahiran. Kamu sudah mengerti, Mia?" Ibra menatap Mia
"Ya."
"Yang kedua. Selain kegiatan yang menunjang untuk segera memiliki anak. Kalian tidak terikat perjanjian apapun. Sean akan membiayai kehidupan kamu, akan memiliki kamu sampai kamu melahirkan saja. Setelah itu kalian akan bercerai. Dan tidak pernah ada cerita tentang kebersamaan kalian. Semuanya harus tetap dijaga kerahasiaannya. Karena itu pernikahan kalian hanya di bawah tangan saja. Mengerti Mia?'
"Iya."
"Yang ketiga. Perjanjian ketiga akan menyusul jika ada sesuatu yang istimewa nantinya. Jadi tidak kita sebutkan dulu. Intinya, Mia harus melahirkan anak, setelah itu anak diserahkan kepada Tuan Sean. Mia harus pergi, dan anak itu tidak akan diberitahu siapa ibunya. Kamu siap, Mia?*
"Ya."
"Baiklah. Kalau begitu, malam ini juga kita persiapkan pernikahannya."
"Malam ini?"
"Ya. Lebih cepat lebih baik. Malam ini setelah pernikahan, kalian berdua harus menandatangani surat perjanjian ini. Penanda tanganan akan disaksikan oleh Pak Kuncoro, pengacara pribadi Tuan Sean. Kamu mengerti, Mia?"
"Jadi tugas saya apa?"
"Melayani Tuan Sean."
"Tapi saya tidak ingin berhenti bekerja. Saya akan tetap bekerja sebagai office girl di sini."
"Ya. Kewajibanmu hanya melayani Tuan Sean untuk mendapatkan anak. Kehidupan kamu tidak akan dikekang. Kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau. Asal jangan berhubungan dengan pria lain. Itu saja syaratnya. Apa sudah mengerti, atau ada pertanyaan lain lagi?"
"Saya mengerti. Eh, tapi saya harus tinggal di mana. Tetap tinggal di rumah saya, atau tempat lain?'
"Kamu harus tinggal di tempat Tuan Sean. Agar cepat hamil."
"Jangan ngomong begitu dong, Pak. Saya merasa seperti jadi hewan peliharaan." Mia protes karena merasa seperti hewan peliharaan yang diharapkan keturunannya.
*Kamu dikontrak memang buat punya otak."
"Bagaimana kalau dalam setahun saya belum juga punya anak?"
"Temponya dua tahun. Jika kamu belum juga hamil, kontrak berakhir."
"Kalau saya tidak juga hamil. Apa saya masih dapat uang p********n kontraknya."
"Ya. Uang p********n produk akan tetap dibayarkan sepenuhnya.'
"Saya minta itu dimasukkan dalam perjanjian. Takutnya setelah dua tahun saya tidak hamil. Tidak dibayar kalau uang itu. Anggap saja itu upah saya melayani Mister tiap malam. Begituan pasti capek kan bergoyang."
Sean dam Ibra menahan tawa. Wajah Sean sampai merah sekali.
*