PART. 5 SEPAKAT

1008 Words
Sean belum pernah bertemu wanita yang bicaranya seperti Mia. Untungnya Mia hanya istri kontrak saja, jadi tidak perlu ribet mengatur hidup Mia. Yang penting selama masa kontrak harus menurut kepadanya. "Kamu sudah mengerti semua yang aku katakan?" Tanya Ibra pada Mia. "Iya." Kepala Mia mengangguk. "Oke. Sekarang kamu kembali bekerja. Nanti sore kamu pulang ke rumah kamu dulu. Siapkan beberapa baju untuk dipakai ke rumah Tuan Sean. Kamu nanti dijemput oleh supir." Ibra menerangkan apa yang harus Mia lakukan sore hari nanti. "Saya menginap di sana berapa hari?" Tanya Mia ingin tahu. Agar bisa memperkirakan berapa lembar pakaian yang akan dibawa. "Selama kontrak berlangsung," jawab Ibra. "Apa!? Apa selama kontrak saya tidak bisa pergi jalan-jalan. Kalau tinggal di sana apa tidak dicurigai orang." Wajah Mia menunjukkan kalau ia sangat terkejut. Mia menatap wajah Sean yang diam saja. Sean tidak bicara apa-apa. "Kamu masih bisa beraktivitas yang lainnya. Katakan saja kalau kamu malam hari jadi pembantu rumah tangga." Ibra memberikan penjelasan kepada Mia, jika ada yang bertanya kenapa tinggal di rumah Sean. "Berarti saya boleh pergi keluar bersama teman-teman di malam hari." Mia ingin jawaban yang lebih jelas, agar nanti tidak ada kesalahpahaman. Karena kadang ia pergi jalan-jalan dengan teman-temannya di malam hari. "Boleh saja. Syaratnya kamu harus menjaga diri dengan baik." "Saya pergi dengan teman-teman kerja di sini. Lagi pula saya perempuan baik-baik bukan perempuan nakal. Jadi saya pastinya selalu menjaga diri. Saya mau kerja dulu. Permisi, selamat pagi." Karena sudah cukup mendapat informasi, Mia permisi keluar dari ruangan Sean. Mia ke luar dari ruangan Sean. "Apa kamu yakin dia bisa hamil dengan cepat?" Sean bertanya kepada Ibra. "Saya yakin, Tuan." Ibra tidak bersedia merubah panggilannya. Padahal mereka berteman sejak lama. Kata Ibra lebih berkesan memanggil Tuan. Apalagi bosnya itu seorang bule. Ibra merasa, Sean tidak pantas dipanggil bapak "Kamu yakin dia masih perawan? Dia pernah menikah." Sean menyangsikan kalau Mia masih perawan. Karena berdasarkan penyelidikan, Mia pernah menikah siri sebelumnya. Mia menikah siri saat masih tinggal di kampung halamannya. "Dia menikah hanya setengah hari. Kemudian bercerai, karena suaminya ternyata selingkuhan ibu tiri nya. Jadi dia belum disentuh oleh suaminya. Dia masih perawan." Ibra menceritakan tentang kisah pernikahan Mia, yang ia dapat dari kampung halaman. "Semoga dia cepat hamil agar pernikahan kami cepat selesai. Huh! Aku tidak bisa membayangkan berkomunikasi dengan dia di kamar setiap malam. Orang kampung seperti dia, akan sulit bagi kami untuk nyambung. Dia agak kasar dalam bicara." Sean menggerutu karena pastinya harus berkomunikasi dengan Mia. Tidak mungkin mereka tidak bicara sebelum bercinta. Sean juga tidak bisa membayangkan bagaimana tidur dengan gadis kampung. Tapi Mia adalah pilihannya, karena Mia seorang wanita polos yang belum tercemar oleh keadaan kota. "Dia gadis yang baik. Tapi sejak kecil tidak diasuh oleh ibu kandungnya. Ayahnya sibuk bekerja. Jadi tidak ada yang memperhatikan dia dengan sungguh-sungguh. Tumbuh besar apa adanya. Walau bicaranya sembarangan, tapi dia gadis solehah. Yang tidak pernah berbuat tidak baik. Saya sudah menyelidiki itu, karena itu saya menyarankan dia sebagai istri Tuan. Karena Tuan tidak mau istri yang cantik, bule, kaya raya, dan berpendidikan tinggi. Dalam pandangan saya, sosok Mia memang biasa-biasa saja. Tapi ada sesuatu yang menarik dalam dirinya." Ibra menyampaikan pandangannya tentang Mia. Dari beberapa gadis yang ia sarankan kepada Sean. Sean akhirnya memilih Mia. "Menarik karena ocehannya. Apa jadwal hari ini?" Sean mengalihkan topik pembicaraan mereka. "Hari ini tidak ada jadwal keluar. Karena itu saya pamit pergi untuk membeli mahar dan perhiasan serta cincin kawin. Apa Tuan ingin membeli sendiri?" Tanya Ibra, karena sebelumnya mereka sudah membicarakan hal ini. Sean menolak membeli sendiri. Sean mempercayakan kepada Ibra untuk membelinya. Sean percaya dengan selera Ibra. "Tidak. Yang penting cincinnya pas di jari saya." "Tuan yakin ingin memakai cincin kawin itu setiap hari?" "Kalau nyaman dipakai, akan aku pakai. Tapi kalau tidak nyaman, tidak akan aku pakai." "Bagaimana kalau Tuan ikut saja dengan saya, mencari perlengkapan untuk menikah. Sekalian memesan makanan untuk malam ini." Ibra menawarkan sekali lagi kepada Sean, untuk ikut memilih perlengkapan, dan memesan menu sedikit makanan untuk malam ini. "Tidak perlu. Kamu saja!" "Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu. Menyiapkan segalanya tentang pernikahan malam ini. Selamat pagi." "Selamat pagi." Ibrahim Khairudin, pria duda usia 45 tahun. Ayah dari satu orang putri. Kakek dari seorang cucu. Sudah 10 tahun bekerja sebagai asisten pribadi Sean. Pekerjaannya bukan hanya tentang perusahaan, tapi juga mengurus masalah rumah tangga dan kehidupan Sean. Ibra memang lebih tua dari Sean. Tapi mereka berteman sudah lama, bahkan kuliah di kampus yang sama. Karena itulah hubungan mereka menjadi dekat meski beda usia. Ibra dulu menikah setelah lulus SMA. Melanjutkan kuliah setelah kehidupannya lebih baik. Istrinya meninggal dua tahun yang lalu, karena kanker otak. Sampai sekarang belum menikah lagi. Sean duduk termangu setelah Ibra pergi. Ibra sahabat terbaiknya meski mereka beda usia. Ibra sangat memahami apa yang ia mau. Ibra rela pergi ke kampung halaman Mia, untuk menyelidiki gadis itu di kampung halamannya secara langsung. Ibra memang mengajukan beberapa nama untuk menjadi calon istri kontrak. Dari beberapa nama itu, Sean memilih Mia, Karena itulah Ibra pergi ke kampung halaman Mia, untuk mengetahui lebih jauh tentang perempuan itu. Ternyata Mia seorang janda. Pernah menikah hanya untuk setengah hari saja. Orang di kampung mengatakan kalau Mia janda kembang. Janda tapi masih perawan. Orang kampung selalu mengatakan kalau Mia sosok yang baik, rajin beribadah, meski kalau bicara sering ceplas-ceplos. Setelah mendengar tanggapan orang kampung tentang Mia, Sean semakin yakin untuk memilih Mia. Apalagi ada yang menceritakan, kalau Mia berniat membangun usaha sendiri. Tentu Mia perlu modal untuk itu. Dengan uang yang diberikannya sebagai uang kontrak pernikahan, tentu Mia bisa mewujudkan keinginannya. Karena itulah Sean memberikan tawaran nikah kontrak kepada Mia. Urusan nikah kontrak semua diurus oleh Ibra. Sean hanya mengucapkan akad nikah saja. Sean tidak memberitahu siapapun pelaksanaan akad nikahnya. Tidak juga orang tuanya. Karena orang tuanya hanya membicarakan tentang cucu saja. Jadi Sean akan menyerahkan darah dagingnya kepada orang tuanya. Tidak perlu mempertemukan keluarga dengan Mia. Karena setelah melahirkan, putus kontrak, Mia akan pergi dari hidup mereka. Mia akan memulai hidup barunya. Sedang Sean akan belajar menjadi seorang ayah yang baik bagi anaknya. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD