PART. 3 MANTAN SUAMI MIA

894 Words
"Ya Tuhan. Aku ingin kamu menikah denganku!" Sean semakin kesal mendengar pertanyaan Mia. Karena sudah begitu terang ia menjelaskan apa yang diinginkan. "Hah! Tapi saya ini hanya orang kampung. Tidak berpendidikan. Tidak mungkin saya menikah dengan Tuan. Kita beda kelas, beda level. Tuan emas, saya tembaga." Mia menolak karena mereka bukan dari kaum yang kehidupannya sama. Sean jauh begitu tinggi di atasnya. Tidak pantas untuk bersanding dengannya. "Aku perlu wanita baik-baik untuk keturunanku. Aku sendiri nanti yang akan mendidik dia!" "Tuan yakin saya wanita baik-baik?" "Kamu pikir aku memilih kamu tanpa menyelidiki dulu dirimu." "Oh. Tuan menyewa detektif untuk menyelidiki saya. Wah seperti di film ya. Saya suka nonton film berkelahi. Saya ...." "Pikirkan jawabanmu. Aku tunggu besok pagi. Sekarang bersihkan ruanganku!" "Iya, Tuan." Mia segera menyapu lantai kantor. Setelah kantor dibersihkan, kemudian lanjut membersihkan kamar mandi. "Lama sekali kamu di kamar mandi. Aku mau buang air!" "Oh maaf, belum selesai." "Aku mau buang air!' "Oh iya. Saya ke luar sebentar." Mia melangkah keluar kamar mandi. Sean masuk ke dalam kamar mandi. Mia menunggu di depan kamar mandi sampai Sean keluar. Mia menyelesaikan membersihkan kamar mandi. Setelah selesai Mia langsung keluar. "Sudah selesai, Tuan. Saya permisi." "Siapkan jawabanmu besok!" "Iya." Mia melangkah keluar dengan perasaan kesal. Sean mengajak ia menikah, tidak ada lemah lembut dalam nada suara dan gayanya. 'Ih siapa yang mau menikah dengan dia. Hanya untuk melahirkan anak saja. Setelah itu bercerai dan tidak boleh bertemu anak. Hanya wanita gila yang bersedia menerima keinginannya. Aku memang orang kampung, tapi aku bukan orang bodoh. Kampung hanya nama tempat tinggal. Penduduknya sama saja dengan kota. Ada yang pintar dan bodoh. Kadang aku heran dengan anggapan orang. Yang merasa dirinya Sok kota selalu menganggap orang kampung itu bodoh. Sebenarnya kalau diberi kesempatan untuk menuntut ilmu, mempunyai modal untuk usaha. Orang kampung juga banyak yang sukses. Maaf ya, Tuan Mister, Saya tidak tertarik untuk menjadi wanita pemberi anak. Saya wanita biasa, ingin menikah dengan pria yang dicinta. Memiliki anak yang memberikan bahagia. Bukan hanya melahirkan saja lalu ditinggalkan. Saya tidak materialistis. Gaji saya cukup untuk makan. Tidak perlu hidup bermewah, begini saja sudah cukup.' Mia sudah menyiapkan jawaban di dalam hatinya. Tidak perlu pikir panjang. Mia tidak perlu uang 300 juta. Juga tidak mau hidup terpisah dengan anaknya. Mia ingin hidup biasa saja. Tak perlu mewah yang penting bahagia. Tidak ada tekanan dalam hidupnya. Keputusannya sudah bulat, menolak keinginan Sean untuk memberinya anak. Sean duduk termangu di kursi kerja. Sean memilih Mia, karena trauma punya hubungan mengikat dengan wanita cantik dan kaya raya. Wanita seperti itu, tidak bisa menjaga kesetiaan mereka. Tidak memiliki ketulusan hati. Hidup mereka hanya dipenuhi dengan nafsu dan mimpi. Tidak seperti Mia, gadis kampung yang masih polos hatinya. Tidak bertingkah macam-macam, bekerja dengan sepenuh hati. Itu yang membuat Sean ingin anaknya dilahirkan dari rahim seorang wanita seperti Mia. Masalah bagaimana nanti setelah dewasa. Sean yakin dia bisa mendidik anaknya. Meski tanpa Mia di sisinya. Karena Mia hanya bertugas melahirkan anaknya. Sean tidak ingin memiliki istri yang akan mengekang aktivitasnya. Sean optimis Mia akan menerima. Meski Mia wanita sederhana, tidak mungkin Mia tidak tergiur dengan uang 300 juta. Dengan uang itu Mia bisa membangun usaha. Dan berhenti bekerja. Apalagi selama menjadi istrinya, semua kebutuhan Mia, Sean yang akan menanggung. * Mia melangkah menuju kantor. Mia langsung menyiapkan peralatan kerja. Di dalam hatinya sudah ada jawaban untuk Sean. "Mia. Ada yang mencari kamu do depan * "Siapa?" "Katanya saudara kamu dari kampung." "Saudara dari kampung?" "Iya." "Aku tidak punya saudara lagi di kampung." "Pengakuannya begitu. Sebaiknya kamu temui segera." "Terima kasih." Mia segera keluar dari kantor. Tamu Mia duduk di pos satpam. Fiki, pria yang pernah menikahinya setengah hari, dan Toto seorang yang terkenal sebagai rentenir di kampungnya. "Kang Fiki dan Mang Toto. Ada apa?" "Aku datang ke sini untuk menagih hutang ayahmu!" "Hutang!? Hutang apa? Ayah tidak pernah bercerita kalau memiliki hutang." "Ini surat perjanjiannya. Ada tanda tangan ayahmu di sini. Ayahmu berhutang lima puluh juta. Berjanji membayar 100 juta. Masanya sudah jatuh tempo. Kamu harus segera membayarnya." Mia membaca surat perjanjian hutang itu. "Kenapa tidak meminta kepada Tante Suroh?" "Yang berhutang ayahmu. Yang tanda tangan ayahmu. Jadi yang wajib membayar ayahmu atau anaknya, yaitu kamu." Fiki menudingkan telunjuk ke arah Mia. "Tapi saya tidak punya uang sebanyak ini." "Kalau kamu tidak mau membayar. Akan saya laporkan ke kantor polisi." "Hah! Jangan! Beri saya waktu untuk mencicil." "Tidak bisa. Ini harus dibayar lunas sekarang juga!" "Saya tidak punya uang sebanyak itu!" "Oke. Kamu boleh tidak membayar. Fiki akan membayar untukmu, dengan syarat kamu harus kembali kepadanya." "Tidak mau!" Mia tidak Sudi kembali kepada Fiki. Pria tidak setia, yang dijodohkan oleh ibu tirinya. Ternyata Fiki ada hubungan selingkuh dengan ibu tirinya itu Sean melihat kejadian itu, dan segera mendekat. "Ada apa?" "Kami menagih hutang ayahnya. Kami minta dibayar sekarang juga." "Benar ayah kamu punya hutang?" "Ayah saya sudah meninggal. Saya baru tahu hari ini kalau beliau punya hutang." "Berapa hutangnya?" "Seratus juta!" "Kita harus bicara! Ikuti saya. Kalian tunggu sebentar." Sean melangkah diikuti Mia. "Saya akan bayar hutang ayahmu. Tapi kamu harus bayar dengan dipotong dari biaya nikah kontrak kita." "Saya tidak mau nikah kontrak dengan Tuan." "Apa kamu mau dikejar oleh rentenir itu terus? Gaji kamu berapa. Apa cukup membayar hutang ayahmu?" Mia mendongakkan kepala menatap wajah Sean. Mia benar-benar tidak ingin menikah dengan Sean. Tapi bingung bagaimana cara membayar hutang ayahnya. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD