"Zayyan, Sabila di mana?" tanya Ummi melirikku sekilas lalu kembali fokus menata piring di atas meja. "Masih tidur, Ummi." Aku menarik kursi lalu duduk di sana. "Panggil istrimu, Nak! Kita sarapan bersama." Aku mengangguk, segera bangkit dari kursi berjalan menuju kamarku yang ada di atas. Saat pintu sudah kubuka, terlihat Sabila masih meringkuk di kasur, batal berceceran di lantai serta dengan selimut. "Sabila, bangun!" kataku sambil membungkuk mengambil bantal. "Masih pagi." Dia kembali menutup mata. Padahal sudah bangun tapi paling malas bangkit dari kasur. "Sepreinya bocor tuh." "Hah? Yang benar?" Sabila menjerit lekas bangun untuk mengecek noda darah di seprei putih. "Nggak ada. Lo bohong." Sabila berdiri berputar-putar melihat pantatnya juga menyibak seprei. "Memang nggak