“Iyan,” panggil Sabila menarik tanganku, tanpa babibu langsung menuntun ke ranjang. Dia merangkak—duduk bersila di tengah kasur lalu menepuk kasur di depannya. Aku menurut, duduk di depannya dengan bersila kaki. Bibir cengengesan membuatku penasaran dengan apa yang ingin dibahasnya. “Bilang sama gue, doa apa tadi? Apa Nabila ngerjain gue?” tanyanya penasaran. “Doa yang kamu bacakan tadi itu salah satu doa yang dibacakan setelah berhubungan intim.” “Apa?” pekiknya membelalak. “Yang bener? Emang artinya apa?” “Ya Allah, jadikanlah nutfah kami ini menjadi keturunan yang baik.” “Nutfah itu apa?” tanyanya lagi. Huft, nasib menjelaskan pada istri, benar-benar harus detail. Kenapa dia tidak minta dipraktikkan saja? Aku lebih leluasa. “Nutfah itu, a******i … jangan tanya lagi a******i it