Godaan Teman-teman

1212 Words
Natasha memilih menunggu di area lobby. Juan memintanya untuk menunggu saja sebab ia yang akan menemani Juan. "Biar urusan pekerjaan di kantor, atau yang berhubungan dengan bisnis perusahaan, aku yang akan menjadi asisten pribadi Alex. Urusan kamu, cukup mengurus keperluan Alex selama di rumah saja," ucap Juan saat di kantin rumah sakit. "Tapi, Nyonya Renata memintaku untuk selalu menemani Tuan Alex." "Iya, aku tahu. Tapi, apakah kamu tidak percaya kalau aku akan mengurus Alex dengan baik? Bukankah sebelum kamu diminta menjadi asistennya, sudah ada aku duluan yang merangkap semua jabatan?" Di sinilah Natasha sekarang. Setelah ia mendengar penjelasan dari Juan yang memang masuk akal, ia pun akhirnya mengambil keputusan yang membuat Alex bisa bernapas lega. Tak ada sosok gadis itu yang selalu mengikutinya, jelas membuat Alex senang. "Apa yang kamu katakan pada perempuan itu? Sampai aku tidak bisa melihat wujudnya di sini?" tanya Alex saat baru sampai di sebuah ruangan di mana meeting akan berlangsung. "Aku pikir kamu tidak peduli dengannya, Lex. Ah, ternyata aku salah," ejek Juan. "Sial! Aku memang tidak peduli padanya." Alex memalingkan wajahnya kesal. Berbicara dengan Juan, jangan harap ia bisa menang jika itu berhubungan dengan wanita. Karena sahabatnya itu, adalah seorang lelaki buaya yang paling pandai bermain dengan makhluk lemah yang mampu menggoda lelaki itu. "Hanya penasaran dan ingin tahu," celetuk Juan membuat Alex benar-benar harus lebih bersabar. "Aku tidak mau tahu. Terserah bagaimana caramu merayunya, aku sama sekali tidak peduli." "Ah, jangan katakan kalau kamu cemburu, Lex." "Kau benar-benar gila, Juan!" Hampir sebuah pulpen mendarat di wajah tengil asisten itu andai rekan kerja Alex yang akan menggelar meeting bersamanya tidak muncul di ruangan tersebut. Ada kekeh tawa yang terdengar keluar dari mulut Juan, membuat Alex melotot seolah ingin mencekiknya. "Selama siang, Tuan Alex!" sapa lelaki yang sepertinya memiliki usia tak jauh berbeda dengan Alex. "Selamat siang, Tuan Hari. Apa kabar?" "Baik. Mari silakan duduk!" Pengusaha bernama Hari itu yang datang bersama dua orang lainnya, yang sepertinya adalah anak buah dan dewan direksi, duduk mengitari meja berbentuk persegi. "Maaf menunggu lama, Tuan Alex. Ada sedikit kendala teknis," ucap pengusaha itu menjelaskan. "Tidak apa-apa. Santai saja," ucap Alex menanggapi. "Jadi, langsung saja kita mulai meeting-nya?" tanya lelaki itu lagi. Berlima bersama Juan, rapat pun kemudian dimulai. "Ya, tentu saja. Silakan!" *** Di tempat lain, Natasha yang tengah duduk di area lobi tampak tenang menyelesaikan tugasnya. Kisi-kisi yang sebelumnya sudah pernah Nyonya Renata berikan mengenai apa saja tugasnya sebagai asisten Alex, rampung ia selesaikan setelah menambah beberapa tugas dengan sedikit memodifikasi. Setelah itu, ia akan meminta Nyonya Renata untuk memeriksanya besok, saat Alex mengunjungi sang mommy di rumah sakit. 'Sebetulnya tugas ini tidak terlalu sulit seperti yang sebelumnya dibayangkan. Tapi, karena sosok lelaki itu membuat perasaan ini tidak sepenuhnya menerima,' gumam Natasha yang kemudian mematikan tablet miliknya yang ia gunakan sebagai alat kerja. Setelah itu ia pun membuka akun sosial medianya. Teman-teman di kantor yang sebelumnya adalah tempat Natasha bekerja, terlihat memposting salah satu villa di luar Jakarta, yang mereka kunjungi akhir pekan kemarin. Seharusnya Natasha juga ikut bersama mereka. Tapi, ia yang harus bertemu Tuan dan Nyonya Anderson sebab tugas yang mendadak diberikan, membuatnya tak bisa ikut. 'Senangnya.' Tulis Natasha pada kolom komentar dan mengakhirinya dengan emoji sedih. Tak lama Natasha mendapat balasan dari sang pemilik akun. Lalu, satu per satu temannya ikut membalas di kolom komentarnya. 'Bagaimana hari pertama kerja dengan bos tampan, Nat?' 'Kamu tidak dimarahi terus-terusan 'kan?' 'Jangan lupa sampaikan salam dari kami, yah, Nat. Tapi, kalo kamu berani.' Bukan membahas kepergian mereka menginap di villa, mereka justru ramai-ramai menggodanya sebab mendapat jabatan baru sebagai asisten atau pengasuh Alex. Bos yang tampan, tetapi membuat siapa pun karyawan wanita tak berani mengidolakannya karena sikapnya yang selalu dingin dan angkuh di depan mereka. Para karyawan wanita itu cukup memuja ketampanan seorang Alex Anderson, tanpa berani bersikap kurang ajar dengan menggoda atau merayunya. Bahkan, pengusaha itu sengaja mencari seorang sekretaris laki-laki sebab ia selalu dibuat emosi ketika memiliki sekretaris perempuan, yang selalu membuatnya muak dengan segala cara wanita itu bersikap mencari perhatian darinya. 'Jangan gila! Aku sedang tidak membahas bos kalian tahu!' Natasha membalas kesal komentar teman-temannya itu. 'Bos kamu tepatnya sekarang. Hati-hati, yah, Nat. Kami khawatir kamu akan dimakan oleh Tuan Alex.' 'Mereka benar-benar sudah gila. Bagaimana bisa mereka kepikiran hal tersebut,' gumam Natasha yang pada akhirnya tertawa demi menanggapi tingkah teman-temannya itu. Natasha jelas bersyukur memiliki teman-teman yang sangat baik. Dengan keterbatasan pendidikan yang ia punya, bisa bekerja sebagai staf pembantu di bagian administrasi di divisi keuangan. Lalu sekarang ia diberi tugas sebagai asisten seorang Alex Anderson, pewaris tunggal Anderson Company, oleh nyonya besarnya langsung. Tak kuasa menolak karena tak enak hati, akhirnya mau tak mau Natasha pun menerima. Padahal banyak karyawan yang mau bertukar posisi dengannya, tapi bagi Natasha, hal itu sama sekali tidak berpengaruh untuknya. 'Entah bagaimana reaksi mereka seandainya tahu kalau aku sekarang tinggal di kediaman lelaki itu,' gumamnya tersenyum. 'Apakah aku harus menjahili mereka?' tanyanya sendiri. Seolah mendapat ide gila, ia pun akhirnya membalas dengan kalimat yang akan membuat semua karyawan gempar. 'Kalau Tuan Alex memakanku, mungkin kalian tidak akan melihat aku membalas komentar di sini sekarang. Sebab bos kalian itu akan dengan mudah membuatku mati karena kamar kita yang bersebelahan.' Sedetik, dua detik, Natasha menunggu. Hingga banyak pesan masuk melalui sosial medianya secara pribadi. 'Kau gila! Bagaimana bisa kamu tidak memberi tahu kami masalah penting ini.' Satu pesan yang pertama masuk dan langsung Natasha baca. Tapi, gadis itu sengaja tidak membalasnya. Lalu, pesan yang lain, membuatnya tertawa. 'Lihat saja, Nat! Aku akan membawamu ke toilet kantor dan mem-bully-mu sampai kamu kehabisan cerita.' 'Mereka ini kenapa?' gumam Natasha tergelak. Satu pesan lainnya muncul. Lagi ia membaca tanpa membalasnya. Bahkan, ia tak bisa bereaksi karena isinya yang tidak masuk akal. 'Kau sudah gila saat menolak permintaan Nyonya Renata. Kau ini sengaja akan dijodohkan tahu!' 'Apaan sih, si Sheila! Enggak jelas banget,' batin gadis itu sampai kemudian memilih untuk menyudahi. Teringat dengan tuduhan terakhir dari kawannya bernama Sheila, mana pernah Natasha berpikir kalau dirinya akan dijodohkan dengan Alex. Itu adalah pikiran gila yang sama sekali tidak berdasar. Hanya karena ia menempati kamar di kediaman Anderson? Oh tidak, itu adalah fasilitas yang memang sengaja diberikan oleh Tuan dan Nyonya Anderson demi memudahkan pekerjaannya sebagai seorang pengasuh bagi putra mereka tersebut. "Apakah kami ketinggalan cerita seru darimu, Nat?" Tiba-tiba terdengar suara Juan yang begitu dekat. Natasha pun mendongak dan melihat dua lelaki tampan dalam aura dan karisma yang berbeda, berdiri di depannya. 'Rupanya dua orang itu telah selesai rapat,' batinnya. "Apakah kamu baru mendapat lotre, Nat? Kami melihat dari jauh kamu terus tertawa. Seperti ada kabar bahagia yang membuat kami penasaran." "Kamu saja, aku tidak," sahut Alex ketus. Natasha sontak menengok dan menatap bosnya itu memalingkan wajahnya, masih angkuh. "Ah, kamu selalu saja mengelak. Padahal jelas kamu yang bicara tadi saat melihat pengasuhmu itu tertawa." Juan benar-benar tak takut dipecat oleh Alex sebab dengan berani menantang sang sahabat dengan tuduhan yang sebetulnya betul. "Stop, Juan! Jangan mengada-ada. Sekarang aku mau balik ke kantor. Kalau kamu masih senang bicara dengan perempuan ini, silakan saja. Aku akan ke kantor sendiri." Setelah bicara demikian, Alex kemudian beranjak pergi. Meninggalkan Juan yang terkekeh dan Natasha yang melihat bingung. "Kenapa dengan bos Anda, Pak Juan?" "Entahlah, Nat. Aku pikir ada sesuatu yang membuatnya terusik," ucap Juan asal membuat Natasha tambah bingung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD