Alex tengah membasahi tubuh dengan air pancuran di kamar mandi kamarnya. Lelaki itu pulang kerja sesaat sebelum masuk jam makan malam, tentunya bersama Natasha —sang asisten pribadi alias pengasuh. Mobil Tuan Arthur sudah berada di garasi, menandakan jika bos besar itu sudah lebih dulu sampai rumah ketimbang anaknya yang masih disibukkan dengan urusan pekerjaan sampai petang.
'Segar sekali,' gumamnya masih dengan air keran membasahi wajah.
Di tengah asik dan santainya Alex mengguyur tubuh, seketika itu pikirannya terbayang pada sosok Natasha yang sudah membuatnya kesal.
'Bagaimana bisa mommy meminta perempuan itu memanggilnya 'mommy'? Ia bukan siapa-siapa, kenapa bisa membuat seorang Renata Anderson seolah tertarik padanya,' batin Alex kesal.
Tidak, bukan hanya seorang Renata saja yang tertarik pada Natasha, tapi sebagian orang di kantornya hampir semua menyukai gadis itu.
'Apa yang membuat mereka tertarik? Aku pikir gadis itu biasa saja, masih kalah jika dibandingkan dengan Sherina,' lanjutnya bergumam.
'Ah, kenapa harus perempuan itu yang harus aku bandingkan, sial!'
Alex menyudahi aktifitasnya ketika tiba-tiba nama seorang perempuan harus muncul setelah sekian lama ia coba lupakan.
'Intinya mommy sudah keterlaluan dan berlebihan,' batinnya kembali bicara sembari gerakan tangan yang mengambil handuk putih, lalu membelitnya ke pinggang.
Ia belum mulai berperang dengan sang mommy, tapi kekesalannya kian bertumpuk seiring permintaan wanita yang sudah melahirkannya itu yang ada-ada saja.
'Mommy sudah memulai di saat aku belum siap. Itu curang ketika akhirnya mommy maju satu langkah,' lanjut Alex.
Lelaki itu sepertinya tak mau dipermainkan oleh sang mommy. Ia harus bergerak. Tak mau lagi didahului. Ia jelas tak mau diasuh oleh perempuan yang tidak mengenal dirinya dengan baik, apalagi tahu tentang apapun yang berhubungan dengannya.
Alex sudah keluar dari kamar mandi, dan langsung kaget saat melihat gadis yang ia benci ternyata sudah ada di dalam kamarnya.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Alex tak suka.
Lelaki itu menatap tajam Natasha. Perempuan yang baru saja ada dalam pikirannya, tahu-tahu muncul tanpa permisi.
"Apakah kebiasaan buruk itu harus kamu tanam dan pupuk?" tanya Alex bicara lagi.
"Kebiasaan buruk yang mana, Tuan?"
Alex bisa melihat dengan jelas kalau perempuan di depannya itu tidak menyukai pekerjaannya yang sekarang, tetapi demi emban tugasnya kepada sang mommy ia rela membuang jauh-jauh egonya.
Namun, tetap saja hal itu tidak membuat Alex terenyuh, ia justru menganggap kalau Natasha memiliki niat busuk di balik kesabarannya menerima perintah mommy-nya.
"Kebiasaanmu masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu apalagi permisi." Alex sudah akan pergi menuju ruang ganti ketika dilihatnya Natasha melempar pandangan ke arah lain.
'Apakah itu karena penampilanku yang seperti ini? Kenapa? Aku pikir tidak ada yang salah apalagi porno,' batin Alex.
Teringat dengan kejadian tadi pagi di tempat yang sama, membuat seorang Alex mendadak memiliki sebuah rencana iseng.
'Kalau ia terus menerus melihat aku berpenampilan seperti ini, bukankah tidak mungkin waktu kebersamaan kita akan berkurang sebab ia enggan melihatku begini,' batin Alex lagi.
Akhirnya ia pun menjalankan rencana dadakan tersebut. Ketika ia melewati Natasha yang masih menatap ke arah lain, Alex sengaja melepas handuk di depannya.
Sekarang tampak tubuh polos Alex terpampang di depan Natasha, yang membuat gadis itu melotot kaget, lalu memejamkan matanya cepat.
Sontak Alex pun menyeringai, ia lalu mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Natasha.
"Kamu itu pengasuhku bukan? Kamu tahu artinya pengasuh? Seperti pengasuh bayi misalnya yang harus menyiapkan semua perlengkapan dan memakaikannya."
Alex menjada kalimatnya, ingin tahu ekspresi apa yang saat ini terlihat di wajah Natasha.
Tampak gadis itu mengernyit masih memejamkan mata. Alex pun kembali melanjutkan.
"Jadi, seharusnya kamu tidak hanya menyiapkan pakaianku saja, tapi juga harus memakaikannya untukku, bukan?" tanya Alex dengan suara yang sengaja dibuat serak, membuat Natasha membeku di tempat.
Alex tahu kalau gadis itu terpengaruh oleh kalimat dan suaranya. Karena itulah ia semangat melanjutkan rencananya dengan meraih tangan Natasha lembut, lalu membawanya serta ke walk in closet.
Aneh, meski awalnya Natasha sempat bergeming dan tidak bergerak ketika Alex tarik, tapi begitu sang tuan memaksa gadis itu kalah juga.
'Tuhan! Tolong hamba! Lelaki ini sudah gila,' batin Natasha berharap mendapat pertolongan agar tidak melakukan apa yang Alex katakan.
Harapan tinggal harapan. Doa yang Natasha panjatkan kepada Tuhan, sepertinya harus ditunda atau diganti dengan jawaban yang lain. Karena saat ini ia sudah berdiri di sebelah laci kaca di mana ia sudah meletakkan pakaian rumah yang akan Alex kenakan.
"Kamu sudah menyiapkan pakaian ini, sekarang aku tunggu kamu pakaikan."
Natasha merasakan dadanya berdebar. Alex sudah membuat jantungnya berdetak kencang karena melakukan adegan m***m yang membuatnya enggan membuka mata.
"Mau sampai kapan kamu menutup matamu?" tanya Alex dengan menaikkan sedikit nada suaranya.
Natasha tahu kalau majikannya sudah mulai kesal. Tapi, membuka mata? Itu bukan solusi tepat di saat lelaki itu masih berpenampilan polos seperti sekarang.
"T-tuan Alex, bisakah Anda memakai celana terlebih dahulu? Saya akan bantu pakaikan kaosnya nanti."
Alex tersenyum. Jelas ia tidak mau. Karena tujuannya adalah perempuan itu melihat dirinya sehingga membuatnya jengah dan tak mau lagi masuk secara sembarangan ke kamarnya.
Menyiapkan pakaian kerja atau pakaian rumah, bukan hal yang sulit baginya meski Alex harus mengacungi jempol karena pilihan yang Natasha berikan ternyata bisa nyambung dengan seleranya.
"Tidak. Aku ingin melihat sejauh mana kinerja serta loyalitas yang kamu lakukan terhadap pekerjaanmu. Hal itu bisa aku jadikan pertimbangan untuk protes pada mommy. Dan asal kamu tahu, aku tidak main-main kali ini."
Natasha bungkam kali ini. Bukan karena ia membenarkan atau takut dengan ancaman yang Alex berikan. Malah sebaliknya ia berharap jika ia dipecat saat ini juga dan kembali bekerja di tempatnya semula.
Tapi, jujur saja ia tidak mau mengecewakan Nyonya Renata. Wanita itu sudah membuatnya merasa dekat dengan menanggap seperti ibunya sendiri. Melihat wanita itu sakit, berbaring tak berdaya di atas ranjang kamar rumah sakit, siapa yang tidak kasihan dan iba.
Permintaannya kali ini cuma satu, menjamin sang putra mendapat seorang pengasuh yang akan membantunya melakukan pekerjaan sehari-hari juga menemani lelaki itu sehingga ia tidak kehilangan sosok seorang perempuan di dalam hidupnya. Terlebih setelah Natasha tahu perihal rasa tak sukanya Alex kepada sosok makhluk bernama perempuan dari cerita yang Nyonya Renata sampaikan, pada akhirnya membuat gadis itu mau menolong.
"Saya akan melakukannya bukan karena saya takut dengan ancaman Anda, Tuan. Tapi karena saya memang tidak ingin mengecewakan mommy Anda."
"Aku tidak peduli apapun alasan yang kamu berikan. Sekarang aku sudah lapar. Jadi, jangan membuat aku membuang waktu percuma karena kamu lama melakukan tugasmu!"
Mendengar ucapan Alex yang sepertinya semakin emosi, Natasha akhirnya mau juga membuka matanya.
Perlahan ia membuka mata tanpa sedetik pun menatap ke bawah tubuh Alex. Ia memilih cepat mengambil celana pendek selutut yang sudah ia siapkan, lalu memakaikan celana itu dengan pandangannya ke arah lain.
Samar bisa ia lihat ada sesuatu pada tubuh Alex yang menjadi inti anggota tubuhnya yang perkasa.
Pertama kali dalam hidupnya melihat milik lelaki meski tidak jelas ia pelototi, Natasha merasa matanya sudah tak lagi polos seperti sebelumnya.
'Aku ternoda,' batinnya menangis, berlebihan.
Sedangkan Alex justru tertawa dalam hati demi melihat ekspresi gadis di depannya yang terlihat salah tingkah.