AX-10 [Orion II]

1329 Words
Clara melajukan mobilnya dari Pendormnya, ia sungguh lupa bahwa hari ini ada acara penting pembukaann orientasi siswa baru, dengan kegesitannya Clara akhirnya bisa segara menuju ke Aula Utama sekolah dengan mobilnya, bagaimana cara ia mendapat mobil di Starlight School? Itu karena kecerdasannya, ia mendapati nilai plus sehingga memiliki banyak Crescent yang merupakan mata uang di Starlight School.   Clara menyisir pandangan seluruh Pentdorm yang ada di Feuer, sudah sangat sepi pikirnya. Mungkin ia akan terlambat dan dihukum dengan pengurangan nilai hariannya, sungguh menyebalkan sekolah disini.   Sekarang Clara sedang berada di area Pentdorm yang akan ditempati oleh anak baru, ia memperhatikan secara keseluruhan dan melihat-lihat dengan memperlambat mobil, siapa tau ia bisa menemukan orang menarik diantara mereka, tetapi Clara hanya melihat kesepian seperti tanpa kehidupan.   “Sepertinya mereka semua sudah pergi, sangat membosankan melihat para manusia yang sangat patuh pada peraturan,” gumam Clara dengan kembali fokus melihat jalanan. Tetapi, saat ia mengalihkan pandangannya, ia tidak sengaja melihat seorang anak cowok berlari tergesa-gesa menuju halte bus.   “Wah, tenyata ada anak yang cukup menarik.” Clara tersenyum dengan senang. Ia sungguh sangat senang menguji banyak orang.   Clara menghentikan mobil sedannya tepat pada depan anak tersebut terduduk di halte bus dengan muka datar?   “Apa-apaan muka yang sangat datar itu? Semakin menarik saja.”   Clara menurunkan kaca mobilnya dan menyapa anak tersebut dengan muka ramahnya, Clara sangat pandai dalam berbaur, itu merupakan salah satu  kelebihannya.   Clara membunyikan klakson mobilnya dan hal itu terdengar oleh anak tersebut, ia menoleh ke asal suara tersebut dan mendapati sebuah mobil merah dengan seorang yang memandanginya dari dalam.   “Masuk cepat sebelum lo ketinggalan, anak baru kan?” tanya Clara yang berada di dalam mobil tersebut. Anak baru tersebut hanya mengangguk sebagai jawaban.   “Yaudah buru masuk cepat, Cuma lo kayaknya yang tertinggal tuh.”   Anak baru itu berdiri dan berjalan mengelilingi masuk ke dalam mobil Clara, setelahnya anak baru itu hanya terdiam dan melihat Clara sekilas, Clara mengembangkan senyumnya.   “Nama gue Clara, lo siapa?” tanya Clara. Setelah memperkenalkan diri Clara segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi yang membuat anak baru tersebut sedikit tersentak kaget.   “Gue Rei,” jawabnya singkat.   “Baiklah Rei, bagaimana dengan sekolah baru lo?” tanya Clara berbasa-basi.   “Mungkin akan menjadi sangat buruk? Entahlah gue belum dapat memastikannya.” Rei tersenyum tipis menjawab pertanyaan Clara tersebut.   “Sangat buruk? Wah, sepertinya masuk ke sekolah ini bukan keinginan lo, bukankah begitu?”   “Kurang lebih seperti itu, dan ... bagaimana bisa seorang kakak kelas berbicara tidak formal?” tanya Rei seakan menyindir Clara.   Clara tersenyum tipis, bukankah ini hal menarik?   “Baiklah, bagaimana pendamu jika aku membawamu untuk membolos di hari pertamamu? Maksudku hari pertama orientasi anak baru?” Clara mencoba mengetes sosok anak baru yang sekarang berada di sampingnya.   “Apapun itu, bukankah hanya aku yang bisa memutuskan?” Rei kembali bertanya seakan juga mengetes Clara, hal ini membuat mereka saling tersenyum tipis.   “Baiklah, bukankah kau melupakan bahwa aku seniormu? Bagaimana bisa kau menolaknya?”   “Belum resmi bukan? Apakah akan untuk bagimu jika membawa aku melakukan hal yang melanggar aturan sekolah? Sekalipun seorang pemberontak, setidaknya kau memperhatikan kemungkinan ke depannya bukan? Sepertinya kau sedikit lemah dalam memprediksi masa depan.” Rei tersenyum licik dengan ucapannya dan mengalihkan pandangannya, lalu ia menatap Clara seniornya tanpa rasa takut.   Clara menghentikan mobilnya dengan rem mendadak, mereka berdua sedikit terlempar ke depan, Clara sedikit memukul setir mobilnya dengan tangannya dan menatap Rei dengan pandangan dominan.   “Apapun itu, tidak akan mempan bagiku.” Hanya dengan perkataan itu Clara terdiam dan kembali memasang wajah datar.   “Baiklah Rei, aku sudah megetahui seperti apa dirimu.”   “Dan aku juga sudah mengetahui seperti apa kakak kelasku.”   “Apakah kau sangat yakin akan bertahan lama di sekolah ini dengan sikap aroganmu itu?” tanya Clara dengan sungguh-sungguh ia menatap Rei serius menuntut jawaban.   “Sejujurnya aku sangat tidak yakin mengingat sekolah ini-“   “Cukup! Sebaiknya jangan terlalu gegabah, kau sudah melewati batasmu, baiklah kau menang. Aku akan mengantarmu ke aula utama sekolah.” Clara kembali menancapkan gas dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.   “Aku tidak menyangka akan menjumpai anak baru yang sangat menarik sepertimu di hari pertama kalian menginjak sekolah ini,” ujar Clara.   “Seperti itukah? Tapi, mengapa kau mengetesku dengan cara yang sedikit sensitif?”   “Biar dengan mudah aku mendapatkan jawabannya, kau sangat mengetahuinya bukan? Jika seseorang akan lebih cepat terpancing dengan sesuatu yang sensitif daripada yang logis.”   “Baiklah, maafkan kelancanganku.” Rei mengucapkan perkataannya dengan tulus dan membuat Clara menatap Rei dengan heran.   “Altermu terlalu banyak Rei, bisa-bisa aku gila jika bersamamu terus-menerus.”   “Mungkin kau akan terbiasa? Menurutmu pertemuan kita seperti ini disebut sebuah kebetulan? Ayolah tidak ada yang namanya kebetulan, yang ada hanyalah sebuah takdir bukan?”   “Ah, kau benar.” Ucapan terakhir Clara menjadi penutup di antara mereka. Setelahnya mereka hanya saling diam membisu sepanjang perjalanan.   ***   Sera kabur dari upacara pembukaan dan berteduh pada sebuah koridor kelas sepi di lantai tiga. Ia sungguh sangat malas dan bukankah hal seperti itu sangat membuang waktu?   “Bodoamat sama image, capek gue.” Sera menggerutu dan mendudukkan dirinya bersandar pada dinding sebuah kelas.   “Clara mana woi? Gila aja dia masih belum datang, apa dia benar-benar ingin di drop out sekolah?”   “Jangan ngawur lo! Yakali orang sejenius dia di drop out.”   “Bukannya bisa ya?”   “Udah berapa lama lo jadi Starzy? Tetap aja bodoh kaya biasa.”   “Serah,”   “Dih ngambekan kaya bocah.”   Sera sedikit diam membeku, sepertinya ia berada di tempat kakak kelasnya. Sera memukul kepalanya sendiri dan merutuki kebodohannya, ia terlalu santai pikirnya. Tapi Sera sungguh sangat lelah, bagaimana mungkin sekolah gila ini langsung memaksa murid untuk ke sekolah setelah mengikuti ujian yang membuat perutnya mual?   “Hai, anak baru ya?” tanya seorang cewek berwajah blasteran dengan rambut pirang dan mata emerald khasnya, sudah jelas sekali itu Clara.   “Woi Clara! Lo nggak punya jam atau apa?” tanya teman Clara dari kelas dengan sangat tidak santai.   “Bisa nggak lo nggak berisik?” celetuk Clara, ia cukup lelah dengan teman-temannya. Jenius tapi berisik, dan itu sangat membuat hidup Clara cukup tersiksa.   “Wah, anak baru? Hebat ya, anak baru sekarang banyak yang sangat menarik,” ujar salah satu teman Clara yang mengahmpiri Clara dekat pintu kelas.   Sera sedikit kaku, ia tiba-tiba mendadak diam, ia sangat bingung untuk bertindak sekarang. Bukankah ia seperti seorang pencuri yang tertangkap basah dalam pelariannya? Sera akhirnya berdiri dengan memegang kepalanya dan sedikit menjambak rambutnya, ia merapatkan bibirnya kuat untuk membuatnya agar terlihat pucat dan kering.   “Nama lo siapa?” tanya teman Clara melihat Sera telah berdiri dan menghadap mereka, tetapi bola matanya menemukan keanehan.   Sera membuat kakinya seakan lemas dan tidak sanggup berdiri, ia sengaja dengan cepat untuk menghirup oksigen, lalu membuang karbon dioksida lebih cepat untuk membuat suhu tubuhnya menurun, sehingga mereka percaya jika Sera sakit sekarang. Sungguh akting yang sangat sempurna. Setelahnya, Sera seakan menjatuhkan dirinya ke depan, supaya ditangkap oleh kakak kelasnya.   “Eh? Lo kenapa?” Dengan sigap salah satu dari mereka bertiga menangkap Sera yang terjatuh.   Dian yang menangkap Sera pun sedikit merasakan keanehan, bagaimana mungkin tubuh orang yang pingsan seringan ini? Akhirnya dia kembali melepas Sera, dan Sera pun terjatuh dengan menjerit, lalu memijat pelipisnya sakit menabrak lantai.   “Lo gila ya? Dasar nggak beres,” celetuk Bianca panik.   “Seriusan, anak orang lagi sakit malah lo ... Ah gue nggak habis pikir temenan sama lo,” lanjut Bianca.   Clara hanya terdiam, ia sudah dengan jelas mengetahui bahwa Sera hanya berpura-pura saja, ia tidak buta dan melihat dengan jelas wajah Sera yang segar bugar sewaktu ia baru saja datang ke sini.   “Lo bisa diam nggak sih? Sudah jelas sekali ia menipu kita, sepertinya akan asik jika dia disidang di hari pertamanya sekolah?” ucap Dian.   “Kamu, ikut saya ke ruangan SCO,” ujar Clara menatap Sera, lalu mulai berjalan meninggalkan mereka bertiga yang saling terdiam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD