Prologue
Seseorang melangkahkan kakinya dengan cepat dan terlihat sedang terburu-buru. Ia membawa sebuah berkas di dadanya dan sorot matanya terlihat sangat serius. Wanita tersebut berhenti tepat di depan sebuah pintu besi berlapis emas pada pinggirannya dan ganggang pintu tersebut. Ia mencoba menghela napas dan kembali mengatur napasnya dan juga ia terlihat memikirkan suatu hal.
Setelah terdiam cukup lama, perempuan berambut putih dan berwajah cantik tersebut meraih ganggang pintu yang bewarna emas mengkilap itu, lalu ia mendorongnya secara perlahan, matanya dengan lihai menyapu pemandangan yang terdapat di ruangan tersebut dengan cermat. Bagaimanapun juga ia harus paham akan situasi di ruangan penting tersebut.
Setelah melihat dari pinggiran ruangan, pupil mata perempuan tersebut bergerak secara perlahan, dan ia mendapati seseorang yang sedang ia cari. Perempuan tersebut terlihat sedikit gugup, tapi tanpa pikir panjang ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan mendatangi meja yang terbuat dari kaca kualitas premium juga terdapat banyak batu emerald yang menghiasi meja tersebut.
Seorang lelaki yang sedang terduduk di meja tersebut dengan pakaian formal sedang membaca dan menulis sesuatu, ia terlihat sangat cermat meneliti setiap bagian dari hal yang sedang ia lakukan tersebut. Ia dengan jelas mengetahui ada seseorang yang memasuki ruangannya tanpa izin, makanya ia hanya diam saja karena menurutnya itu hal yang tidak sopan, siapapun orangnya tetap saja itu melanggar privasi.
“Ah ... Selamat siang pak, maaf menganggu waktunya. Saya bukan berniat lancang, tetapi saya hanya ingin menyampaikan berkas ini dengan aman pak.” Perempuan tersebut terlihat sangat gugup dan cemas karena ia tidak mendapatkan respon dai orang terhormat yang berada di depannya.
“Baiklah, lain kali kamu harus lebih sopan saat memasuki ruangan saya Vita.” Pria tersebut terlihat kurang senang, tetapi ia akhirnya tersenyum kepada asisten pribadi yang ada di hadapannya.
“Baik, tidak akan saya ulangi.” Perempuan tersebut pamit dengan menundukkan kepalanya dan pergi menjauh dari meja pria tersebut.
“Vita sebentar ... Ini? Anak Victon bukan? Kenapa berbeda sekali dengan kedua orang tuanya? Tapi, sepertinya ada yang spesial dari anak ini, luluskan saja dia. Beritahu manajer administrasi, dan saya yang akan menjamin anak ini,” ujar Pria tersebut, lalu tersenyum.
“Baik, saya akan memberitahukan kepala manajer.” Perempuan tersebut pergi dan meninggalkan Pria tersebut seorang diri.
“Vita sangat paham dengan apa yang kuinginkan.” Pria tersebut tersenyum dengan sorot mata yang menyiratkan emosi terpendam.