Badai Aristide Alterio Senna (I) A

2167 Words
Waktu yang diiringi oleh hembusan angin turut membawa badai masalah hidup. Masalah yang pada awalnya ia pikir bisa usai jika berhasil menjadi pendamping hidup dari seorang Aristide Alterio Senna yang merupakan salah satu keturunan klan konglomerasi Senna. Apakah ada dunia di mana badai berhenti bertiup? ....... Adi Pramana William Sastro Mihardjo Senna. Nama seorang pria yang merupakan pendiri dari klan Senna. Pria yang "mungkin" jadi akar dari segala penderitaan Delvin dan adiknya, Saki. Seorang pria dengan kepribadian luar biasa tamak. Merupakan anak dari seorang tuan tanah kaya raya. Yang menikahi sekaligus sebanyak hingga SEMBILAN PULUH TUJUH ORANG wanita cantik dan juga cerdas serta berbakat. Semua hal “ekstrim” itu memang sengaja ia lakukan karena sangat percaya diri. Bahwa gen miliknya yang luar biasa juga "tidak ada duanya". Harus secara terus menerus diwariskan pada beberapa generasi yang selanjutnya. Dan semua itu ia rencanakan untuk menguasai dunia suatu hari nanti. Seperti gen milik Genghis Khan, seorang komandan militer dari Kekaisaran Mongol di abad kesebelas sampai kedua belas masehi yang sudah MENIDURI lebih dari empat juta wanita. Sampai akhirnya membuat sangat banyak diantara penduduk dunia dewasa ini. Terlahir ke dunia dengan membawa gen yang diturunkan dari pria itu. Pria bernama Adi Pramana William Sastro Mihardjo Senna ini pun seperti itu. Ia memiliki ambisi serta semangat yang sama dengan Genghis Khan. Untuk melahirkan sebanyak mungkin manusia-manusia berkualitas (dengan campur tangan gen miliknya yang ia anggap luar biasa, tentu saja). Yang kelak akan mencapai puncak piramida makanan dunia: penguasa dari ekonomi dan ilmu pengetahuan. Selama beberapa generasi. Seluruh keturunan pria itu terlahir ke dunia dengan memikul beban ambisi yang sama besar dari leluhur utama mereka. Untuk lahir ke dunia. Menjadi luar biasa pintar dan sangat berbakat. Setelah itu terjun ke dalam masyarakat. Menjadi apa saja yang penting sukses serta kaya raya. Menjadi penguasa tatanan dunia. Dan setelah melewati seluruh fase “wajib” itu. Waktu tinggal dihabiskan untuk kelak meninggalkan dunia sebagai seorang legenda. Tak ubahnya leluhur mereka. Adi Pramana William Sastro Mihardjo Senna. Yang telah hidup dan meninggalkan dunia sebagai seorang legenda yang akan terus ada “hanya” untuk dikenang keberadaannya. Karena ia merupakan penemu dari Seraph Sphere: teknologi besutan Institut Penelitian Pengembangan Sains dan Teknologi Senna Cosmo atau yang secara internasional dikenal dengan nama: Senna Cosmo Science and Technology Development Research Institute. Mereka telah berhasil menciptakan suatu teknologi tingkat tinggi yang membuat lapisan atmosfer dari suatu planet (selain Bumi) dapat menyerupai planet yang kita tinggali saat ini. Pencapaian yang telah ia dapat selama hidup di dunia bukan hanya itu tentu saja. Selain pusat penelitian antariksa, pengembangan teknologi, biologi, dan juga geografi. Pria itu juga memiliki ratusan bank di seluruh dunia. Untuk melancarkan ambisi menjadikan para anak cucu keturunannya menjadi penguasa di bidang perekonomian dunia. Juga paten akan lima ratus lima puluh tujuh penemuan di bidang biomedik serta fisika nuklir. Untuk melancarkan ambisi menjadikan para anak cucu keturunannya menjadi penguasa di bidang keilmuan dunia. Memiliki hubungan kerja sama bisnis dengan seluruh anggota konglomerat Jepang yang memiliki nama Zeibatsu dan Keiretsu. Tidak lupa konglomerat Korea yang memiliki sebutan Chaebol. Serta konglomerat-konglomerat dari negara lain. Yang mungkin biasa saja untuk mereka membersihkan tempat bekas keluarnya t***a. Menggunakan tisu yang terbuat dari serat perat logam mulia. Pria yang lebih akrab disapa dengan nama “pendek” Adi Pram Will Sastro Mi Senna itu adalah gambaran pria yang sungguh memiliki kedigdayaan dalam hidupnya. "Tak berlebihan" lah pastinya untuk para rakyat jelata. Apabila sampai memanggil orang itu sebagai salah satu dari raja diraja di dunia yang hanya sementara ini. +++++++ Sore itu Rio sedang duduk seorang diri di suatu bagian dari kafe yang telah kerabat-kerabatnya reservasi untuk pertemuan malam nanti. Ia menyibukkan diri dengan membaca beberapa pesan bisnis dari para kolega. Dan tidak lupa juga membaca sebuah buku “favoritnya”: Maka Berbicaralah Zarathustra (Sabda Zarathustra atau Thus Spake Zarathustra). Sebuah n****+ filsafat yang ditulis oleh filsuf Jerman terkemuka yang memiliki nama Friedrich Nietzsche yang terdiri dari empat bagian antara tahun seribu delapan ratus delapan puluh tiga dan seribu delapan ratus delapan puluh lima. " . . . sang filsuf Zarathustra keluar dari gua pertapaannya setelah sekian lama berdiam diri setelah itu berseru lantang di hadapan kerumunan orang bak seorang utusan Tuhan: 'Dan apa yang kalian sebut sebagai dunia, seharusnya terlebih dahulu diciptakan oleh kalian ialah: nalar kalian, rupa kalian, kehendak kalian, untuk menjadi cinta kalian sendiri! Dan sebenarnya, untuk kesucian kalian, wahai kalian makhluk yang mengetahui!' " Rio pertama kali diperkenalkan dan membaca buku “tidak jelas” itu ketika usianya baru saja menginjak 4 tahun. Itu juga terpaksa ia lakukan karena terus didorong oleh kedua orang tuanya. Dan sekalipun ia patuhi apa yang kedua orang tuanya inginkan. Tidak ada sedikit pun ia pahami maksud rangkaian kata di dalam buku tersebut. Hal itu jugalah yang telah membuat ia jadi "jaka sembung gak nyambung". Saat para temannya di sekolah asyik membahas mengenai berbagai cerita dongeng rakyat seperti Si Kancil, cerita rakyat Danau Toba, dongeng Putri Salju, dongeng Putri Tidur, dongeng Peterpan, dongeng Thumbellina, cerita rakyat Tangkuban Perahu, cerita rakyat Candi Prambanan, dan yang lain. Bahkan ketika saat itu ia dengar teman-temannya berbicara mengenai dongeng indah Putri Salju: kedua orang tuanya malah menunjukkan “fakta”. Bahwa itu merupakan suatu cerita yang sangat menyedihkan dan juga tragis. Mengenai putri malang yang harus rela melepas kesucian karena menjadi korban p*******n serta sikap b***t dari seorang pangeran. “...” Kedua orang tua Rio memang selalu saja menunjukkan sisi gelap “kenyataan”. Dari seluruh dongeng yang indah bagi teman-temannya. Ending Cinderella yang Mengerikan karena aslinya gadis berambus emas ity memiliki hati yang kejam pada ibu serta saudari tirinya. Kisah si putri duyung Ariel yang terpaksa harus menjadi b***k cinta dari pangeran yang mengenaskan. Kisah anak kayu jejadian yang b***t bernama Pinokio. Dan juga yang kisah "indah" yang lain. Sepasang suami istri itu seperti ingin menunjukkan pada putra kecil mereka. Bahwa tidak ada dongeng yang indah tersisa di dunia. Yang ada hanyalah kenyataan pahit yang harus dihadapi dengan sekuat tenaga. "Tak ada hal yang indah dari suatu dongeng yang hanya berisi kebohongan dan kejadian mustahil. Lebih baik kamu baca buku-buku filsafat ini, Aristide. Inilah kenyataan dalam hidup kita sebagai manusia. Realita yang harus kamu hadapi di masa depan nanti. Kamu harus selalu memakai otakmu untuk berpikir dengan secepat mungkin. Tidak boleh lamban atau sengaja menunda. Itu semua adalah tindakan yang tidak baik," ingatnya Sang Ibu pernah berkata di saat ia masih begitu belia. "Karena kamu adalah anak laki-laki Ayah. Anak laki-laki dari seorang pemimpin yang harus meneruskan estafet kepemimpinan menuju generasi selanjutnya," sambung Sang Ayah. Dalam hati anak kecil itu sendiri berpikir, sampai sekarang aku masih belum ngerti di mana serunya buku ini. Ia pun menutup buku dengan sampul berwarna biru lengkap dengan gambar foto dari penulisnya, Friedrich Nietzsche, itu. Ia menolehkan wajah menatap pemandangan indah di luar jendela. Perbukitan di depan mata, gunung di kejauhan, dan juga hamparan hutan hijau yang masih “asri”. Kerabatnya yang jadi panitia dari acara ini memang sengaja untuk memilih kafe yang terletak di luar kota. Katanya, sekalian untuk kita agar bisa sejenak melepas penat. “Aku lebih suka melihat pemandangan gedung pencakar langit dan deretan angka di bursa efek ketimbang pemandangan seperti ini,” komentar pria paruh baya itu seraya menyesap cokelat cair panas pesanannya yang sudah hampir jadi cokelat cair dingin. Walau Rio sendiri tak yakin ada hal yang menarik di dalam berbagai macam buku filsafat yang kerap ia baca sejak kecil. Hal itu tak boleh berlaku juga untuk kedua anaknya. Delvin dan Saki. Kedua anak itu tetap harus membaca berbagai macam buku seperti itu sedini mungkin. Mereka harus menyukai. Menjadikan pengantar tidur. Atau bahkan bahan renungan sepanjang waktu kalau perlu. Semua anggota keluarga yang menyandang nama agung Senna di belakang namanya. Terutama yang memiliki jenis kelamin laki-laki. Mereka semua memiliki sebuah ambisi yang sama. Ambisi yang bermetamorfosa menjadi sebuah kata dalam bahasa Perancis: Le meilleur. Itu adalah istilah yang diciptakan oleh salah satu dari banyak generasi kedua Adi Pram Will Sastro Mi Senna: Banu Rasmi Giovani Senna. Istilah (atau gelar) itu merujuk pada siapa pun dari satu generasi Senna yang memiliki otoritas atau kuasa penuh terhadap SELURUH harta warisan leluhur mereka. Yang konon kalau harta itu diibaratkan berbentuk emas cair. Paling sedikit setidaknya mereka akan membutuhkan sekitar dua ratus lima puluh ribu atau seperempat juta buah bola yang memiliki ukuran dengan besar yang sama dengan planet terdekat kelima dari Matahari, Jupiter. Untuk menampungnya. Mulai mendapatkan bayangan akan gambaran dari seberapa banyak harta tersebut? Itu juga belum lagi dihitung berdasar nilai fluktuasinya. Semakin besar jumlah harta yang ditawarkan. Pasti akan semakin besar pula ketamakan yang tercipta. Para leluhur keluarga Senna untung saja telah memperkirakan kemungkinan adanya battle royale (mulai dari aksi saling bunuh, saling tipu, saling tusuk dari belakang, dan juga yang semacam itu) dari para anak cucu keturunan mereka untuk mendapatkan posisi tersebut. Itu kenapa mereka para leluhur pun memikirkan cara agar “pertumpahan darah” tak perlu “benar-benar” terjadi: "Compétition pour être le meilleur des meilleurs" lah solusinya. Yaahh, sebenarnya ini juga hanya battle royale dalam versi lain. Versi yang lebih formal saja. Kedua mata Rio menatap deretan pepohonan yang tampak begitu syahdu serta “menenangkan” jiwa. Tiba-tiba batinnya membuat suara kicauan, setiap keluarga akan mengirim para keturunan terbaik mereka. Untuk battle roya . . . maksudnya pemilihan yang akan dipersingkat saja jadi “Compétition le meilleur” itu. Pemilihan tersebut akan dibawakan serta diawasi secara ketat oleh para judge atau juri yang merupakan ahli di bidangnya masing-masing. Pemilihan yang sebenarnya tak ada bedanya battle royale yang menggunakan senapan atau bom. Malah lebih mengerikan dari itu. Semua calon akan dikarantina selama dua tahun di dalam sebuah villa yang terletak di pedalaman gunung dan hutan yang entah ada di benua mana. Selama itu para peserta akan dididik secara keras. Mulai dari ilmu pengetahuan akan segala hal. Sampai kemampuan serta ketahanan fisik. Mereka yang biasa hidup mewah penuh pelayanan tak ubahnya seorang anak raja. Akan jadi saling diadu setiap harinya hanya untuk menunjukkan posisi sejati mereka dalam “piramida”. Hanya yang paling kuat, paling pintar, paling cerdik, dan paling baik lah yang akan terpilih dan sanggup untuk tetap bertahan. Bagaimana dengan sisanya? Yang masih hidup dan waras walau tak menjadi "le meilleur" akan mendapat posisi yang bisa dibilang "lumayan" lah dalam klan. Cerita tentang anak-anak yang jadi gila atau memilih dimakan beruang saja dalam pemilihan itu adalah hal yang amat sangat biasa saking lumrahnya. Yang paling mengerikan dari dunia ini pun begitu. Mungkin orang yang akan membunuh kita itu mengerikan. Tapi, lebih mengerikan kalau “dia” lahir dari dalam diri kita sendiri. Ayahku, Iseabal T. Senna, adalah satu dari beberapa anak yang beruntung masih bisa bertahan hidup setelah melewati pemilihan “gila” itu. Alasan utama yang membuat ia sampai tega untuk melahirkan monster bagi anak-anakku ini. Aristide Alterio Senna. Tolong maafkan seluruh kesalahan serta dosa Ayah, Delvin, Saki. Di dunia kecil inilah kita harus terus bertahan hidup. Bahkan jika itu membuat setiap manusia saling membunuh. Tak ubahnya badai yang muncul entah dari mana. Ah, mereka semua akan aku bawakan oleh-oleh apa, ya, batin pria itu tiba-tiba melihat gumpalan awan yang terlihat seperti jajanan somay atau batagor. "Hei, Mas Rio. Sedang baca buku apa kamu?" tanya adik sepupunya yang baru datang dan langsung nyelonong duduk di sampingnya tanpa mengucapkan permisi. Ia melongok ke sampul dari buku di tangan Rio. "Yaahh, masih saja baca yang seperti itu. Cobalah baca Tahafut al Falasifah karyanya Al Ghazali, Mas," celotehnya sambil mengangkat tangan untuk memanggil pelayan. "Kamu tau sendiri aku ini paling tidak suka membaca buku-buku yang seperti ini," respon Rio datar. "Beruntung banget, ya. Mas yang kayak aja gitu bisa melahirkan anak seperti Delvin. Harusnya dia jadi anakku, tuh. Baru cocok, ha ha ha ha ha ha ha!" tawa pria itu riang. Kenapa juga sih harus anak ini dulu yang datang, sih, batin Rio kesal. "Tidak bisa seperti itu, dong. Delvin lahir dari spermaku ya karena memang akulah yang pantas untuk jadi orang tuanya," ia berusaha membela diri, "Bukan kamu," balasnya. Dengan nada suara yang sinis. Ganti adik sepupunya yang memasang wajah kecut. Ia mendesah ringan, “Heh.” Setelah itu keduanya tak banyak berinteraksi selama menunggu kerabat mereka yang lain. Rio sibuk membaca buku. Adik sepupunya sibuk mengurus bisnis dari dua macam gadget yang ia bawa: gawai dan laptop. Beberapa saat kemudian. Tepat pukul tujuh malam. Delapan belas anggota keluarga sepersepupuan yang berhak mengirim anak mereka dalam battle royale itu telah lengkap berkumpul di sana. Sambil makan malam. Mereka siap membincangkan Compétition pour être le meilleur des meilleurs yang akan diselenggarakan sepuluh tahun lagi. Karena Rio sangat malas mengingat seluruh nama sepupunya. Ia hanya mengidentifikasi mereka lewat urutan lahir saja: Sepupu Satu, Sepupu Dua, Sepupu Tiga, Sepupu Empat, Sepupu Lima, Sepupu Enam, Sepupu Tujuh, Sepupu Delapan, Sepupu Sembilan, Sepupu Sepuluh, Sepupu Sebelas, Sepupu Dua Belas, Sepupu Tiga Belas, Sepupu Empat Belas, Sepupu Lima Belas, Sepupu Enam Belas, Dirinya, dan yang terakhir Sepupu Delapan Belas. +++++++ Bagaimanakah kelanjutan pertemuan mereka? Apakah badai yang akan Rio hadapi selanjutnya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD