Sadistic

951 Words
Beberapa suara sirene mobil polisi terlihat mendekati rumah kontrakan Evelyn, ia langsung berlari keluar setelah membuka kunci pintu. Pak Kepala turut hadir menemaninya yang mungkin sebentar lagi akan terkena teror oleh Adam Rig. Pria itu menyarankan, agar dua orang polisi menemaninya tinggal di rumah ini. Hanya untuk beberapa hari, setelah Adam Rig bisa kembali ditemukan. "Kau dapat ulasannya?" Evelyn mengangguk, beberapa polisi mengamankan rumah Evelyn. Sementara ia dan Pak Kepala duduk di meja kerja Evelyn mengunduh informasi yang sedang Evelyn kerjakan. Meski perasaan Evelyn sekarang sedang was-was, dirinya masih sangat berantusian demi berita ini dipublikasikan. Karena bukan hanya kasus Adam Rig yang akan menjadi momok perhatian publik, tapi asal usul Adam Rig yang ternyata adalah kota kelahiran Evelyn, yang menyimpan sejuta rahasia. Dan kali ini, Evelyn tidak akan membiarkan satu orang pun menutupi kasus kota kelahirannya lagi. Pak Kepala membuka kacamatanya, memastikan bahwa berita ini benar-benar terjadi. "Ya ampun Eve, aku tidak tahu jika kau sampai sejauh ini. Tapi ini benar-benar berita yang menarik..." "...penemuan tengkorak di lahan restoran, sampai buku bersejarah. Ini akan menjadi berita yang menegangkan." ujar pria itu, Evelyn membenarkan. Bukan hanya menegangkan untuk konsumsi publik, tapi juga sangat menegangkan baginya karena Adam Rig tengah berkeliaran di luar sana. Itu semua karena dirinya, Evelyn yang mendatangi singa di dalam kandangnya, dan kini singa tersebut ingin bermain-main dengannya setelah memberikan Evelyn umpan. Evelyn memegangi kepalanya yang mulai terasa pusing, entah karena dia belum memakan apapun hingga detik ini, atau karena pengaruh Adam Rig yang kini sangat besar bagi kelangsungan hidupnya. Pria kanibal itu, Bisa saja langsung memakan dirinya... "Kau baik-baik saja?" Tanya pria tua itu. "Ya, aku hanya sedikit pusing. Mungkin karena aku belum memakan apapun..." balas Evelyn sedikit mengeluh. "Baiklah, biar aku lanjutkan. Besok pagi, berita ini akan dilaporkan secara eksklusif beserta beberapa bukti. Jika publik memberikan respon positif, tidak menutup kemungkinan beberapa kru jurnalis akan mendatangi kota itu. Bagaimana?" Tanya Pak Kepala. "Ya. Ya, itu bagus" ujar Eve masih memegangi kepalanya, Pak Kepala mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian menyerahkan sebuah roti isi yang sempat ia beli tadi di perjalanan kepada Evelyn. "Untukmu saja, kau butuh nutrisi." ujar Pak Kepala, Evelyn berterimakasih dan menerimanya. Setelah itu, Pak Kepala meninggalkannya setelah mengambil berkas laporan Evelyn. Beserta seluruh mobil polisi yang telah mengamankan rumahnya, hanya menyisakan dua orang polisi yang akan tidur di sofa. Setidaknya kini ia bisa bernafas lega, ada dua orang yang menjaganya meski Evelyn tidak begitu yakin itu dapat menghalangi Adam Rig. ... Pagi hari, Evelyn terbangun. Hari ini ia berniat tidak pergi bekerja karena merasa tidak sehat. Ia melirik ke luar jendela, satu polisi sedang duduk di depan rumahnya. Mungkin polisi yang satu sedang mencari sarapan, batin Eve. Ia beralih ke kamar mandi, membersihkan diri lalu membuat sarapan. Evelyn duduk di sofa, menyalakan televisi sambil memakan sarapan paginya. Melirik jam dinding, ternyata sudah pukul 9 pagi. Ia pasti tidur terlalu nyenyak semalam. Ia menonton berita pagi, begitu antusias. Saat berita yang telah ia rangkum kini telah terbit. Evelyn menaikan volume suara, dalam berkas laporan tersebut terdapat namanya. Evelyn Hunter... Seorang jurnalis yang telah berhasil mengumpulkan sumber berita, Evelyn menyunggingkan senyum. Seharusnya ia bisa melaporkan secara eksklusif berita itu pagi ini, namun demi keamanan dirinya, Evelyn harus terus berada di rumah, entah sampai kapan. Ia bahkan belum memberi kabar kepada orang rumah, jika Ibunya mengetahui hal ini, wanita itu pasti akan sangat khawatir. Belum lagi Ayahnya, Pasti akan sangat murka dan membawa Evelyn kembali ke rumah. Ketika Evelyn tengah asik menonton berita pagi, tak lama kemudian, ia mendengar suara. Seperti suara barang jatuh, tapi lebih keras. Firasatnya mengatakan ini bukan sesuatu yang bagus. Perlahan, satu tangannya terulur mengambil sebuah tongkat pemukul yang tak jauh dari sofa. Berjalan perlahan dengan kaki berjinjit menuju pintu keluar. Seketika bahu Evelyn melemas, Melihat petugas kepolisian itu terkapar di atas tanah dengan luka di wajah mereka. Dua polisi itu terlihat sudah tak bernyawa, d**a Evelyn terasa naik turun. Ia melihat sekitar dengan waspada. Sudah bisa ia tebak ini adalah ulah Adam, Evelyn berniat masuk ke dalam rumah dan bersembunyi. Namun ketika menyadari ada secarik kertas yang dipegang oleh salah seorang petugas kepolisian yang telah tewas itu. Evelyn mengambilnya. Perlahan, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri. Meski jantungnya berdegup dengan kencang saat ini, khawatir jika Adam akan muncul dari belakang dan membunuhnya juga. Saat Evelyn mengambil secarik kertas yang ternyata adalah sebuah amplop, ia melihat. Hampir mual, Wajah dua orang petugas kepolisian itu rusak, bagian hidung dan bibir telah hilang seperti dimakan oleh binatang buas. Menyebabkan darah mengalir dari sudut yang terbuka itu. Jemari Eve bergetar, saat ia mengambil amplop dari tangan petugas yang telah tak bernyawa itu. Memalingkan wajahnya tak ingin melihat wajah yang telah dirusak oleh Adam Rig. Dan kini ia sadari lagi, Adam meninggalkan sepucuk surat untuknya. Itu artinya, pria itu benar-benar melakukan permainannya terhadap Evelyn. Haruskah ia mengadukan hal ini pada Ayahnya? Evelyn buru-buru memasuki rumah kembali, mengunci pintu dan memastikan semuanya tertutup rapat. Keringat mulai membasahi wajahnya, berharap semoga Adam Rig tak mendobrak pintu rumahnya dan menarik dirinya keluar dari tempat aman ini. Ini kali pertama Evelyn melihat orang yang benar-benar tewas. Tubuhnya masih bergetar hebat saat ia menelpon pihak kepolisian dan juga Pak Kepala. Mereka bilang untuk tetap di tempat dan kunci semua pintu, polisi akan tiba sepuluh menit lagi ke sana. Evelyn mengernyit, sepuluh menit bagaikan sepuluh jam baginya di saat seperti ini. Ia bahkan tak berani melihat petugas yang terkapar di luar sana. Dan mungkin saja Adam Rig memerhatikannya dari luar sana. Seketika, Evelyn teringat akan sepucuk surat yang digenggamnya sedari tadi. Penasaran, ia membukanya. Lagi pula, itu bukan sebuah bom atau kotak yang berisi bagian tubuh atau organ tubuh. Itu hanya surat, Yang saat Evelyn buka. Menguarkan aroma yang sangat Evelyn sukai. Lavender...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD