The Man 12

1037 Words
Evelyn berpelukan dengan Ibunya, hari ini ia meninggalkan rumah itu lagi demi pekerjaan. Karena semua kasus sudah rampung setelah mendengar semua kejelasan dari Ayahnya, dan ia siap untuk membuat berita ini. Meski Adrian memperbolehkan Eve untuk melanjutkan laporannya, nyatanya, raut wajah Adrian sama sekali tidak rela jika putrinya itu pergi lagi. "Sudahlah, Daddymu belum bisa menerima pekerjaanmu." ujar Alexandra. Membelakangi Adrian yang bersandar di tembok rumah. "Aku berjanji akan pulang, setelah ini..." ujar Eve, tentu saja. Ia telah berjanji pada Ayahnya, dan Adrian pasti akan menagih setiap janji putrinya itu. "Mom, aku pergi!" ujar Eve seraya membawa tas dereknya, melirik sekilas ke arah Ayahnya yang hanya datar menatap kepergiannya. "Sudah siap semua?" Tanya Jason, Eve mengangguk. Tas dan koper telah dimasukan ke dalam bagasi belakang, tak lama kemudian, kendaraan beroda empat itu meninggalkan rumah. Lambaian tangan Ibunya yang terasa sangat hangat dan ekspresi datar Ayahnya akan selalu ia kenang, entah mengapa, perasaannya saja, atau memang dia akan meninggalkan rumah itu selamanya. "Kau baik-baik saja?" Tanya Jason mengendarai mobil. "Ya Jason, aku baik." balas Eve, kedua matanya melihat keluar jendela. Meninggalkan kompleks perumahan yang selalu menjadi tempat bermainnya sedari kecil. Perasaan ini, tidak seperti perasaan ketika ia meninggalkan rumah untuk bekerja beberapa bulan lalu. Tapi, perasaan ini, seperti ia akan meninggalkan tempat ini untuk selamanya. Hanya halusinasi Evelyn saja, atau sekarang pikirannya hanya tertuju pada seseorang. Adam Rig.... Semua kasus yang saling berhubungan kini telah rampung, meski ia tidak memiliki beberapa bukti yang kuat namun dari cerita Ayahnya saja ia sudah dapat mengambil sebuah kesimpulan. Namun, ada satu hal yang tidak ada di dalam kisah urban legend yang diceritakan Ayahnya atau dari keterangan Adam Rig. Sebuah pertanyaan yang lagi-lagi menimbulkan rasa penasaran bagi Eve adalah, Kenapa dia memiliki nama Adam Rig? Rig, seperti pembuat simpul, tali? Apa yang berhubungan dengan itu? Benjamin Rig... Evelyn sama sekali tidak berpikir untuk bertanya pada Ayahnya kenapa nama belakang mereka menggunakan Rig. Mereka hanya pembunuh dan kanibal, lalu apa yang berhubungan dengan tali? "Sebentar lagi kau akan pulang Eve, aku tidak sabar keluarga kita akan berkumpul kembali seperti dulu." ujar Jason, lelaki itu sangat bersemangat. Dia seperti Alexandra, selalu mencintai keluarganya. Tidak seperti Evelyn dan Adrian yang senang menyendiri. Keluarga ini memiliki dua sisi, itu yang Evelyn sadari. Dari pernyataan Jason barusan, sepertinya Evelyn ragu bisa pulang lagi ke rumah itu. Bukan karena ia tidak ingin, melainkan, ia merasa, ada sesuatu yang akan menariknya dari sana. Entahlah, Perasaan itu seperti sebuah mimpi yang Evelyn sendiri tidak mengerti akan menjadi kenyataan atau hanya perasaan. "Ini kasus besar Eve, setelah ini pasti kau akan menjadi jurnalis terkenal. Banyak yang akan memberimu kritik atau sekedar memberikan sanjungan kepadamu, dan aku sama sekali tidak percaya, bahwa Ayah dan Ibu adalah orang yang membuat ledakan 25 tahun yang lalu itu. Maksudku, mereka begitu pandai menyembunyikan hal itu-" Pikiran Evelyn melayang entah kemana, ia sama sekali tidak mendengarkan segala ocehan Jason di sebelahnya. Meskipun ia tahu bahwa Jason sekarang sedang dalam keadaan masih belum percaya atas apa yang diakui oleh Ayahnya. Ledakan itu, Pembunuhan serta penculikan. Itu sebabnya Adrian memberi mereka nama belakang 'Hunter'. Yang berarti Night Hunter, Atau keturunan Night Hunter. Beberapa jam di perjalanan, Evelyn bahkan tertidur pulas saat Jason tak henti-hentinya berbicara. Sepertinya lelaki itu sangat heboh dengan kehebatan Ayah dan Ibunya. Belum lagi, dia selalu mengagung-agungkan Adrian karena telah menculik ratusan orang. Yah, seperti yang Evelyn tahu. Keluarga ini terlihat harmonis bagi orang normal, tapi, tetap saja. Kegilaan Adrian walau sedikit akan menurun juga kepada anak-anaknya. Evelyn terbangun saat mobil berhenti dan Jason membangunkannya, sudah sampai di rumah kontrakan dan Evelyn segera menurunkan barang-barang dibantu oleh Jason. Ia menghembuskan nafas kasar, kembali lagi ke kota di mana Adam Rig dipenjarakan. Dan ia sangat tidak sabar membuat ulasan tentang berita ini. "Kau menginap?" Tanya Eve ketika memasuki rumah. "Tidak, aku harus segera pulang. Mom pasti menunggu." balasnya, Eve mengangguk. Mom selalu seperti itu, dan kini ia mengerti. Mengapa wanita cantik itu selalu khawatir ketika anak-anaknya jauh dari rumah bahkan walau hanya sebentar saja. "Baiklah, hati-hati di jalan..." ujar Eve, setelah menaruh semua barang Evelyn di dalam. Jason pergi, Evelyn mendengar suara deru mesin itu menjauh dari rumah. Setelah itu, Evelyn tak segera membereskan barang-barang atau sekedar mengistirahatkan badannya. Ia malah membuka laptop dan segera menyelesaikan berita yang akan segera terbit, Evelyn begitu tidak sabar sampai ia mengabaikan makan siang hanya demi berita itu. Kedua matanya fokus pada layar, hanya ditemani minuman soda yang ia ambil dari dalam kulkas. Evelyn melanjutkan tulisannya, bahkan, sangking asiknya ia tak menyadari jika hari sudah senja dan akan segera malam. Laporan sebanyak itu hampir selesai, jemarinya begitu lincah dengan keyboard dan petikan mouse. Mengabaikan perutnya yang sedari tadi berteriak meminta diisi. Tak lama, ponselnya bergetar... Sebenarnya, ia tidak ingin mengangkatnya karena terlalu asik pada pekerjaan. Namun saat ia melihat ke layar ponsel, ternyata itu adalah telpon dari Pak Kepala. Ia mengernyitkan dahi, kebetulan sekali Pak Kepala menelpon ketika ia baru saja tiba di kota ini dan segera menyelesaikan laporan. Evelyn mengambil ponsel tersebut, menggeser layar dan menyapa dengan nada ramah. "Evelyn, apa kau baik-baik saja? Oh Tuhan, syukurlah kau masih mengangkat telponku...." Evelyn terdiam, nada suara Pak Kepala begitu khawatir dan sepertinya ini tidak bagus. Pak Kepala bahkan tidak menjawab sapaannya terlebih dahulu dan langsung menanyakan keberadaan Eve. "Aku, baik-baik saja. Aku baru saja tiba di kota setelah mencari berita, apa yang terjadi Sir?" Tanya Evelyn dengan raut wajah turut khawatir, sepertinya ada yang tidak beres. "Eve, aku akan mengirim sebuah tim untuk menjagamu, kau harus tetap di sana dan jangan keluar rumah...." "...Adam Rig telah kabur dari penjara, dan ku rasa ini ada hubungannya denganmu karena keterangan dari pihak penjara, ia tertarik dengan kasus yang kau ulas. Karena mereka bilang, kau berasal dari kota kelahirannya" Seketika Evelyn terdiam, Tubuhnya membeku dan sepertinya keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Ia berbalik menatap sekeliling rumahnya, gelap dan suasana menjadi lain setelah Pak Kepala memberikan informasi Adam Rig telah kabur dari penjara dan bisa saja pria itu mengincarnya saat ini juga. Evelyn mengabaikan segala perkataan Pak Kepala di telpon, ia menaruh ponselnya kembali ke meja dan segera menutup pintu dan jendela rapat-rapat lalu menguncinya. Perasaannya berkata benar, ada sesuatu yang tidak beres dan itu benar. Adam Rig bisa muncul kapan saja di hadapannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD