"Aku kira semuanya telah mati...." cecar wanita yang masih sangat cantik meski di umurnya yang tidak muda lagi.
Wajahnya terlihat khawatir, 25 tahun yang ia khawatirkan akhirnya terjadi juga. Seharusnya ia sudah menduga, seluruh komunitas itu tidak benar-benar mati dalam ledakan itu. Harusnya ia menduganya, ada korban selamat dan pasti akan mencari tahu tentang peristiwa ledakan itu.
"Aku juga berpikir begitu." balas Adrian, meski nada bicaranya terdengar datar, nyatanya ia juga tidak dapat menyembunyikan kecemasannya terhadap Evelyn. Bertahun-tahun menutupi semua kegilaan yang pernah ia lakukan dulu. Nyatanya, kegilaan itu kembali lagi padanya. Dan yang lebih buruk, kembali melalui Putrinya sendiri.
Adrian menghusap kasar wajahnya, tak biasanya ia sekhawatir ini semenjak kehamilan pertama istrinya dulu. Ini lebih buruk dari yang ia duga, Adam Rig. Seperti Benjamin Rig, adalah pria psikopat murni yang bukan hanya membunuh karena sebuah keuntungan, tapi karena dari dasar jiwa mereka, mereka itu sakit jiwa.
"Apa kamu sama sekali tidak pernah mendengar nama Adam Rig?" Tanya istrinya, Adrian terlihat berpikir.
"Tidak, dan aku baru tahu kalau dia itu anak angkat Benjamin Rig." jawab Adrian.
"Siapa Benjamin Rig?" Tanya istrinya lagi.
"Pembunuh sadis dan seorang kanibal." balas Adrian singkat.
"Ya Tuhan...." istrinya itu sangat-sangat khawatir, sampai-sampai ia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya sendiri.
Adrian sadar, ini semua kesalahannya. Dan apa yang telah ia lakukan di masa lalu, pasti akan ada sebuah ganjaran yang harus ia terima di masa mendatang. Ia pikir dengan menghancurkan seluruh komunitas akan berdampak baik bagi kehidupannya, tapi nyatanya tidak. Seorang anak laki-laki berhasil hidup dengan meninggalkan bekas luka di wajahnya.
"Berjanjilah kali ini kamu akan menjaga nyawa Evelyn dan Jason seperti dulu kamu menjagaku..." ujar istrinya dengan kedua mata berkaca-kaca, Adrian sungguh tidak sanggup melihat pemandangan ini. Terakhir kali ia melihat wanita itu menangis adalah 25 tahun yang lalu, dan sekarang itu terulang lagi dan mengusik hatinya.
"Aku janji..." jawab Adrian mantab, dan istrinya percaya pada Adrian. Karena ia tahu, Adrian tidak akan pernah mengingkari janjinya.
....
"Tidak adakah koleksi bukumu selain soal Kanibal? Aku hampir muntah melihatnya." ujar Jason melihat koleksi buku Evelyn saat tiba di sebuah motel. Gadis itu memutuskan untuk menginap di sana beberapa hari sampai ia mendapatkan informasi akurat.
"Jason, tidak bisakah kau bertanya pada Daddy? Setidaknya sedikit informasi?" Pinta Eve.
"Kau bercanda, dia akan memenggal leherku." Kata pria tinggi berambut ikal itu. Dia adiknya Evelyn, tapi seperti lelaki yang usianya hampir dewasa, Jason memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dari Evelyn.
Jason berbalik, bersandar pada sebuah meja tempat Evelyn menaruh tas dan barang-barangnya.
"Pulanglah Eve! Tinggalkan pekerjaan itu, Adam Rig adalah salah satu kanibal yang tidak memiliki hati. Dia sakit jiwa, dan kau mengganggu ketenangan keluarga kita dengan pekerjaanmu itu." kata Jason, wajahnya sedikit memelas. Ia sedikit khawatir terhadap kakaknya itu.
"Lalu, apa yang aku kerjakan dirumah? Menulis buku harian seperti yang Mom lakukan? Hah, aku bukan wanita seperti itu Jason." ujar Eve membuang muka.
"Setidaknya Mom mencintai keluarganya, tidak sepertimu, sakit jiwa!" Cecar Jason, Eve tidak membalas. Mungkin Adiknya benar, Mom sangat mengutamakan keluarga dari apapun.
Evelyn begitu penasaran, apa saja yang telah dikorbankan wanita itu demi keluarga?
"Adam Rig, seorang pria dengan Gelar Doktor dan ahli bedah.. wow, dia memiliki banyak gelar Eve." Tukas Jason menggenggam smartphone mencari kasus pria yang menjadi candu kakaknya itu.
Jason berbaring di atas ranjang bersebelahan dengan Eve yang masih duduk di pinggir ranjang, sibuk memikirkan bagaimana mencari sebuah informasi.
"Tapi kau tahu tidak? Apa yang tidak tersedia di berita tentang kota ini?" Tanya Jason.
"Apa itu?"
"Well, aku sering mengunjungi perpustakaan kota dan kurasa di sanalah jawabanmu. Tapi jangan beritahu Daddy jika aku yang memberitahumu." kata Jason, sepertinya menarik bagi Evelyn.
"Beritahu aku Jason!" Evelyn setengah berteriak dan menghadap Jason.
"Baiklah, kau tidak harus menarik bajuku." protes Jason.
"Kau ingat sebuah supermarket tempat kita bermain dulu?" Evelyn mengangguk.
"Dulunya adalah sebuah restoran, setelah ledakan 25 tahun yang lalu itu. Polisi baru mengetahui bahwa restoran itu menyajikan daging manusia..." ujar Jason dengan raut wajah jijiknya setelah nengatakan daging manusia.
"...dan sebuah rumor yang aku dengar dari warga sekitar restoran, bahwa tulang belulang dan barang-barang mereka dikubur di bawah tanah restoran itu berdiri." jelas Jason, Evelyn terlihat berpikir.
"Setahuku supermarket itu telah terbakar." balas Eve.
"Ya benar, sekarang hanya menjadi tumpukan arang dan lahan yang tak terurus. Tidak ada yang mau membelinya, karena semua orang berpikir, tempat itu begitu sial... well, semua yang ada di kota ini, entah mengapa selalu terbakar, ckck..." Jason terkekeh.
"Aku harus kesana-"
"Tidak!" Jason bangkit dan menahan lengan Eve.
"Jason, ini demi pekerjaanku. Kenapa kau memberitahuku tadi jika kau melarangku? Kau seperti Daddy." protes Eve, Jason menghembuskan nafas kasar.
"Tapi jika kuberitahu, berjanjilah padaku jika kasusmu selesai kau akan pulang! Berjanjilah demi Mom..." pinta Jason, wajah Evelyn tidak dapat diartikan saat ini. Ia gundah, di satu sisi ia menyayangi keluarganya, tapi di sisi lain ia candu dengan Adam Rig dan juga kasusnya.
"Aku tidak bisa berjanji untuk meninggalkan pekerjaanku, tapi eh begini saja. Setelah kasus ini selesai, aku akan kembali pulang dan menulis blog seperti yang Uncle Roy dan Bibi Rose lakukan...."
"...aku perlu nama, Jason. Aku harus memiliki pengalaman jika mau bekerja di rumah." Jelas Eve meyakinkan.
"Baiklah, sebenarnya. Aku tidak pernah mengganggu keputusanmu, setelah aku lulus juga aku ingin mengikuti kompetisi bola basket di luar kota, meninggalkan rumah. Tapi itu tidak berbahaya seperti pekerjaanmu, pikirkanlah Mom Eve! Dia sangat mencintai keluarganya..." Jason mencoba memberi pengertian kepada Kakaknya.
"Aku berjanji..." setelah berpikir lama, akhirnya kalimat itu keluar dengan mantab.
"Berjanjilah seperti Daddy, dia selalu menepati janjinya. Dan jangan berbohong!" Evelyn mengangguk.
Saat usia memasuki dewasa, ada banyak pertentangan di dalam hidup. Termasuk hidup Evelyn, mungkin ia sudah terlanjur jauh meliput berita tentang Adam Rig, dan tidak ada langkah untuk mundur kembali.
Adam Rig,
Pria itu membuat rasa penasarannya ikut bangkit beriringan dengan semangat untuk meliput berita ini. Dan mengapa semuanya terasa seperti sebuah teka-teki dalam hidupnya, yang mungkin berhubungan dengannya. Kasus Adam, kota kelahiran, dan semuanya tepat terjadi di tahun kelahirannya.
Bahkan Evelyn sempat bertanya-tanya, apa yang terjadi kepada kedua orang tuanya ketika ia lahir kedunia ini.