3. Menguak Takdir

875 Words
Tangan kanan Erlan mengepal hingga buku jarinya tampak memutih karena tawa Renatta tak jua berhenti. Sungguh, dia ingin berlari ke arah dua orang itu, untuk menarik Renatta menjauh dari lelaki yang dia benci tapi harus dia hormati. Tanpa sadar, kakinya melangkah ke arah mereka. Tapi baru beberapa langkah, sebuah mobil SUV mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan Renatta. Si lelaki membuka pintu samping supir untuk Renatta, kemudian dia mengitari kap depan mobil, tapi sesaat, langkah lelaki tampan ini terhenti. Dia menoleh ke arah kiri, ke arah dinding kaca dan melihat sosok Erlan berdiri mematung. Lelaki itu berikan senyum lebar pada Erlan, sedikit mengangguk, kemudian langkahkan kakinya dengan mantap. Mobil SUV hitam mewah itu melaju, meninggalkan Erlan yang tidak mampu lakukan apapun selain mengumpat dalam hati, entah mengumpati siapa. Renatta? Atau lelaki tinggi tampan yang bersama Renatta dan memperlakukannya dengan sangat manis? Atau malah mengumpati dirinya sendiri yang sekali lagi menjadi lelaki bodoh dan pecundang? Kalah lagi oleh lelaki yang sama? * Lobby hotel mewah itu, sepertinya ini hotel bintang tujuh, tampak ramai, penuh sesak dengan tamu undangan yang datang. Banyak taipan dan petinggi perusahaan-perusahaan terkenal yang hadir malam ini, umumnya sudah berumur di atas empat puluh tahun. Mereka tampil sungguh menawan, menarik mata untuk memandang. Di sisi kiri, berkarpet merah lis biru, adalah barisan tamu undangan biasa. Mereka harus mau antri untuk masuk karena ketatnya pemeriksaan. Tapi melihat wajah-wajah tetamu yang super tampan dan cantik, bisa mengurangi rasa bosan menunggu barisan maju. Erlan dan Fenty, pasangannya, sudah berdiri sekitar sepuluh menit. Pergerakan mereka seperti siput yang kelelahan. Beberapa kali Fenty mengeluh pada Erlan. “Sayang, beneran kamu gak dapat undangan VVIP? Itu di sebelah kanan kita enak banget, begitu turun mobil, langsung disambut bak pahlawan dan gak perlu antri. Langsung cuzz masuk ballroom.” Bisik Fenty lagi, merasa iri melihat tamu-tamu VVIP yang tidak perlu mengantri. “Kantor dikasih beberapa undangan, tapi aku dapat yang biasa, yang undangan VVIP tentu diberikan kepada big boss. Sudahlah, kita ikut mengantri, toh banyak temannya.” Balas Erlan kalem, tapi matanya memindai kanan kiri mencari orang yang dia ingin cari. Aku tidak lihat Renatta dan lelaki itu. Bisa jadi mereka ke kondangan. Lagipula untuk apa staf selevel Renatta hadir di pesta semewah ini? Oiya, Rafi bilang dia akan datang, tapi aku juga belum melihat batang hidungnya. Erlan melepas pelukan tangan Fenty, mengambil gawainya kemudian melakukan panggilan telepon. “Halo Raf, elu jadi datang ke hotel The Dhar?” tanya Erlan tanpa basa-basi. “Jadi, bentar lagi sampai. Elu bakalan kaget deh gue datang bareng sama siapa.” “Memangnya sama siapa?” tanya Erlan penasaran. “Kagak jadi surprise dong kalau gue kasih tahu sekarang. Tunggu aja deh, bentar lagi sampai kok.” Tuut… tuut… Erlan menjauhkan gawai dari telinganya karena mendadak Rafi memutuskan panggilan itu secara sepihak. Matanya nyalang melihat layar gawainya yang jadi gelap. “Siapa yang?” “Ooh ini Rafi, katanya dia bakalan datang bentar lagi bawa kejutan.” “Euum I love surprise!” wajah Fenty berseri saat berkata itu, tanpa dia tahu keceriaan di wajahnya tidak akan berumur lama karena kejutan yang dibawa Rafi untuk mereka. Tiba-tiba terjadi sedikit kehebohan di pintu masuk hotel. Ada dua mobil SUV super mewah berwarna hitam mengkilap berhenti. Mata Erlan memicing, coba memastikan apa yang dia lihat. Mobil itu…, bukankah itu mobil yang tadi ada di apartemen? Yang bawa Renatta kan? Tapi untuk apa dia datang? Aku kira dia datang ke kondangan. Keriuhan semakin menjadi karena petugas pengamanan VVIP melaksanakan tugas mereka. Kelima orang itu berjalan dengan sangat anggun, melewati karpet VVIP warna merah menyala berbingkai emas. Mata Erlan melotot saat melihat siapa saja mereka. Tidak hanya tangannya yang kembali mengepal menahan emosi, tapi sekarang ditambah lagi keheranan, penuh tanda tanya apa yang terjadi. Kenapa Renatta bisa jadi tamu VVIP? Lalu apa hubungan dia dengan Danendra dan Sagara? Sebentar, itu kan Calya? Dia berjalan di depan bersama Sagara, kemudian Renatta bersama Danendra, dan terakhir Rafi! Apa-apaan ini? “Sayang, itu kan Rafi dan staf kantormu bukan? Kenapa mereka bisa jadi tamu VVIP sih? Coba deh tanya Rafi, siapa tahu kita bisa ikutan nebeng mereka.” “Ada Danen juga bersama mereka! Nanti kita juga akan tahu kalau sudah di dalam.” desis Erlan merespon Fenty yang kemudian terdiam saat Erlan sebutkan sebuah nama lelaki. Danen atau Danendra, adalah nama yang paling dibenci Erlan dari dulu. Nama yang menurut Erlan adalah sosok lelaki perebut segala darinya. Cinta sang mama, papa bahkan cinta Fenty. "Atau kamu masih ingin kembali pada Danen, Fen? Silakan, go ahead." Desis Erlan, aura gelap menguar darinya. Kemarahan dan kebencian yang kentara kental, membuat siapapun yang melihatnya tahu bahwa dia sangat membenci Danendra. "Euum enggak kok yang, beneran deh. Please, kamu jangan berpikir seperti itu lagi ya. Itukan masa lalu." Jawab Fenty manja, semakin merekatkan tubuhnya bak perangko pada Erlan yang hanya dibalas lirikan tajam. "Jangan macam-macam Fen, aku berikan kesempatan satu kali lagi dan kamu harus membuktikannya. Kalau tidak, aku akan membuangmu layaknya sampah!" Entah kenapa Erlan bersikap tidak seperti biasanya yang penuh perhatian pada Fenty. Akan seperti apakah kisah mereka? Ada kisah cinta segi banyak sepertinya. Erlan - Fenty - Danendra - Renatta?? TIdak hanya kisah cinta yang rumit sepertinya juga ada kisah hidup yang membuat Erlan trauma dan membenci Danendra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD