“Natta, besok jam berapa kita datang ke pesta di Hotel The Dhar?” tanya Calya, sembari berbisik. Sudah beberapa hari ini suasana di kantor mereka jadi mencekam karena si bos yang semakin uring-uringan.
“Heuum mepet aja deh. Nanti biar abang jemput kamu, abang dan aku kan dapat undangan VVIP.” Jawab Renatta juga sedikit berbisik.
Renatta melihat pipi Calya yang semburat pink, “diih itu pipi kenapa jadi merah gitu sih? Seneng kan dijemput Abang? Makanya dandan yang cantik tapi gak usah heboh.” Goda Renatta pada sang sahabat yang memendam suka pada abangnya sejak dulu.
“Iih seneng amat godain!”
“Tuh tertulis jelas di kening elu.” Renatta menjawab dengan senyum terkembang di bibirnya karena berhasil menggoda sang sahabat.
“Nah, gitu dong Natta, akhirnya ada senyum lagi di bibir setelah beberapa hari ini suram terus,” Calya berikan pelukan pada Renatta, “let by gone, be by gone.”
“Jam segini kok ngomongin baygon sih? Emangnya ada nyamuk di kantor kita yang premium ini?” tiba-tiba terdengar suara Rafi menyela kebahagiaan mereka.
“Gak ada nyamuk kok Kak Raf, tapi adanya kecoa, kecoa pengganggu.” Jawab Renatta kalem, matanya melihat sekilas ke arah Erlan yang berdiri di belakang Rafi.
“Mana ada kecoa di sini? Eh ini donat buat kalian, mumpung Dito lagi cuti jadi kalian bisa puas habisin berdua.” Seperti biasa Rafi berikan cemilan kesukaan Renatta.
“Terima kasih, emang bos kesayangan deh.” Jawab Calya dan Renatta bersamaan.
Erlan masih saja berdiri di belakang Rafi, kakinya bagai terpaku di posisi yang selama beberapa bulan ini menjadi tempat kesukaannya berhenti. Di depan kubikel Renatta.
Andai saja ada yang tahu betapa berkecamuk perasaannya, melihat ada Renatta di depannya. Gadis yang sempat membuat hidupnya berwarna, tidak lagi monokrom, berikan emosi yang lebih beragam, marah, kesal, tapi juga rindu dan cemburu.
Cemburu? Untuk apa aku cemburu sih? Cemburu pada siapa coba? Lagian ini kenapa pula Rafi sok perhatian banget ke Renatta sih?
Erlan merasa gawainya bergetar saat sedang ingin mengusir pikiran cemburunya, dia melihat di layar siapa yang menelpon dan mengajaknya untuk melakukan panggilan video.
Huffht… Fenty, ada apalagi?
Rafi bisa melihat saat Erlan menghela nafas. Rafi sempat melirik nama yang tertera di gawai, seketika dia paham.
“Euum Raf, gue ke ruangan dulu ya. Halo… ya Fen?” Erlan hanya berpamitan pada Rafi saja, tapi tidak kepada dua stafnya, Renatta dan Calya. Toh tidak ada kewajiban baginya untuk berpamitan pada mereka kan?
Calya melirik ke arah Renatta yang langsung terlihat muram mendengar nama Fen disebut Erlan tadi.
Usai Erlan tidak terlihat lagi, Rafi bertanya pada Renatta, “besok beneran kamu mau buka siapa sebenarnya dirimu Natta? Are you sure?”
Besok malam, salah satu petinggi kantor akan menikahkan anaknya yang berjodoh dengan anak taipan terkenal. Sepertinya sih ini semacam pernikahan bisnis.
“Euum di pesta besok ya Kak? Iyaa rencana gitu, toh sudah lewat seratus hari kan? Tidak ada pemenang di antara kami. Malah Kak Rafi yang lagi-lagi dapat hadiah.” Jawab Renatta dengan senyum kecil yang dipaksakan.
“Hehe… iya nih, rejeki kan gak boleh ditolak Natta. By the way, untuk pesta besok kamu dijemput siapa? Abang atau Danen? Kalau aku bisa sampai Jakarta sebelum magrib, aku yang jemput saja ya.” Rafi menawarkan diri menjemput.
“Kalau Calya sih akan dijemput Abang, kalau aku, entahlah, bisa Abang atau Kak Danen. Tapi, nanti kita akan tunggu Kak Rafi biar bisa barengan masuk.”
“Ya sudahl kalau begitu. Aku ke ruangan dulu ya.” Rafi beranjak, pamit, menuju ruangannya.
“Natta, besok jadi beneran kamu akan reveal siapa sebenarnya kamu?” tanya Calya penasaran.
Renatta mengangguk.
“Kamu sudah persiapkan ini ya sepertinya?”
“Iya, kamu gak usah khawatir. Make up artist terbaik langganan mama sudah konfirm, gaun pesta elegan dan mewah juga sudah siap. Mungkin saja, setelah itu akan terjadi konflik yang lebih panas lagi. Aku sudah lelah dengan semua ini, setelah tenang, mungkin aku akan setujui rencana papa saja.” Tutur Renatta, suaranya terdengar putus asa.
“Yang bener ah Nat?” Calya ingin memastikan.
Renatta berikan senyum perih dan mengangguk kecil.
*
“Sayaang, tolong ambilin paketanku dari kurir di satpam bawah dong.” Sebuah suara perempuan penuh kemanjaan, disertai si pemilik suara yang muncul di depan mata dengan tampilan memukau, membuat Erlan patuh bak kerbau dicocok hidungnya.
“Iya aku ambil. Loh emang kamu belum selesai dandan? Kita harus segera berangkat agar tidak terlambat. Setahuku ada beberapa bos yang hadir malam ini.” Erlan mengingatkan perempuan cantik di depannya.
“Bentar lagi, tinggal nunggu bulu mata anti badai doang. Itu yang diantar kurir tadi bulu mata sama softlens biar penampilanku tambah memesona.”
“Ya sudah, aku ambil dulu biar kita segera berangkat.”
“Tapi apakah kamu gak akan cemburu kalau mata lelaki-lelaki lain melihatku?” gadis itu bergelanyut manja pada tubuh tinggi Erlan.
Erlan berikan senyum kecil dan kecupan kilat ke bibir yang berpoles gincu merah.
“Jangan macam-macam!” bisik Erlan ke dekat telinga si gadis manja, dibalas cubitan kecil ke perut Erlan.
Entah kenapa saat berbisik tadi, Erlan merasa hampa.
Ke mana hilangnya bungah rasa yang dulu? Sepertinya sekarang datar saja. Apakah ini karena rasaku beralih ke Renatta? Tapi… satu sisi hatiku menginginkan kembali padanya, mendapatkannya lagi sebagai gadisku, menunjukkan bahwa akulah pemilik sahnya. Hanya saja… kenapa sekarang terasa sungguh berbeda? Seperti ada yang hilang.
Erlan bermonolong dalam hati seirama langkah kakinya. Usai berbasa-basi pada satpam dan mengambil paket, mata Erlan tertumbuk pada dua sosok yang berdiri di luar lobby. Keduanya sungguh dia kenal.
Sosok perempuan itu adalah perempuan yang beberapa bulan ini menyelinap masuk dan menginvasi hatinya tanpa dia sadari. Sedangkan sosok tinggi tegap si lelaki yang berdiri bersebelahan Renatta, sudah dia kenal seumur hidupnya! Lelaki yang mencuri segalanya darinya!
Perempuan itu, Renatta, tampak tertawa kecil. Sepertinya bahagia mendengar lelucon lelaki yang berdiri di sebelahnya. Tampak bahwa Renatta memegang lengan si lelaki.
Renatta? Apakah dia akan pergi kondangan? Tapi penampilannya berbeda sekali malam ini, gaun pesta yang dia kenakan, rambut hitam panjang yang dikuncir kuda. Lagipula kenapa ada dia? Kenapa harus lelaki itu yang menjadi pendamping Renatta malam ini? Kenapa? Apakah Renatta berniat balas dendam padaku?