Bab 8 : Bertemu Dengan Seseorang

1157 Words
Bab 8 : Bertemu Dengan Seseorang Dengan balutan gaun berwarna biru, yang sebelumnya tidak ingin dikenakan oleh Cydney. Kini akhirnya mau tidak mau, suka atau tidak dia memakainya. Rambutnya tergelung dengan indah. Menyisakan beberapa anak rambut di bagian pelipisnya. Riasan wajah flawless, dengan perona pipi yang begitu cocok dengan warna kulit dan wajah Cydney. Gadis itu, jauh terlihat lebih dewasa dari usianya saat ini. uMenggenakan sepatu berhak tinggi dan berwarna senada dengan gaun yang dikenakan. Cydney, berjalan dengan anggun menuruni mobilnya yang telah terbuka untuk dirinya. Marco telah stay di sisi kanan pintu, dan menunggu Cydney, merangkul lengannya. Senyum penuh dengan kepuasan, terukir jelas di wajah lelaki bengis itu. "Tersenyumlah, jika tidak maka aku akan, memaksa bibirmu untuk tersenyum dengan indah, baby," bisik Marco dengan nada penuh tekanan. Dengan terpaksa pun, Cydney, tersenyum dengan canggung. Antara takut dan juga benci, ingin mencabik dan mencakar lelaki itu. Tiba tiba dari arah berlawanan, seorang lelaki, tanpa sengaja menabrak tubuh Cydney. Gadis itu memekik, kesakitan. Pasalnya lukanya tergores. Juga karena dia ingin menahan lelaki itu untuk pergi. Marco, maju dengan cepat, dan mencengkeram kerah baju lelaki itu. Sisi kejahatannya kembali terlihat dengan jelas. "Cari mati? Katakan, mau memakai cara apa?!" gertak Marco. "Maaf, maafkan saya Nona, Tuan," sesalnya. "Marco stop! Hentikan, jangan membuat keributan di sini." Cydney berusaha untuk menahan Marco agar tidak menyakiti seseorang lagi. "Biarkan dia mencicipi satu pukulanku baby." Satu bogem pun melayang ke rahang lelaki itu. Pria itu tersungkur, dan memegangi rahangnya yang terasa begitu menyakitkan dan kaku. Dia bangkit berdiri, setelah Marco dan Cydney, melewati dirinya. Cydney, menjatuhkan, sebuah kertas kecil tepat di hadapan lelaki itu. Namun dia tidak berani untuk menoleh. Cydney, mengacungkan jari kelingkingnya, seakan ingin meminta bantuan dan meminta maaf. Dia telah menyiapkan sebuah pesan dalam kertas sebelum ia berangkat. Cydney, bertekad harus bisa lari dari jeratan Marco. Lelaki itu mengambil kertas yang dijatuhkan oleh Cydney, membaca pesan itu, rasa iba pun datang, tetapi dia tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain. Dia tidak mau membuat masalah baru. Dia berpikir, bagaimana jika wanita itu adalah istrinya. Namun dia juga bisa dengan jelas melihat bekas bekas luka di punggung Cydney, serta lengan yang tadi tanpa sengaja dia tabrak, kembali mengeluarkan darah segar. [ Bantu saya untuk kabur, mohon tunggulah di toilet, agar saya bisa menemui siapapun kamu ] Begitulah isi pesan tertulis dari Cydney. Pria itu, pun pergi meninggalkan tempat itu. Pikirannya, kembali pada masalah sendiri yang selalu seakan mengejar dirinya. Jika dia saja dalam kesulitan, lalu bagaimana, dia bisa membantu seseorang? Sementara itu, Cydney dan Marco tengah menikmati makan malam yang telah tersaji di atas meja. Cydney makan dengan gusar. Dia memikirkan apakah lelaki tadi mau membantunya atau tidak. Setiap makanan yang dia masukkan ke dalam mulutnya, seakan tidak dapat dia telan. Dengan susah dan berat, Cydney berusaha untuk bersikap biasa saja. "Marco, bolehkah aku ke toilet sebentar?" izinnya dengan lembut. "Sure, pergilah. Retouch make upmu." Marco tersenyum, seakan tahu kebiasaan wanita. Benar saja, bukankah dia sudah begitu pengalaman dengan wanita. Entah sudah berapa banyak wanita yang telah menjadi korbannya. Bahkan ada yang telah meregang nyawa karena perlakuan Marco yang begitu menggila. Cydney, membalas senyum itu. Karena dia telah mendapatkan izin. Tentu saja dia senang. Ini adalah kesempatan untuk Cydney, mencoba peruntungan pertama kali. Dia ingin melarikan diri. Wanita itu, bergegas dengan langkah cepatnya. Dia celingukan mencari orang yang mau menerima pesan darinya. Namun, nihil! Tidak ada seorangpun menunggu dirinya. Memang siapa Cydney? Apakah dia begitu berharga hingga ada yang menunggu dia? Tanpa pikir panjang, gadis itu, melepaskan high heels yang dia kenakan, dan mengendap endap untuk keluar dari pintu sisi lain restoran itu. Menarik jas seseorang yang telah tergantung disisi meja di mana dia berjalan. Cydney, mengenakan jas berwarna navy. Dia berjalan menjauh dari, kerumunan. Namun naas, seseorang yang kehilangan jasnya itu justru meneriaki Cydney. Dengan tangkas, gadis itu berlari tanpa menghiraukan kegaduhan di belakangnya. Marco yang menyadari si pencuri adalah Cydney pun. Mengerahkan seluruh pengawalnya untuk mengejar gadis itu. Kini saling kejar kejaran pun tidak lagi terelak. Cydney berlari dengan kencang, satu mobil mengejarnya. Ketika Cydney, memasuki lorong lorong kecil. Seseorang pun mengejarnya dengan berlari seperti yang dilakukan oleh Cydney. Sekuat yang Cydney bisa, dia terus berlari, tetapi, tubuhnya seakan tertarik kebelakang. Kecepatan berlarinya seakan memiliki rem yang membuatnya tidak bisa optimal dalam berlari. Napasnya terengah engah. Keringat sudah mulai bermunculan dan menetes di atas paving blok. Melewati luka luka di punggungnya. Terasa perih. Namun tekat Cydney, begitu kuat untuk bisa lari dari Marco. Tanpa dia tahu, seorang berbadan kekar, telah berdiri sedikit jauh darinya. Cydney, yang terus melihat kebelakang tidak mengetahui keberadaan lelaki itu. Dengan satu gerakan, pria berotot itu menangkap tubuh Cydney. Laki laki yang begitu menakutkan. Dengan mata yang melotot garang, dan cambang yang tumbuh disekitar rahangnya. "Aku mohon, lepaskan aku!" pinta Cydney, nada bicaranya pun tersengal, karena dia terlalu lelah berlarian. Plak! Satu tamparan, tendangan keras mengenai betisnya. Tidak perlu di bayangkan lagi bagaimana rasa sakit itu mendera. Belum sempat Cydney bernapas karena lelahnya, tetapi rasa sakit berikutnya dan berikutnya lagi, datang. Pipinya, kakinya, dahinya tidak luput dari amukan Marco yang berdiri dibalik bodyguardnya. "Dasar! Wanita kurang ajar! Apa kurang baik aku mengajakmu keluar?!" Marco seperti kembali kerasukan. Dia memukul Cydney, dengan keras dan tanpa ampun. Hingga gadis itu pingsan. Marco, meminta sang pengawal untuk membawa tubuh Cydney ke mobil dan kembali ke mansion. Dia akan membuat perhitungan untuk Cydney. Baru kali ini ada wanita yang berusaha kabur. Sebelumnya, mereka selalu takluk setelah menikmati malam malam indah bersamanya. Namun, Cydney, seakan kebal dengan semua itu. Kebencian Cydney, seakan mendarah daging, dan akan kian bertambah, seperti bekas bekas luka yang dia dapatkan. *** Disisi lain Kota Maxtron. Seorang pria pun tengah mendapat pukulan demi pukulan pada tubuhnya. Hingga untuk berdiri saja tidak bisa dia lakukan. "Bayar hutangmu! Atau mereka akan terus memukulimu!" geram seorang yang terlihat lebih berkuasa dari kedua lelaki yang melakukan kekerasan itu. "Saya akan bayar, beri saya waktu, dua bulan lagi Tuan," lirihnya. "Kamu kira itu uang nenekmu! Bahkan satu Minggu saja tidak akan aku berikan!" tukasnya dengan garang. "Habisi dia dan tinggalkan." Sang bos, meninggalkan ketiga lelaki itu. "Tuan! Tuan, saya mohon. Baiklah lima hari, beri saya waktu lima hari." Lelaki yang telah mendapat banyak luka itu pun berlarian, memberontak dari dua pria kekar itu. Memohon pada kaki sang bos untuk bisa mendapatkan tenggang waktu selama lima hari. "Kamu yakin? Satu juta dollar bisa kamu kembalikan dalam waktu lima hari?!" tanyanya dengan penuh selidik. "Ya! Ya, tentu Tuan, saya janji. Jika tidak– jika tidak saya rela mati," lirihnya di akhir kalimat. Mengatakan mati adalah hak terberat baginya. Bagi siapapun manusia yang hidup di dunia ini. "Baiklah! Kita pergi. Jika kamu berusaha untuk kabur, maka, aku pastikan kepalamu menjadi pengganti bola lampu di jalan ini!" gertaknya. Namun, itu bukan hanya sebuah ancaman dan gertakan semata, dia adalah lelaki bengis selanjutnya setelah Marco. Sepetinya! Siapa mereka? Kota seperti apa Maxtron, sehingga banyak sekali kejahatan yang seakan dibiarkan begitu saja? To be continued ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD