Bab 9 : Penderitaan Cydney
Kucuran keringat yang keluar dari pori pori kulit, membasahi seluruh tubuh Cydney. Wanita itu, terkulai tidak sadarkan diri di atas ranjang.
Entah sudah seperti apa kondisi di bawah sana. Marco benar benar penjahat kelaamin. Lelaki itu tanpa ampun terus saja menghukum kesalahan Cydney yang mencoba kabur dengan berhubungan badan. Semakin menggila dan tidak kenal arah.
Hari berikutnya, dan berikutnya. Kini tubuh Cydney kian ringkih. Wajahnya memucat, tidak lagi seperti dulu, yang segar dan bercahaya. Matanya memiliki lingkar hitam. Terlihat lebih cekung, dan pipinya pun tirus.
Sudah seperti mayat hidup, yang tinggal tulang dan kulit tersisa. Rambutnya seperti nenek nenek lampir yang tidak pernah tersisir dengan rapi. Bahkan aroma di tubuhnya pun seakan ikut menghilang.
Tiga bulan! Ya– sudah tiga bulan lamanya Cydney di sekap dalam mansion itu. Seperti sebuah pet yang tidak bisa pergi tanpa diajak.
Marco kembali dengan senyum yang sumringah. Namun, dia telah menemukan wanita baru yang akan menjadi piaraannya. Siap untuk menghabisi jiwa jiwa baru.
Namun, Marco tak kunjung melepaskan gadis malang itu. Cydney menatap penuh arti pada wanita itu. Seakan memberitahu bahwa semua janji yang diberikan, diucapkan oleh Marco adalah sebuah kebohongan belaka. Dusta yang tidak akan pernah berhenti.
"Oh– lihatlah, tanpa sadar begitu lama aku menyimpanmu, baby. Sudah waktunya kamu mencari uang untukku. Layani semua orang yang datang, seratus orang lalu aku akan melepaskanmu," tutur Marco dengan mendekati Cydney.
"Jangan bermimpi! Seorang pun tidak akan pernah bisa ada yang menyentuh diriku lagi!" sungut Cydney.
"Berani kamu?! Sejak kapan kamu mulai melawanku? Bukankah selama tiga bulan, tidak satu pun usahamu untuk kabur berhasil?" Seringai jahat kembali terukir di wajah tua itu.
Marco menghempaskan tubuh Cydney, yang terpasung disudut ruangan itu. Wanita yang berdiri di ambang pintu pun menatap dengan iba.
"Kamu lihat! Kamu mau tidur dengan lelaki tua ini?! Percayalah bencana alam terus datang dalam kehidupanmu! Lari lah! Lari! Sebelum dia berhasil meniduri dirimu! Bodoh!" teriak Cydney pada gadis yang seusia dengan dirinya. Entah bagaimana bisa gadis itu pun terjerat dalam lingkar ibliss Marco.
Namun, justru wanita itu menggeleng pelan, dengan air mata yang telah beruraian. Tidak lama dia pun sesegukan, seakan masalah yang dialami sangat pelik.
"Kenapa?! Apa kamu juga diancam dengan kedua orang tuamu?!" Lagi, Cydney kembali berusaha menyadarkan gadis yang belum tahu apapun tentang Marco.
Plak!
Satu tamparan keras yang membuat Cydney kembali terjerembab di atas dinginnya lantai di ruangan itu. Ruangan di mana dia selalu saja hampir meregang nyawa, menghadapi nafsu Marco yang terus saja menggila.
"Diam! Belum waktunya dia tahu! Jangan ikut campur urusanku, dasar wanita tidak tahu diuntung!" Marco menendang dadaa Cydney, dengan kencang.
Rasa sesak menjalar pada ulu hatinya, bernapas pun seakan susah Cydney lakukan. Seperti ikan yang berada di daratan. Tidak bisa menghirup udara, tidak bisa berkata kata.
"Nona?!" Gadis itu mendekati Cydney dan berusaha menolong Cydney. Namun lengannya ditahan oleh Marco, wanita itu justru di bawa oleh Marco untuk duduk di bibir ranjang.
"Biarkan saja dia. Dia terlalu membangkang. Jadi– jika kamu tidak mau bernasib sama dengan dirinya. Menurutlah. Minum! Habiskan!" Marco menyodorkan satu gelas air yang sudah pasti diberikan campuran sesuatu yang bisa membuat Marco dan gadis itu merasa liar, dan brutal di kasur yang empuk.
Tidak berselang lama pun, obat Marco selalu berhasil membuat para korbannya berhalusinasi. Seakan terbang dan ringan ditubuhnya.
Hanya dengan sentuhan, mereka selalu ingin lagi dan lagi. Marco kembali mendapatkan kucuran darah segar dalam kelakiaannya. Darahh darah, wanita perawann.
Memborgol dan mencambuk sudah menjadi rutinitas yang tidak pernah berhenti setiap harinya. Namun, gadis itu justru, semakin liar dan berteriak dengan gairahnya.
Cydney dalam mata yang terpejam, mendengar semua, desahan demi desahan dari keduanya. Napas napas yang berat, serta suara cambukan yang mengenai tubuh wanita itu. Hati Cydney sakit, dan merasa iba pada wanita yang kini menjadi korban Marco.
Namun, dia bisa apa? Cara kerja Marco sungguh sangat licik, tidak terduga dan kejam.
Aku ingin bebas Tuhan, terakhir kali aku menyebut namamu, Kau bahkan mengacuhkan aku. Lihatlah, lihatlah manusia manusia itu! Tolong aku, tolong, sekali saja, rintih Cydney dalam hatinya.
Kembali ingin merebut hati Tuhannya, agar mau menolong dirinya yang benar benar membutuhkan bantuan. Dia tidak lagi bisa menahan rasa sakit yang ada di rumah itu.
Satu jam lebih, barulah kedua insan yang telah terpengaruh oleh obat obatan gila itu terkulai lemas berbalut dengan keringat. Sama seperti Cydney dahulu. Bersimbah darah, yang tanpa dia sadari.
Marco membuka matanya, kembali menghisap sesuatu, yang selalu dia bawa bersama rokok di ujung cerutunya. Seperti narkotikaa yang menjadi candu baginya.
"Pelayan akan datang, merawat kembali tubuhmu, dan bersiaplah menjadi cantik dan melayani lara tamu Cydney. Hasilkan uang yang banyak untukku!" Berkata dengan nada yang tidak begitu jelas, lebih terlihat seperti bergumam.
Marco telah terbuai dengan sensasi yang dia ciptakan sendiri dari apa yang selalu dia hisapp.
Dan– benar saja. Pintu terbuka, Joey datang dan membuka pasungan Cydney. Membawa gadis itu pergi dari kamar Marco.
"Aku ingin minum, berikan aku minum," pinta Cydney. Joey pun mengajak Cydney untuk menuju dapur dan mengulurkan gelas yang telah berisi air.
Cydney, melepaskan dahaganya meminum banyak air, seakan baru saja dia berada di gurun pasir yang sama sekali tidak menyediakan air. Hingga empat gelas pun habis dia minum.
"Hah–" napas kelegaan. Cydney, meliaht sekeliling. Masih sama seperti pertama kali dia memasuki rumah itu. Penjaga di mana mana, dan mematung menunggu seseorang untuk memerintah.
Sorot matanya menangkap satu sosok yang pernah dia kenal. Namun, Joey segera menyeret tubuh Cydney menuju kamar di mana dia harus mendapatkan perawatan.
Bagaimana dia ada disini? Batin Cydney, dia berjalan dengan langkah kaki yang lebar. Karena Joey terus menyeretnya.
"Masuklah!" Joey membuka pintu dan mendorong tubuh Cydney untuk masuk. Di dalam telah ada tiga orang wanita yang siap melayani Cydney.
Memberikan pelayanan, perawatan untuk seluruh tubuh Cydney. Spa, pijat refleksi, manicure, padicure, dan semua perawat dari ujung rambut hingga kakinya.
Cydney, dengan menurut pun mengikuti semua arahan dari para wanita wanita canti di depannya. Sejenak Cydney tertidur ketika sesi pijit memijit itu terjadi. Rasanya begitu menenangkan dan menyenangkan.
Sudah sangat lama, Cydney tidak merasakan sentuhan sentuhan lembut ala ala salon itu. Meski dulunya Cydney hanya sebulan sekali merasakan perawatan di salon.
Lebih dari dua jam, hingga semua aktivitas mempercantik diri itu berlangsung. Kini Cydney, tengah memilih baju untuknya. Namun, semua baju yang tersedia sama saja, sepeti sebuah kain yang belum selesai dijahit.
Menampilkan lekukan tubuh, serta sangat mini, dia atas lutut dan pres bodi. Cydney, yang notabenenya, tidak pernah mengenakan itu pun seakan risih. Bahkan saat di kamar Marco, dia sama sekali tidak diizinkan untuk memakai pakaian.
Hanya satu baju yang menyorot dirinya. Gaun berwarna silver dengan lengan panjang transparan, tetapi terbuka. Dibagian bawah yang lebar, tepat selutut.
Dengan bahan yang ringan dan nyaman. Cydney, mematutkan diri di depan cermin. Kini seakan dirinya kembali seperti dulu. Hanya saja, dia terlihat kurus.
Okay, kita mulai Cydney, batinnya.
Apa yang akan dilakukan? Melayani para tamu? Atau dia telah merencanakan sesuatu?
To be continued...