Bab 3 : Makanan spesial untuk Marco
Cydney berlari menuju pintu lain di dalam kamar itu. Pintu kamar mandi, begitu masuk kedalamnya, mata Cydney melotot tidak percaya. Dalam hatinya bertanya, benarkah ini kamar mandi? Ini jauh lebih luas dari seluruh rumahnya.
Ada satu bak dari keramik yang mengkilap indah, dengan dua kran air di sisi kanannya. Satu bilik dengan sekat kaca yang tebal dan transparan dengan shower yang tentu saja bisa mengeluarkan air dengan suhu air sesuai yang kita mau.
Tidak hanya itu, mata Cydney kembali terbelalak dengan banyaknya varian sabun yang berjejer rapi di sudut bilik kaca itu. Ada beberapa botol yang diduga cairan aroma terapi yang tertata di bufet kecil yang menggantung di dinding dekat bathtub itu.
Cydney menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Dia berjalan mendekati kaca yang ada di depan wastafel sedikit jauh dari bathtub dan bilik kaca itu.
Berbagai varian pasta gigi pun ada di sana, dengan aroma yang menggoda jiwa Cydney untuk mencoba satu persatu.
Cydney mengambil satu sikat gigi dan memencet satu pasta gigi berwarna merah, yang di dalamnya ada sentuhan warna biru-biru yang berbaur dengan warna merah.
"Hah--" Cydney meniupkan nafasnya di depan cermin dan menghirup aroma yang keluar dari mulutnya.
"Ah-- segarnya," lirih Cydney.
"Ini keren, baru coba satu, belum yang lain." Cydney memegang satu persatu semua barang yang ada di sana. Terlihat berkelas dan juga mahal.
Cydney memutar kran di bathtub itu, dan menuangkan aroma yang menurutnya wangi, yaitu lavender. Mencium bau yang menyeruak masuk ke hidungnya membuat Cydney tidak sabar untuk mencelupkan tubuhnya ke dalam bak keramik itu.
Gadis itu menanggalkan seluruh pakaiannya, membiarkan mereka berserakan dia atas lantai. Perlahan Cydney memasukkan kakinya. Hangat, itu yang dia rasakan pertama kali.
Seluruh tubuhnya kini terendam di dalam air hangat nan wangi itu. Dia menghirup dalam-dalam aroma yang keluar dari uap air. Baru kali ini dia menikmati hidup ala ratu yang di manjakan oleh sang raja.
----
Pukul sembilan usai makan malam dan menyambut tamu yang berdatangan, Marco naik ke lantai tas menemui Cydney. Kamarnya jauh di ujung lorong. Sepi dan hanya kamar itu yang ada di sana. Marco sengaja memilihnya karena itu adalah kamar milik Marco untuk para wanita yang spesial seperti Cydney.
Seluruh yang datang di rumah Marco adalah orang yang terpilih, orang yang memiliki banyak uang, dan juga jabatan tinggi. Karena tidak semua orang bisa menikmati indahnya mansion Marco juga gadis-gadis yang telah di cicipi oleh Marco terlebih dahulu.
Tentu kalian tahu apa yang akan di lakukan Marco pada Cydney. Ya, benar. Memakannya dan menikmatinya. Lalu apakah Marco juga akan menjadikan Cydney seperti gadis-gadis lain?
Marco membuka pintu kamar Cydney. Dia mencari keberadaan gadis itu. Terdengar gelak tawa di dalam kamar mandi.
"Apa dia tertawa sendirian? Dasar gila," umpat Marco. Dia pun menyusul Cydney ke kamar mandi.
Cydney terkejut saat melihat Marco ada di ruangan yang sama dengan dirinya.
"Apa yang tuan lakukan di sini?" tanya Cydney dengan cepat. Dia menutupi bagian dadanya. Takut jika Marco melihatnya.
Mekipun itu adalah hal yang sia-sia karena air yang menenggelamkan tubuh Cydney sangat jernih dan seakan tembus pandang. Marco dengan jelas bisa melihat bagian bawah tubuh Cydney.
Dan itu sukses membuat laki-laki itu merinding. Namun Marco harus menahannya untuk saat ini. Dia tidak ingin terburu-buru melakukanya. Dia tahu Cydney begitu spesial saat ini.
"Aku mau mandi, ini kamarku. Jadi aku berhak untuk mandi di sini. Bersamamu atau tidak tidak akan merubah keadaan dan kenyataan bahwa ini kamar aku, manis." Marco mendekati Cydney dan berbisik di telinga kanannya. Tangannya bertumpu pada bibir bathtub.
Marco bisa menghirup aroma yang sama dengan Cydney. Gadis itu memalingkan wajahnya. Dia takut jika Marco bisa menyentuh kulit wajahnya, dengan kata lain mencium gadis itu.
"Saya akan keluar tuan, tapi saya minta tolong pada tuan untuk membalikkan tubuh tuan," pinta Cydney, berharap Marco mau menuruti dan mengabulkan permintaannya.
"Kau memerintahku? Jangan harap aku mau menurutinya." Marco melepaskan semua pakaiannya dan berjalan di bilik kaca, menyalakan shower dan badannya pun terguyur dengan derasnya air.
Pria itu pura-pura tidak melihat Cydney yang berjalan menarik bathrobe Yanga menggantung di sisi kiri bilik kaca itu. Gadis itu segera memakainya dan keluar dari sana.
Ia duduk di depan meja rias, pikirannya kembali sadar bahwa tidak ada satu baju pun yamg bisa ia gunakan di sini.
"Apa aku harus memakai ini sepanjang malam? Dan-- Daddy aku berharap tuan itu tidak akan tidur di sini juga denganku. Aku takut dad," gumam Cydney.
Ia mengurai rambutnya dan menyisirnya, wajah Cydney masih tegang dengan begitu banyaknya kemungkinan yang dia pikirkan.
Daddy apa yang harus Cydney lakukan? Cydney bukan gadis bodoh. Aku tahu ini akan berakhir bagaimana. Daddy, apa Daddy rela kalau aku harus melayani si tua itu? Dia terlalu tua untukku. Oh--Daddy aku harus melakukannya dengan om-om? Sudah ku pastikan akan sangat membosankan, batin Cydney.
Tunggu! Apa dia berharap akan melakukan dengan laki-laki yang keren? Atau jangan-jangan Cydney pernah melakukan sebelumnya?
Apa Cydney tidak sepolos yang Marco kira?
Marco keluar dari kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Cydney bisa melihat d**a bidang serta perutnya yang keras dengan beberapa kotak yang menghiasi, dari pantulan cermin yang ada di depannya.
Cydney menelan ludahnya dengan begitu susah. Cydney mengalihkan pandangannya ke lain arah saat ketahuan oleh Marco, bahwa dia menikmati tubuh pria yang dia anggap tua itu.
Marco mendekati gadis itu, dan menundukkan setengah tubuhnya, dan berbisik pada Cydney.
"Kau telah melihat tubuhku. Dan kau harus dihukum atas itu," ujar Marco.
Bagaimana bisa, pria kejam bisa berubah menjadi lembut saat ini? Apa hanya tipu muslihat?
"Bagaimana aku bisa di hukum? Kau keluar tanpa pakaian. Itu salahmu bukan salahku. Aku mohon tuan, keluarlah dari sini. Atau kalau tidak, pindahkan aku ke kamar lain," pinta Cydney. Ia membalikkan tubuhnya dan kini posisinya tepat di depan perut Marco yang telah berdiri tegap di hadapannya.
"Seribu kali kau memintanya, aku tidak akan keluar. Begitupun dengan dirimu. Kau dan aku akan tetap berada di kamar ini. Nikmati makan malam kita, manis." Marco meninggalkan gadis itu yang masih mematung.
Oh, aku berharap dia menyenangkan, batin Cydney. Ternyata Cydney benar-benar tidak sepolos yang terlihat selama ini.
"Tuan, boleh saya meminta pakaian yang bersih? Milik pelayan tuan pun tidak masalah," lirih Cydney.
Marco yang duduk di bibir ranjang dengan memainkan ponselnya itu langsung tergelak seketika. Ia tidak lagi bisa menahan tawanya. Laki-laki itu mendekati Cydney dan langsung menyambar bibir merah jambu Cydney.
Melumatnya dengan kasar dan tanpa jeda. Membuat Cydney sulit untuk bernafas. Gadis itu bertumpu pada meja yang ada di belakangnya. Dorongan dari Marco membuat tubuhnya coding kebelakang.
Apa yang akan terjadi? Apa Marco akan tetap bersikap lembut?
To be continue