Pesan terakhir untuk Hansen 

1336 Words
"Eh! Kamu ... Siapa kamu?" Tanya Hansen ketika dia melihat sosok pria yang ternyata wajahnya mirip dengannya. Membuat Hansen terkejut sekaligus sedikit takut, karena saat melihatnya dia seperti sedang melihat dirinya sendiri. "Kamu! Apakah kamu ... Diriku? Kenapa kamu bisa ... Bisa wajah kamu itu ... mirip denganku?" Tanya Hansen kepada sosok pria yang ada didepannya yang saat ini sedang tersenyum kepadanya. "Aku bukan dirimu Hansen! Aku ... Aku adalah orang yang mirip denganmu," jawabnya dengan suara lembut dan wajahnya yang tampan, putih bersih serta sedikit pucat membuat Hansen semakin merasa takut. "Kamu? Kamu bukan diriku dan hanya orang yang mirip denganku? Tapi ... Bagaimana bisa? Aku ... Aku sungguh tidak mengerti dengan ucapan kamu itu!" Ucap Hansen yang merasa semakin bingung dengan semua yang ada di depannya saat ini. Mendengar itu, sosok pria itu pun segera mengulurkan tangannya dan dia meraih tangan Hansen serta menggenggam erat tangannya. "Hansen! Percaya atau tidak, aku ini adalah orang yang mirip denganmu dan aku ... Aku juga tidak tahu, jika aku memiliki seseorang bernama Hansen yang mirip denganku. Tapi ... Dengan sangat pastinya, aku mendapat petunjuk jika aku dan kamu memiliki sebuah hubungan yang sangat erat yang tidak bisa dibantah sama sekali," ucap sosok itu yang berusaha meyakinkan Hansen. Hansen terdiam sejenak dan dia merasakan kehangatan di dalam hatinya ketika genggaman tangan itu begitu hangat dan entah mengapa, dia merasakan apa yang dikatakan oleh sosok itu. Sesuatu perasaan yang sangat familiar dan seperti ada bagian hatinya yang terlengkapi. "Kamu! Siapa kamu sebenarnya? Mengapa aku bisa merasakan perasaan seperti yang kamu katakan?" Tanya Hansen pada sosok itu. Sosok itu langsung tersenyum dan malah menarik tangan Hansen ke dadanya. "Aku juga tidak tahu! Hanya mendapat petunjuk jika aku harus menemui kamu. Karena ... Kematian aku tidaklah wajar dan masih banyak hutang janjiku di dunia yang belum aku tunaikan. Maka aku ... aku hanya membutuhkan kamu untuk bisa membantu aku," ucap sosok itu yang langsung terlihat sedih dan itu membuat Hansen ikut merasakannya. "Kamu! Apa yang kamu maksud itu? Kamu sudah meninggal dan kamu sayang menemui aku untuk melanjutkan semua hutang kamu di dunia? Itu ... Apakah kamu sudah gila? Kenapa aku yang harus ...." Belum Hansen selesai bicara. Tiba-tiba saja. Dia masuk ke dalam ingatan dari sosok itu dan saat itu pula. Dia melihat kehidupan sosok yang ada didepannya seperti sedang melihat sebuah reka ulang sebuah adegan yang ada di dalam sebuah film. "Ini ...." Hansen terkejut ketika melihat pria yang memiliki wajah yang mirip dengannya sedang tersenyum bahagia bersama dengan seorang wanita cantik dan dia terlihat sangat bahagia bersama dengan wanita itu. "Mira! Aku mencintaimu," ucap pria itu ketika memberikan sebuah bunga mawar putih kepada wanita cantik yang ternyata adalah kekasihnya. Si wanita yang bernama Mira lun tersenyum dan menerima bunga itu, lalu memeluk pria itu dengan penuh cinta dan dia terlihat sangat bahagia saat menerima bunga mawar putih itu. "Terima kasih! Hassel kamu salah memberikan aku bunga ini? Aku ... Aku juga sangat mencintaimu," jawab wanita itu dengan senyuman yang membuat Hansen ikut terpesona saat melihat nya. "Wanita yang sangat cantik! Pantas saja kamu sangat mencintai dirinya," ucap Hansen yang saat ini seperti seorang penonton dan tanpa sadar dia tersenyum sendiri. "Sangat indah! Kehidupan kamu begitu indah bisa memiliki cinta bersama wanita cantik ini, Hassel!" Ucap Hansen tanpa sadar dan secepatnya dia tersentak ketika dia selesai mengucapkan nama yang belum pernah dia kenali itu. "Eh! Tunggu sebentar! Nama kamu Hassel kah?" Tanya Hansen kepada sosok pria yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. "Ya! Namaku Hassel dan wanita itu adalah Almira. Dia wanita yang paling aku cintai di dunia ini dan ... Kami sebentar lagi akan menikah," jawab sosok itu yang tanpa sadar menitikkan air matanya. Membuat Hansen merasakan perasaan yang sama seperti sosok itu. "Kamu sangat mencintai dirinya dan kamu mau menikah dengannya? Tapi kenapa kamu malah menemui aku?" Tanya Hansen yang masih belum mengerti. Sosok Hassel pun menatap ke arah Hansen dan dia pun menjelaskan semuanya. "Aku memang sangat mencintainya dan aku sudah berjanji kita akan selamanya bersama. Tapi aku tidak bisa menepati janji ini bahkan sebelum kami melakukan pernikahan, karena ... Karena aku sudah tidak bisa hidup di dunia lagi dan aku tidak bisa memenuhi janjiku padanya. Aku ... Aku sudah tidak bisa kembali ke dunia lagi untuk bisa menemani dirinya, aku tidak bisa ... Aku tidak bisa kembali walaupun aku sudah memohon kepada Tuhan, karena takdir tidak bisa mempersatukan kita," ucap Hassel dengan wajah yang dipenuhi air mata uang membasahi seluruh wajahnya yang sangat pucat itu. Melihat itu, Hansen tanpa terasa menitikkan air matanya dan merasakan perasaan yang sama seperti yang dirasakan oleh Hassel yang begitu menyedihkan. "Hassel! Jadi takdir tidak bisa mempersatukan kalian karena kematian lah yang menghalangi cinta kalian! Ini ... Ini sungguh sangat tragis! Sangat ... Sangat tragis sekali!" Ucap Hansen sambil menyeka air mata yang sudah jatuh membasahi pipinya. Hassel menganggukkan kepalanya dan dia tahu, jika waktunya juga tidak terlalu banyak untuk bicara dengan Hansen. "Ya! Kematian adalah penghalang kami tidak bisa bersatu dan kematian ini ... Sungguh tidak wajar. Karena ... Aku mati dengan cara yang sangat aneh," jawab Hassel yang membuat Hansen langsung terkejut. "Eh! Apa maksud kamu? Kematian ... Kematian kamu tidak wajar? Apa maksudnya itu?" Tanya Hansen dengan tatapan bingung. "Aku mati karena sebuah kecelakaan mobil dan anehnya, aku mengalami kecelakaan karena rem mobilku tidak ada. Padahal sebelumnya aku sangat yakin, jika mobilku baik-baik saja dan beberapa hari yang lalu aku baru selesai memperbaikinya. Tapi kenapa bisa ...." Belum Hassel selesai bicara, Hansen segera menyelanya. "Jadi ... Kecelakaan kamu ini bukan karena tidak disengaja dan ini bukan takdir kamu, ya kan?" Tanya Hansen. Hassel menganggukkan kepalanya. "Iya! Sepertinya kecelakaan itu ada yang merencanakannya. Tapi aku tidak tahu siapa yang melakukannya. Karena seingatku. Aku ... Aku tidak memiliki musuh sama sekali," ucap Hassel dengan polosnya. Membuat Hansen ikut memikirkannya. "Kamu yakin tidak memiliki musuh selama kamu hidup? Coba kamu ingat lagi?" Tanya Hansen kepada Hassel. Hassel terdiam sejenak dan menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku tidak memiliki musuh sama sekali. Hidup aku sangat baik-baik saja dan aku hanya fokus dengan hubungan ku bersama Almira. Tapi aku ...." Belum Hassel selesai bicara, tiba-tiba sosoknya sudah berubah menjadi transparan dan kesempatan dia untuk bicara dengan Hansen pun akan segera habis. "Ini! Sepertinya waktuku akan segera habis. Maafkan aku Hansen karena tidak bisa bicara lebih banyak lagi denganmu dan ... Aku mohon, agar kamu mau membantu aku untuk menjaga dia, Emmm ... Bisakah kamu melakukannya?" Pinta Hassel kepada Hansen. Hansen terdiam sejenak dan dia pun menatap ke arah reka adegan yang ada didepannya. "Aku ... Apakah harus aku menjaga dia? Memangnya tidak ...." Belum Hansen selesai bicara, tiba-tiba saja. Hassel menyentuh dadanya dan dia seperti memasukkan sebuah cahaya putih ke dalamnya. "Hansen! Aku percaya kamu bisa menggantikan aku untuk menjaganya dan juga ... Tolong cari pelaku yang sudah merusak mobilku, lalu ... Cari tahu juga apa hubungan kita yang terasa sangat dekat ini. Karena ... Aku masih belum tenang jika masih banyak misteri yang belum terpecahkan seperti ini. Jadi ... Aku hanya bisa mengandalkan kamu untuk membantu aku," ucap Hassel yang kemudian perlahan menghilang dari pandangan Hansen saat itu juga. Membuat Hansen tidak rela akan kepergian Hassel yang begitu cepat dan membuat Hansen masih banyak ingin bertanya kepadanya. "Tunggu! Hassel tunggu dulu! Aku masih belu. Mengetahui di mana harus aku mencari tempat tinggal kamu dan kamu juga belum sempat menceritakan semua keadaan yang terjadi. Ini. Aku ...." Belum selesai Hansen bicara, Hassel yang sudah hampir menghilang sepenuhnya pun menjawab. "Aku sudah meninggalkan semua ingatan aku di dalam hatimu Hansen! Jadi lihatlah sendiri dan kamu akan mengetahui semuanya!" Jawab Hassel yang akhirnya menghilang sepenuhnya, meninggalkan Hansen sendirian di tempat itu dengan tangan memegang erat dadanya. "Ini! Hassel kamu sungguh meninggalkan semuanya padaku," ucap Hansen sambil meremas dadanya dengan kuat. Lalu, tidak lama kemudian. Dia merasakan sakit teramat dalam di dalam hatinya, membuat Hansen berteriak keras dan dia pun tiba-tiba saja. Bangun dari dunia mimpinya dan kembali ke dunia nyatanya yang saat ini, dia berada di dalam ruang kerjanya dengan wajah yang sudah dibasahi oleh keringat dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD