Duka belum selesai, masalah lain pun datang

1173 Words
Di tempat lain. Dua Minggu pun berlalu. Tapi duka atas kehilangan pria yang sangat dicintainya masih membekas di dalam hati Almira yang saat ini, masih memeluk foto dirinya bersama mendiang calon suaminya yang meninggal akibat kecelakaan mobil dua Minggu yang lalu dan saat ini, dia terus menangis mengenang semua yang dia lewati bersama selama ini, semua kebahagiaan serta cita-cita mereka yang akan selamanya bersama sampai tua bersama, keduanya takkan terpisahkan. Tapi, takdir pun berkata lain. Tuhan mengambil Hassel lebih dulu bahkan sebelum mereka melakukan upacara pernikahan, mereka harus terpisahkan untuk selamanya. "Hiks … Hiks … Hass, kamu jahat sekali! Kamu tega padaku, bisa-bisanya kamu meninggalkan aku sendirian di dunia ini!" Ucap Almira yang terus menangis saat menatap foto itu dan wajahnya yang sudah sangat pucat serta matanya sudah bengkak karena terlalu sering menangis. Sehingga, saat ini. Yang dia butuhkan hanya waktu untuk sendiri dan tidak mau diganggu oleh siapapun. Sampai, saat Almira sedang duduk di depan jendela kamarnya dan menatap pemandangan di luar jendela kamarnya. Tiba-tiba saja. Terdengar suara ketukan pintu yang membuat dirinya langsung terkejut dan secepatnya, Almira segera menghapus air mata yang membasahi pipinya. "Mira! Kamu baik-baik saja kan nak?" Ucap seorang pria paruh baya yang terus mengetuk pintu dari arah luar dan itu membuat Almira langsung berjalan ke arah pintu. "I … Iya pa! Aku baik-baik saja!" Jawabnya yang segera membuka pintu kamarnya dan dia melihat sosok pria paruh baya yang tidak lain adalah ayahnya. Melihat itu, Almira segera menghapus sisa air matanya dan memperlihatkan dirinya jika dia masih dalam keadaan baik-baik saja, karena dia tidak mau membuat ayahnya terus mengkhawatirkan keadaan nya. "Pa! Aku … Aku baik-baik saja. Papa dan mama tidak perlu mengkhawatirkan aku," ucapnya yang berusaha tersenyum dengan terpaksa tapi tatapannya tidak bisa membohongi hati dan pandangan dari ayahnya itu. "Mira! Kamu menangis lagi?" Tanyanya yang segera memegang kedua bahu Almira. Almira mengangguk dan segera menjawabnya. "Aku … Iya! Aku menangis lagi. Aku … Aku belum bisa menerima sepenuhnya kepergian Hassel. Jadi aku …." Almira belum selesai bicara, karena ayahnya langsung memeluknya. "Papa mengerti! Papa tahu karena ini sangat berat untuk kamu. Jadi … Kamu tidak perlu menyembunyikan semua ini dari papa dan juga mama dan kamu … Boleh menangis sepuasnya agar hati kamu merasa jauh lebih tenang," Ucap sang ayah yang berusaha untuk menenangkan hati putrinya itu. Almira pun menganggukan kepalanya dan dia merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, karena masih ada kedua orang tuanya yang harus dia jaga dan juga kedua orang tua nya juga adalah alasan kuat untuk nya, jika agar bisa tetap menjalankan kehidupan ini dengan sebaiknya dan Almira tidak mau terus menerus tenggelam dalam kesedihan yang sangat dalam. "Baik pa! Aku mengerti dan aku berjanji … Tidak akan terus menerus larut dalam kesedihan ini, karena aku juga masih harus menjalani kehidupan ini dengan baik dan juga … Hassel juga pasti akan sedih, jika melihat aku yang terus seperti ini. Jadi … Aku berjanji kepadamu pa! Aku tidak akan terus larut dalam keadaan ini dan aku akan berusaha untuk bangkit dari kesedihan ini," ucap Almira yang kemudian tersenyum. Membuat ayahnya langsung ikut merasa bahagia. "Baguslah! Papa juga merasa sangat senang melihat kamu yang akhirnya bisa bangkit dari kesedihan ini. Tapi …." Sang ayah pun menghentikan ucapannya dan senyuman dari wajahnya langsung menghilang saat itu juga. Membuat Almira merasa sangat penasaran dan bertanya kepadanya. "Ada apa pa? Kenapa papa tiba-tiba saja diam? Apa yang terjadi? Katakan padaku pa?" Tanya Almira dengan tatapan sangat penasaran. Sang ayah pun menghela napas panjang, lalu kembali menatap Almira lebih dalam lagi. "Mira … Papa … Papa minta maaf sama kamu," ucapnya sambil menunduk lesu. Almira semakin penasaran dan dia pun bertanya lagi. "Minta maaf? Minta maaf untuk apa pa? Ada apa sebenarnya? Apa yang sebenarnya terjadi? Tolong jelaskan padaku?" Tanya Almira yang semakin penasaran dengan ucapan ayahnya itu. Sang ayah kembali menghela napas panjang dan menatap sendu Almira. "Mira! Terjadi hal buruk di perusahaan papa! Saat ini, perusahaan sedang mengalami kesulitan cukup besar dan papa sedang duduk mencari suntikan modal dari beberapa perusahaan yang bisa menjadi mitra kita. Tapi …." Ayahnya kembali menghela napas panjang membuat Almira semakin penasaran. "Tapi apa pa? Cepat lanjutkan pa?!" Pinta Almira yang sudah tidak sabar ingin mengetahui semuanya. "Tapi … Semua perusahaan menolak memberi bantuan kepada perusahaan kita. Hanya satu orang yang bisa membantu kita," ucap sang ayah sambil menatap sendu ke arah putrinya itu. "Siapa orang itu? Jika dia bisa membantu masalah perusahaan kita, bukankah kita sudah menemukan solusinya," ucap Almira yang merasa cukup lega. Karena masalah perusahaan nya bisa terselesaikan. Tapi, ayahnya langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak! Ini solusi yang tidak pantas! Papa tidak akan melakukan itu dan tidak akan melakukan kerja sama dengannya. Karena … Papa tidak mau menjual putri papa sendiri," ucap sang ayah yang sangat enggan untuk melakukan pernikahan bisnis seperti yang dilakukan oleh semua teman dilingkaran bisnisnya itu. Mendengar ucapan ayahnya, Almira langsung terkejut dan secepatnya dia pun bertanya kepada ayahnya. "Maksud papa? Pernikahan bisnis … Pernikahan bisnis apa pa? Aku sungguh tidak mengerti? Apakah pernikahan bisnis itu, kalau aku harus menikah dengan pria yang tidak aku cintai demi bisa menyelamatkan perusahaan keluarga kita dan … dan aku harus menjadi istri dari pria yang bahkan tidak aku kenali sama sekali? Apakah begitu … Pa?" Tanya Almira dengan tatapan penuh nanar. Membuat ayahnya tidak berani membalas tatapan mata itu. "Iya! Seperti itu pernikahan bisnis tapi pria ini, dia bukan pria yang tidak kamu kenal. Karena pria ini, adalah pria yang sangat kamu kenali bahkan kamu tidak pernah menyukainya," ucap sang ayah yang semakin sulit untuk mengatakannya. Membuat Almira merasa seluruh tubuhnya gemetar, karena dia tahu pria mana yang dimaksud oleh ayahnya. "Pa! Apakah orang itu adalah … Orang itu adalah Deon?" Tanya Almira. Sang ayah pun menganggukkan kepalanya. "Benar! Dia Deon! Hanya dia yang mau membantu perusahaan kita tapi dengan syarat, dia ingin menikah dengan kamu dan menjadikan kamu sebagai jaminan atas kerja sama ini dan papa ... Papa tidak bisa menerima syarat gila ini! Papa ... Papa tidak mau mengorbankan perasaan serta masa depan putri satu-satunya yang papa miliki. Jadi papa ... Jadi papa ...." Belum selesai sang ayah bicara. Terdengar suara dering ponsel dari arah dalam kamar Almira dan saat itu pula, almira pun langsung mengambil ponselnya itu. "Sebentar! Aku mau mengambil ponselku dulu, papa tunggu di sini sebentar!" Ucap Almira yang segera masuk ke dalam sebentar, lalu mengambil ponselnya dan dia langsung terkejut saat melihat nama ID di layar ponselnya yang ternyata, itu dari Deon Sehingga saat itu juga. Tangan Almira gemetar tak karuan dan mulai timbul perang di dalam hatinya yang berkecamuk tak beraturan itu. "Deon! Kenapa dia menelepon aku? Apakah dia mau membahas tentang yang dikatakan oleh papa tadi?" Gumamnya yang kemudian menatap ke arah ayahnya yang masih berdiri di luar. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah aku harus menjawab panggilan telepon ini?" Ucap Almira yang semakin Bingung, karena dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Sehingga, Almira pun memejamkan matanya dan saat itu pula. Dengan penuh keyakinan dan sangat terpaksa dia pun akhirnya menjawab panggilan telepon itu, saat itu juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD