Masih tidak percaya.

1103 Words
Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika kekasih sekaligus calon suami yang paling dia cintai meninggalkan dirinya untuk selamanya. Almira merasakan jika dia masih tidak percaya dan saat ini, tubuhnya berbaring di atas ranjang rumah sakit dalam keadaan mata tertutup dan saat itu pula, tiba-tiba saja. Matanya langsung terbuka dan melihat ke sekelilingnya yang didominasi dengan warna putih serta, bau desinfektan yang menunjukkan bau khas di dalam rumah sakit, membuat hatinya bergetar dan merasakan rasa sesak di dadanya. "Ini! Apakah ini di rumah sakit?" Ucapnya yang kemudian memejamkan matanya lagi, mencoba menyangkal semuanya. "Tidak! Ini pasti hanya mimpi! Ya, aku yakin jika ini hanyalah mimpi! Aku tidak percaya jika Hassel meninggalkan aku sendirian di dunia ini! Tidak! Aku tidak percaya sama sekali!" Ucapnya yang masih belum menerima kenyataan jika, Hassel sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya dan tidak akan pernah kembali lagi ke sisinya. Sehingga, ketika dirinya mencoba menyangkal semuanya itu, Almira merasakan dirinya semakin sakit dan rasa sakit itu benar-benar sudah meremas jantungnya sendiri. "Tidak! Tidak mungkin! Hassel tidak mungkin meninggalkan aku! Dia pasti masih hidup dan dia pasti masih baik-baik saja! Ya, dia baik-baik saja dan dia pasti sudah menunggu aku di tempat itu!" Ucap Almira yang kemudian membuka matanya kembali dan tersenyum penuh percaya diri, jika kejadian sebelumnya hanyalah sebuah mimpi dan dia yakin, jika Hassel masih hidup. "Has! Aku yakin kalau kamu masih hidup dan tadi itu, pasti hanya mimpi buruk saja! Ya, itu pasti mimpi buruk yang aku alami dan mungkin saja, mimpi itu datang karena aku terlalu gugup dan sedikit tegang akan hari pernikahan kita yang semakin dekat," ucap Almira yang masih belum menerima kenyataan jika Hassel sudah meninggal. Sehingga, saat itu pula. Almira pun segera bangun dari posisi tidurnya dan dia segera menarik paksa jarum infus yang menempel di lengannya. "Ini! Apa ini? Kenapa bisa aku memakai benda semacam ini?" Gerutu Almira yang berusaha menarik paksa jarum itu keluar dari urat nadinya. Namun, baru saja Almira hendak melakukannya. Tiba-tiba saja. Terdengar suara pria dan wanita dewasa serta ada perawat yang datang menghampiri dirinya dengan teriakan yang sangat panik. "Nona! Apa yang sedang anda lakukan?" Teriaknya yang membuat Almira menghentikan gerakannya, yang ingin mencabut jarum infus dari lengannya, lalu Almira pun menoleh dan menatap perawat wanita yang kini, sudah berada di depannya. "Kenapa suster? Kenapa aku tidak boleh melepaskan jarum ini? Memangnya aku kenapa? Bukankah aku ... Baik-baik saja?" Tanya Almira dengan tatapan bingung. Perawat itu segera meraih lengan Almira dan memperbaiki jarum serta selang infus yang masih menempel di lengan Almira. "Nona! Anda tidak boleh melepaskan ini sendiri! Akan sangat berbahaya dan juga ... Sebelum ini habis, anda jangan pergi kemana-mana dulu! Karena ... Kondisi tubuh nona tidaklah baik-baik saja. Jadi ...." Belum selesai perawat itu bicara. Muncullah sepasang suami istri yang sudah paruh baya dan keduanya adalah orang tua Almira. Sehingga, saat itu pula perawat serta Almira pun segera menatap ke arah keduanya yang sedang berjalan secepatnya untuk menghampiri dirinya dengan wajah penuh air mata yang membanjiri wanita paruh baya itu. "Mira! Kamu ... Kamu baik-baik saja kan nak?" Tanyanya yang langsung memeluk Almira. Almira pun menganggukkan kepalanya dan dia membalas pelukan ibunya. "Ma! Aku baik-baik saja!? Mama tidak perlu merasa khawatir. Tapi ... Ada apa denganku? Kenapa aku bisa di rawat di sini? Lalu ... Hass ... Di mana dia? Kenapa dia tidak terlihat sama sekali? Apakah dia masih sibuk dengan pekerjaan nya atau mungkin dia sedang menunggu aku di butik itu?" Tanya Almira dengan tatapan penasaran. Membuat ayah dan ibunya langsung terkejut saat mendengar ucapannya. Sehingga, saat itu juga. Ibunya Almira segera melepaskan pelukannya dan menatap wajah putrinya dengan tatapan sangat sedih. "Mira! Kamu ... Apakah kamu tidak tahu? Atau mungkin kamu lupa jika ... Hassel sudah meninggal?" Tanyanya sambil menjatuhkan air matanya kembali. Kemudian, ayah Almira pun menganggukkan kepalanya dan segera menambahkan ucapan dari istrinya itu. "Mira! Papa harap kamu bisa menerima semua kenyataan ini dan papa mohon agar kamu, mau menerima takdir yang sudah Tuhan gariskan antara kamu dan Hassel! Tolong, ikhlaskan kepergian dia, agar dia bisa tenang di alam sana," ucap ayahnya Almira dengan air mata yang juga jatuh membasahi pipinya. Mendengar itu, Almira merasa sangat terkejut dan dia masih belum mau percaya dengan ucapan dari kedua orang tuanya. "Tidak! Tidak mungkin! Tidak mungkin Hassel meninggalkan aku sendirian di dunia ini! Tidak mungkin!" Ucap Almira sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Ma! Pa! Tolong jangan bercanda lagi! Aku tahu, ini pasti ... Ini pasti ide Hassel kan! Dia ... Dia pasti menyuruh mama dan papa membohongi aku supaya dia ... dia mau memberi kejutan untuk aku! Ya kan pa, ma?!" Tanya Almira yang masih berusaha menyangkal semuanya. Mendengar itu, ayah dan ibu Almira semakin deras menjatuhkan air matanya dan keduanya menggelengkan kepalanya secara bersamaan. "Mira! Kami sedang tidak berbohong dan ini semua adalah kenyataan yang harus kamu hadapi! Juga ... Bukankah kamu sendiri yang melihat Hassel yang terakhir kali sampai dia menutup mata untuk selamanya?" Ucap ibunya Almira yang kemudian memeluk lagi tubuh Almira yang saat ini terdiam kaku dan setelah itu, dia menangis histeris, karena hilang kendali. "Tidak! Tidak mungkin! Tidak mungkin jika itu semuanya adalah kenyataan! Tidak mungkin! Tidak mungkin Hass meninggalkan aku! Dia ... Dia sudah berjanji akan bersamaku untuk selamanya dan dia juga berjanji akan menikah denganku! Dia ... Dia sudah berjanji padaku ma! Dia tidak boleh mengingkari janji itu ma! Dia tidak boleh ... Hiks ... Hiks!" Ucap Almira yang akhirnya tangisan pun kembali pecah dan hatinya benar-benar sangat hancur, karena semua itu bukan mimpi yang dia harapkan sebelumnya, tapi sebuah kenyataan yang tidak pernah dia inginkan. Sehingga saat ini. Almira yang masih belum bisa menerima semuanya hanya bisa menangis dan terus murung, karena dia masih tidak mau menerima kenyataan yang sungguh membuat hidupnya tidak berarti lagi. Bahkan, Almira sudah tidak memiliki semangat untuk hidupnya, karena sebagian hati dan jiwanya juga sudah ikut mati bersama kepergian Hassel untuk selamanya dan untuk beberapa saat. Almira hanya bisa menangis dan meratapi kepergian kekasih yang sangat dia cintai dan masih terus berharap jika semuanya hanyalah sebuah mimpi buruk yang suatu saat nanti, dia bangun dari mimpinya, dia bisa bertemu dengan Hassel yang sangat dia cintai itu. Hingga. Waktu pun berjalan sangat cepat. Tempat pemakaman dan segala urusan untuk mengantar Hassel ke tempat peristirahatan terakhirnya pun, sudah selesai dan kini. Semua anggota keluarganya berangkat untuk mengiringi jenazah hassel ke tempat peristirahatan terakhirnya dan Almira, dia yang mulai bisa menerima kepergian Hassel pun, bersikeras untuk ikut bersama dengan keluarga serta kerabatnya, mengiringi kepergian Hassel hingga tempat peristirahatan dia yang abadi dan tenang di alamnya membawa cintanya untuk Almira dengan maut yang memisahkan keduanya dan cinta itu akan abadi di dalam hati Hassel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD